Jika bertanya pada mantan teman satu timnya tentang impresi mereka pada Iwaizumi, mereka kompak akan menjawab tegas dan keras. Mungkin Kyoutani akan mengatakan sesuatu tentang betapa hebat kakak kelasnya yang satu itu. Mungkin Oikawa akan menjabarkan betapa kejamnya Iwaizumi yang suka melempar bola atau menyeretnya untuk berhenti berlatih—yang amat sangat dimengerti dan didukung oleh teman-teman yang lain. Namun hanya [Name] yang akan menggambarkan Iwaizumi dengan kata penyayang dan lembut.
Matsukawa dan Hanamaki langsung tergelak begitu [Name] menyampaikan jawabannya, tak percaya bahwa ace mereka yang itu bisa bersikap lembut pada seorang gadis.
"Bahkan Iwa-chan tidak pernah bersikap lembut padaku, [Name]-chan! Ketidak adilan macam ini!" seru Oikawa tak terima.
[Name] mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan agar kalian percaya, tapi begitulah Hajime saat bersamaku."
"Sulit dipercaya kalau tidak dilihat di depan mata," celetuk Hanamaki.
"Kalau begitu, usik Iwa-chan saat ia sedang berbicara dengan yang lain saat reuni nanti," cetus Oikawa penuh percaya diri. "Aku bertaruh sepuluh roti susu kalau Iwa-chan hanya akan diam dan melanjutkan apapun yang sedang ia lakukan."
"Menarik." Matsukawa akhirnya angkat bicara. "Lima hamburger steak kalau Iwaizumi akan menanyakan keadaan [Name]."
"Tujuh profiterol dan aku memihak Oikawa."
Awalnya [Name] enggan berpartisipasi dengan taruhan konyol semacam ini, tetapi saat memandangi ekspresi sumringah penuh kemenangan Oikawa dari layar ponsel, jiwa kompetitifnya langsung membara. Lantas, [Name] menarik napas panjang, menimbang baik-buruk dari taruhan ini kemudian menganggukkan kepala.
"Sepuluh porsi yakiniku kalau aku bisa menunjukkan sisi Hajime yang belum pernah kalian lihat," gerutu [Name] setengah mendesis.
Setelah memastikan bahwa mereka berempat akan hadir di acara reuni tim voli Seijoh—yang diadakan bertepatan saat Oikawa pulang ke Jepang, [Name] buru-buru mematikan sambungan telepon saat Iwaizumi masuk ke kamarnya.
Kini, [Name] setengah menyesal menuruti alur permainan teman-teman seangkatannya. Seharusnya ia tahu bahwa mereka tidak akan melepaskannya dengan mudah. Sepanjang acara reuni—yang diadakan di rumah Matsukawa, sempit tapi nyaman—Oikawa dan Hanamaki terus-menerus melempar pandangan yang mendesaknya untuk segera melakukan taruhan mereka.
Ekor matanya menangkap sosok Iwaizumi yang mengenakan kaus santai berlengan pendek, tengah duduk di sofa dan mengobrol dengan Matsukawa. Saat pria itu menyesap minumannya perlahan, tatapan mereka bertemu. Ketika Iwaizumi mengangkat alis dengan pandangan bertanya, [Name] mengulas senyum kecil lalu kembali pada percakapannya dengan Kindaichi.
"Kapan kau akan melakukannya?"
[Name] berjengit ketika suara Oikawa tiba-tiba terdengar di telinga. Ia meninju pelan lengan sang setter, melempar tatapan tajam pada sahabat kecil kekasihnya. "Sabar sedikit. Waktunya belum pas."
"Belum pas atau kau takut kami yang akan menang?" seolah belum cukup, Hanamaki malah melempar bensin ke dalam api.
[Name] menghela napas berat. "Kurasa hubungan kami cukup lama untuk yakin kalau Hajime tidak akan mengabaikanku begitu saja."
"Kalau begitu apa yang kautakutkan?" desak Oikawa tak sabar. "Cepat lakukan sana. Aku ingin segera melihat Iwa-chan versimu. Kapan lagi bisa mengejeknya tanpa resiko dilempar bola?"
"Kau bisa saja dilempar gelas, Oikawa," sahut [Name] mengulum senyum. "Dan menurutku kemungkinannya cukup besar karena di sini tidak ada wartawan maupun kamera."
YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanfictionSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi