Hubungannya dengan Ushijima telah berjalan dua bulan, hampir tiga bulan. Namun, sejauh ini ia masih ragu apakah dirinya benar-benar telah menjadi kekasih Ushijima ataukah ia tengah bermimpi? Pasalnya, meski telah menyandang status sebagai seorang ‘kekasih’, tapi perlakuan Ushijima terhadap dirinya nyaris tak berubah.
Tendoulah yang mengenalkannya pada Ushijima, bersikeras bahwa ia harus bertemu dan mengenal sosok sehebat Ushijima. Tersenyum kala mendengar Tendou memberikan pujian setinggi-tingginya pada Ushijima, ia juga tak sabar untuk bertemu ace Shiratorizawa. Ushijima tidak memberikan respons yang berarti ketika Tendou mengenalkannya, hanya mengangguk singkat lalu mengucapkan ‘halo’ kemudian melanjutkan latihannya.
Setelah itu, ia sering berkunjung ke gimnasium kalau sedang bosan. Tendou menyambutnya dengan meriah, disusul dengan sapaan ramah dari Reon dan Semi juga seruan penuh semangat dari Goshiki. Tahu-tahu saja, ia sudah dekat dengan anggota tim voli putra Shiratorizawa. Semua, kecuali Ushijima.
Hari demi hari ia mengamati bagaimana Ushijima berlatih, memandang dengan penuh kekaguman dari kejauhan. Ekspresi tenang Ushijima ketika berhadapan dengan bola yang datang ke arahnya dengan cepat, suara sang pria kala memberi arahan pada anggota timnya yang lebih muda, bagaimana Ushijima menyeka keringatnya dengan handuk, betapa mengagumkannya sang pria ketika berada di tengah lapangan. Tiba-tiba saja ketertarikannya berubah menjadi rasa suka.
Tendou mendesaknya untuk menyatakan perasaan, meyakinkan kalau Ushijima merasakan hal yang sama. Ia ragu. Bagaimana bisa pria sekaliber Ushijima mau melirik pada gadis seperti dirinya? Ia tidak mengerti voli, tidak juga memiliki tubuh yang atletis dan momen mereka mengobrol sejak pertama kali berkenalan pun bisa dihitung dengan jari. Lantas, mengapa Ushijima bisa menyukainya?
Namun seperti biasa, Tendou selalu berhasil mendapatkan yang ia inginkan. Entah mendapatkan suntikan keberanian dari mana, ia meminta Ushijima untuk tinggal setelah latihan selesai. Sebelum mampu memikirkan cara untuk mengungkapkan perasaan, mulutnya sudah melontarkan isi hati.
Meringis kala mengingat bagaimana hubungan mereka dimulai, peristiwa yang menjadi penyebab kegundahan hatinya.
“Ushijima-kun, mungkin ini terdengar aneh dan klise, tapi aku menyukaimu. Aku menyukai dedikasimu pada voli, aku menyukaimu yang tampak bersemangat saat berlatih, aku menyukaimu yang peduli dengan teman-temanmu dengan caramu sendiri.” Ia menghela napas gugup. “Kau tidak perlu membalasnya. Mungkin terdengar egois, tapi aku hanya ingin mengungkap perasaanku saja.”
Hening selama beberapa waktu. Sunyi yang memekakan telinga menghantarkan perasaan tidak nyaman di punggungnya. Ia hampir membuka mulut, ingin pamit untuk bersembunyi dari dunia sambil meratapi perasaan sepihaknya ketika Ushijima angkat bicara.
“Wakatoshi.” Ia mendongak, menelengkan kepala bingung. “Panggil aku Wakatoshi. Teman-temanku memanggilku demikian, rasanya tidak cocok kalau kekasihku masih memanggilku dengan nama keluarga.”
Ia terkesiap. “Kekasihmu?”
Ushijimia mengernyitkan kening. “Bukankah itu yang dilakukan oleh dua orang yang saling menyukai dan telah menyatakan perasaan? Menjadi sepasang kekasih?”
“Jadi kau ... kita ...?”
“Resmi menjadi pasangan kekasih, kan?”
Sejak saat itu, Ushijima memang lebih sering menyapa dan mengantarnya kembali sampai depan asrama. Namun, tidak ada gestur romantis yang biasanya dilakukan oleh sepasang kekasih. Mereka bahkan belum bergandengan tangan!
“Aku tidak yakin Wakatoshi-kun benar-benar menyukaiku,” keluhnya pada sang sahabat. Sedikit banyak menyalahkan Tendou atas kegalauannya belakangan ini. “Aku memaklumi jika ini adalah hubungan romantis pertamanya, tapi tidak ada inisiatif atau sesuatu yang memberitahuku kalau kita memang berpacaran!”
YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanfictionSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi