"Jangan tertawa terus, Tetsu!"
Tak bisa. Meski sudah ditahan, tawanya lolos begitu saja. Jawaban ujian kimia [Name] benar-benar menghiburnya. Bagaimana bisa seseorang yang sudah belajar intensif dengannya selama dua minggu untuk membahas semua materi yang akan keluar di soal ujian—bahkan ia juga sudah memberikan soal ujiannya sewaktu duduk di kelas 2 SMA, tapi masih tetap remedial?
"Aku tidak bisa menahannya," tawa Kuroo. "Jawabanmu hampir semuanya ngaco."
Kuroo melirik [Name] yang cemberut, mendengus kecil lalu kembali mengamati isi kertas ujian [Name]. Sungguh di luar akal sehat. Semua materi ini sudah ia ajarkan pada [Name], tapi gadis itu masih kesulitan menjawabnya. Kuroo tergelak kala [Name] memilih jawaban 'basa' untuk kategori senyawa CH3COOH.
"Bukannya sudah kuajari kalau sebagian besar asam identik dengan senyawa yang mengandung hidrogen sedangkan basa dengan hidroksidanya?" tanya Kuroo sambil meredakan tawa. "Tapi kenapa kau memilih asam asetat sebagai basa, kitten?"
"Karena kupikir senyawa itu memiliki OH di belakangnya!" seru [Name] kesal.
"Tapi CH3OO adalah ion asetat. Kan sudah kusuruh untuk menghafalkan anion dan kation," balas Kuroo.
[Name] menyambar kertas ujiannya dari tangan Kuroo, melipatnya kasar lalu menjejalkan kertas yang tertoreh angka 55 dengan tinta merah itu ke dalam tas. "Aku lupa oke? Kapasitas otakku tidak sanggup menghafal semua ion yang kauminta. Aku tahu aku bodoh, tidak usah ditertawakan terus."
Kuroo masih melekatkan pandangannya pada gadis yang tengah merajuk. Ia mengulum tawa kala [Name] membalikkan halaman bukunya dengan gerakan kasar, menimbulkan suara yang cukup keras.
Niat awal [Name] datang ke rumahnya adalah untuk belajar bersama. [Name] yang setahun lebih muda darinya meminta untuk diajarkan pelajaran eksakta, terutama kimia. Bagi gadis itu, kimia tampak seperti sebuah mantra yang tak jelas asal-usulnya sementara untuk Kuroo malah sebaliknya. Tak tega membiarkan gadisnya kesulitan belajar, Kuroo mengiyakan permintaan [Name]. Namun hasilnya seperti yang sudah bisa dilihat.
Tutor selama dua minggu darinya masih tak bisa mengubah nilai [Name]. Ada peningkatan, tapi tak cukup untuk lolos dari remedial.
Kuroo menyunggingkan senyum kecil tatkala [Name] mendengus jengkel. Tangan kanannya bergerak untuk menulis rumus yang sekiranya penting, lalu meraih penghapus kemudian kembali menulis. Mengamati sisi wajah [Name], Kuroo tahu bahwa apapun yang ditulis gadis itu sama sekali tak bisa dipahami. Gadis itu hanya menyalin isi buku.
"Mau kubantu, tidak?" tanyanya sembari beranjak dari posisi berbaring.
[Name] menoleh dari balik bahu dengan ekspresi memberengut. "Apa kau akan mengejekku lagi?"
Kuroo mengangkat bahu acuh tak acuh. "Jika lucu maka aku akan tertawa."
[Name] memicingkan mata pertanda kesal, tapi mawas diri bahwa ia tak memiliki kapabilitas untuk memahami konsep yang begitu abstrak tanpa bantuan kekasihnya. Lantas, ia mendorong buku kimia yang tebal ke arah Kuroo.
Ia beringsut mendekati [Name], lalu mendudukkan diri di belakang [Name]. Merasa kurang nyaman, Kuroo meminta [Name] untuk mengangkat tubuh lalu menuntun gadis itu agar duduk di pangkuannya. Diabaikan tatapan penuh selidik dari [Name], berpura-pura tak mengerti maksud dari tatapan gadis itu.
"Jadi, bagian mana yang masih bingung?" tanya Kuroo sembari merangkul pinggang gadisnya agar tak terlalu banyak bergerak.
"Aku masih kesulitan untuk membedakan ikatan yang ada dalam senyawa," gumam [Name], menunjuk gambar struktur senyawa yang terpampang dalam buku. "Bagaimana aku tahu dalam senyawa itu ada ikatan ion, kovalen atau apalah itu namanya?"
YOU ARE READING
Haikyu!! One Shots
FanfictionSekumpulan cerita mengenai dirimu yang menjadi pasangan para atlet voli di berbagai situasi