Dunia ini terlihat tidak adil, namun kebenarannya memang begitu. Takdir nampaknya bermusuhan dengan keinginan, tetapi nyatanya ia bersahabat dengan kesakitan.
Tidak ada pembelaan untuk segalanya! Silakan jalani saja sampai Tuhan mengatakan waktunya untuk pulang.
_monokrom_
🍂🍂🍂
Jihan Husada seorang wanita cerdas dan mandiri, berprofesi sebagai seorang dokter mudah membuatnya sangat sibuk. Jihan yang saat itu berusia 25 tahun belum mengenal seorang pria pun di hidupnya selain ayah dan sang adik Jerry.
Lamban kisah Jihan kemudian dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang pria yang dapat dikatakan sudah matang untuk berumah tangga bernama Arvan Ananta, seorang pembisnis terkenal dari keluarga terpandang pula.
Pernikahan mereka berjalan lancar walaupun tanpa adanya rasa cinta sedikitpun diantara mereka, hubungan mereka tak lebih didasari dari suami istri yang simbiosis mutualisme. Jihan akan mendapatkan akses jalan yang mudah untuk menggapai cita-cita menjadi dokter spesialis bedah toraks, sedangkan Arvan akan memperoleh image yang baik di publik setelah menikahi seorang dokter muda berbakat. Selain itu Arvan hanya membutuhkan wanita untuk melahirkan keturunan yang cerdas demi pengembangan bisnisnya.
Jalan dua tahun berumah tangga Jihan ah maksudnya Nyonya Jihan Husada Ananta mengandung bayi kembar, karena jenjang karir yang membuat sibuk kondisi kandungan sedikit menurun. Perutnya kerap kali keram, hingga menginjak usia kandungan 8 bulan Jihan terpaksa melahirkan bayi kembar mereka secara prematur. Tak lepas dari berita buruk, dokter memvonis salah satu bayinya memiliki imun tubuh lemah.
Arka dan Arga bayi kembar yang sekarang menginjak usia satu tahun. Tumbuh dengan baik walaupun dalam kondisi bayi Arka diketahui memiliki penyakit hemofilia ketika tak sengaja jatuh 1 bulan lalu dari sepeda bulatnya, ketika itu darah segar enggan berhenti mengalir dari lengan mungil itu.
Jihan yang dalam perjanjian hanya akan melahirkan dua orang keturunan harus menggeram marah saat Arvan memintanya melahirkan seorang putra lagi. Bukan tanpa alasan Arvan melihat kedua keturunan tak dapat menyandang status sebagai penerus, Arka memang cerdas dan belajar dengan cepat tetapi kondisi kesehatannya jauh dari kata baik. Sedangkan Arga lahir tanpa cacat dan sehat tetapi melihat perkembangan yang lambat saat ini membuatnya ragu, pasalnya Arka jauh tertinggal dalam belajar bicara maupun berjalan dari si kembar yang notabenenya sakit.
Jihan masih berusaha menentang untuk tidak melahirkan seorang bayi lagi, ia tidak bisa membagi waktu antara pekerjaan, merawat Arka dan mengurus Arga. Ia masih ingin tetap bekerja, namun bujukan dan paksaan dari Arvan akhirnya Jihan terpaksa menyetujui permintaan Arvan. Satu syarat yang diajukan Jihan, setelah bayi itu lahir ia tidak akan mengurusnya sama sekali dan ia akan fokus mengurus Arka dan menetap di rumah sakit saat bayi ketiga lepas dari ASI.
Beruntung atau buruknya bayi ketiga adalah laki-laki dan lahir secara normal dan sehat. Putra yang ditunggu oleh Tuan Arvan disambut suka cita oleh keluarga besar Ananta, sang nenek bahkan menambahkan marga bangsawannya di bayi bermata bulat jernih itu, Arrant Wijaya Ananta. Arrant seakan menjadi poros dari semua kehangatan keluarga Ananta.
