"Entah Antagonis ataupun Protagonis, terlepas dari semuanya kamu adalah pemeran utama dalam cerita hidupmu."
_monokrom_
🍂🍂🍂
Pemuda yang memiliki tubuh sedikit pendek itu berlari mengejar sosok pemuda lain yang sudah berada di parkiran.
"Arrant, udah mau pulang?" sapa Arka melihat adik bungsunya sudah berada diparkiran bersama bodyguard pribadinya.
Arrant menatap datar Arka tanpa jawaban.
"Boleh Abang pulang bersama Ar?" tanya Arka lagi.
"Nggak, Lo nebeng Arga aja," jawab Arrant terdengar kesal?
"Tapi Abang,,"
Ucapan Arka terpotong ketika Arrant lebih dulu memasuki mobil tanpa menghiraukannya.
"Paman, ayo kita pergi!" ucap Arrant bak perintah.
"Maaf Tuan muda Arka, saya tidak bisa memberi Anda tumpangan."
Arka mencoba mengerti dan mengangguk, "ya, tak papa, Arka mengerti. Hati-hati di jalan, Paman."
Mobil yang membawa adik bungsunya melaju pelan meninggalkan gerbang sekolah, Arka hanya memandang sedih mobil itu hingga menghilang.
Aneh, Arka pikir sikap Arrant sekarang sangat aneh. Kemana adik kecilnya dulu yang manja dan cerewet? Kenapa sekarang hanya ada Arrant yang dingin dan tak tersentuh. Kemana adiknya yang dulu menangis lebih kencang ketika ia terluka?
Ah memikirkan adiknya itu membuatnya rindu senyum gigi kelinci milik Arrant. Kapan ya kira-kira terakhir ia melihat senyum tulus dengan tatapan polos milik Arrant?
Pughh
Tepukan kecil mendarat di bahu Arka, membuat ia langsung berbalik melihat si pelaku.
"Joan?"
Pemuda dengan dimple di kedua pipinya merekah senyum ke arah Arka, "ngapain lo bengong di sini, Ka?"
"Em, ah itu," Arka menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Lagi nyari Arga buat nebeng pulang." lanjutnya.
Joan tampak mengangguk paham, "setahu gue kamis itu jadwal ekskul basket, Ka. Jadi kemungkinan besar sodarah kembar Lo lagi latihan di lapangan."
"Oh gitu ya, Jo. Jam berapa biasanya selesai, Jo?"
"Sore sekitar jam 5, kalau Lo mau nebeng sama gue aja Ka. Gue bawa motor kok," tawar Joan pada teman sebangkunya dalam 4 hari ini.
Arka sebenarnya sedikit tertarik dengan tawaran Joan mengingat mama sedang tidak bisa menjemputnya hari ini. Tapi jujur Arka merasa tak enak merepotkan orang yang belum seminggu ia kenal.
"Thanks tawaran nya Jo. Gue nunggu Arga aja, Lo pulang aja duluan."
"Yakin?"
Arka mengangguk mantap.
"Oke deh, gue balik duluan ya," pamit Joan pergi menuju motor miliknya.
***
Suasana mansion keluarga Ananta cukup kacau, maid yang sedang bekerja keras memberikan sisa-sisa beling yang berserakan di lantai. Para bodyguard yang melaporkan hasil pada Jihan yang menangis sesenggukan.
Tuan Arvan masuk dengan tergesa-gesa setelah meninggal meeting yang berharga. Ia mendapatkan telpon dari rumah mengatakan Istrinya mengamuk histeris dan putra sulungnya menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Completed]
General Fiction°Cerita Pertama° Silahkan dibaca dan jangan lupa tinggalkan VOTE serta KOMEN ♥♥ Tuhan menitipkan nyawa bukan hanya berlian, pemanis atau cahaya pada suatu keluarga, mereka lebih dari sekedar itu!! Mereka hidup, mereka butuh kehangatan, butuh cinta d...