Perlakuan berbeda dapat dirasakan oleh Jihan selaku seorang ibu, putra kembarnya seperti diasingkan sejak anak ketiga lahir. Arga saat itu berusia tiga tahun sama sekali tidak dianggap saat bersamaan Oma dan Opa. Kedua orang itu dengan sinis membandingkan Arga dan Arka dengan sang adik Arrant yang menginjak usia satu tahun sudah mampu berbicara dengan jelas. Jihan sangat benci melihat putra kembarnya menangis keras ketika sang nenek mendorong tubuh Arga yang tak sengaja memegang Arrant setelah bermain tanah.
Sejak kesenjangan kasih sayang itu membuat Jihan membenci Arrant, ia sangat tidak menyukai presensi Arrant ketika berdekatan dengannya. Ia berpikir Arka dan Arga lebih butuh kasih sayang dibandingkan si bungsu Arrant yang selalu diagung-agungkan.
Tuan Arvan yang seharusnya menjadi sosok penengah yang baik dalam konflik menantu dan mertua ini lebih memilih bungkam. Ia tidak tahu harus memihak siapa, satu sisi ia sangat menghormati sang ibu dan sisi lain ia juga membenarkan argumen Jihan tentang kesenjangan kasih sayang.
"Sudah saya putuskan untuk menetap di apartemen rumah sakit, karena pekerjaan yang sedang sibuk dan kondisi Arka yang butuh perhatian lebih saya akan membawa Arka bersama saya. Saya mohon jika kamu masih punya tanggung jawab sebagai Ayah dari anak-anak kita, saya titip Arga dan setiap akhir pekan saya akan pulang. Tolong jaga dan rawat Arga dengan baik," putus Jihan yang tampak sudah sangat muak dengan sifat Arvan dan mertuanya.
"Hm. Terserah," ucap Tuan Arvan acuh dan terkesan tidak peduli membuat tekat Jihan sangat bulat untuk keluar dari rumah ini.
***
Jihan benar-benar menepati kata-katanya untuk pulang setiap akhir pekan, Sabtu merupakan hari paling ditunggu oleh Arga dan paling ditakuti Arrant. Dihari itu Arga akan mendapat haknya sebagai anak, bermanja-manja dengan sang ibu yang mengelus kepalanya sayang. Lain hal dengan Arrant ia sangat tertekan dengan tatapan sang ibu yang jelas mengisyaratkan kebencian tertuju untuknya.
Jihan tidak menyukai keberadaan si bungsu yang selalu mengingatkan dirinya akan perlakuan buruk yang didapat si kembar sejak terdeteksinya presensi Arrant di dunia ini.
Lantas bolehkah Jihan menyesali kelahiran putra ketiganya?
Istri adalah cerminan dari suami dan suami adalah cerminan dari istri. Ungkapan itu tepat untuk keluarga Ananta, pasang serasi yang melupakan tugas resmi sebagai orang tua demi jenjang karir di dunia.
Seperti Jihan yang menguapkan seluruh rasanya sayangnya untuk Arrant, Tuan Arvan pun demikian mengabaikan 2 putranya yang lain dengan menjadi hanya Arrant sebagai poros kehidupannya.
Impas bukan? Si kembar mendapat kehangatan ibu namun tidak dengan dekapan ayah, sedangkan si bungsu tidak merasakan dekapan ibu tetapi mendapatkan seluruh atensi ayah.
.
.
.
.
.
Tbc
Halo teman-teman semua mohon bantuan vote dan komennya ya(◍•ᴗ•◍)❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Completed]
General Fiction°Cerita Pertama° Silahkan dibaca dan jangan lupa tinggalkan VOTE serta KOMEN ♥♥ Tuhan menitipkan nyawa bukan hanya berlian, pemanis atau cahaya pada suatu keluarga, mereka lebih dari sekedar itu!! Mereka hidup, mereka butuh kehangatan, butuh cinta d...