"Berhenti menaruh kepercayaan dan harapan pada orang lain, karena Tuhan mengatakan hati manusia mudah untuk dibolak-balikkan."
_monokrom_
🍂🍂🍂
Semua masih belum jelas. Kata maaf juga belum terbalas 'dimaafkan' tetapi hubungan saudara antara Arrant dan Arga sudah jauh membaik. Seperti siang ini Arga mengajak Arrant ke kantin bersama, duduk di bangku dekat kolam ikan koi.
Kalian masih ingat tempat ini kan? Ya kantin mbak Dewi. Arga takkan lupa hari dimana ia pertama kali menatap mata sang adik setelah hampir 7 tahun tumbuh seatap namun bersikap layaknya orang asing. (Chapter 1)
Hari ini Arga kembali menatap Arrant yang tengah melahap makanannya dengan rakus, semangkuk salad sayur dengan beberapa irisan daging diatasnya. Arga menatap jijik tumpukan berwarna hijau yang adiknya kunyah dengan semangat.
"Apa gak pahit?" tanya Arga, membayangkan sayuran itu masuk ke mulutnya saja membuat Arga mual. Bagaimana jika warna hijau pada sayuran itu membuat tubuhnya berubah hijau juga, seperti Hulk mungkin. Tunggu, sepertinya Buto ijo lebih cocok.
Sudah cukup! Abaikan pikiran bodoh dan aneh dari manusia alien seperti Arga.
"Em, ini enak. Kakak harus coba!"
"Tidak akan!!" tolak Arga cepat.
Arrant mengedikan bahunya acuh dan lanjut melahap bekal yang ia bawa. Sedangkan Arga? Ah ia sudah menghabiskan pesanan nasi goreng seafood miliknya dalam 5 menit setelah sampai.
Arga mengetuk jarinya pelan di meja, ia bosan sekarang. Arrant hanya merespon seadanya jika sedang makan, aturan papa untuk tidak berbicara ketika sedang makan sepertinya sudah mendarah daging di tubuh si adik.
"Lo namain ikan koi yang itu lumba-lumba kan, Ar?" tunjuk Arga pada salah satu ikan dengan motif hitam dominan di kepala dan ekornya.
Arrant menghabiskan makanannya dan menyelesaikan dengan satu botol air mineral, ia membiarkan pertanyaan sang kakak mengambang sejenak.
"Iya, Ar menamakannya lumba-lumba."
"Kok aneh banget namanya, kenapa gak kloi aja? Beti? Nemo kek?" saran Arga terdengar memaksa.
"Suka-suka gue lah, kok Lo yang ngatur," sewot Arrant.
"Lah kok ngamuk," ujar Arga bernada.
Huft
Arrant menghembuskan nafasnya pelan, menghadapi alien satu ini harus ekstra sabar.
Ngomong-ngomong Arrant akan membisikan sebuah fakta ke kalian semua 'manusia-manusia di keluarganya bersumbu pendek', alias gampang tersulut emosi termasuk Arga dan juga dirinya mungkin.
"Sudahlah, Lo mau tau ceritanya gak?" tanya Arrant dibalas anggukan kepala dari sang kakak.
Arrant membenarkan posisinya yang semula duduk menyamping menatap si lumba-lumba yang berenang ke sana kemari di kolom yang terbilang besar dengan air mancur buatan di sudut kanan.
"Lumba-lumba itu hewan yang selalu bahagia kak, giginya kecil dengan mulut yang selalu melengkung membuat wajahnya selalu tersenyum. Arrant suka itu, kakak tahu lumba-lumba hewan mamalia terspesial tidak memiliki rambut, punya otak yang besar dan sangat cerdas, kayak Arrant kan?" tanya sang adik percaya diri.
Arga hanya mengangguk malas, ia akan sabar dan tidak menyela kali ini. Arga tidak akan menghancurkan mood Arrant yang sedang bercerita.
"Hidup di perairan, dapat menyelam sampai di lautan yang dalam. Tapi kak, lumba-lumba tak bisa selamanya di air, ia tidak bisa bernapas saat menyelam dan harus tetap kembali ke atas untuk menghirup udara bebas," jelas Arrant menyendu di ujung kalimat.
Arga sama sekali belum paham makna apa yang tersirat dari tiap kalimat Arrant. Ia masih berusaha mencari benang merah antara lumba-lumba dengan pertanyaan awalnya mengenai koi?
Hey tunggu!! Dimana letak hubungan antara nama lumba-lumba dengan ikan koi?
"Jadi apa hubungannya dengan ikan koi?" Arga menukik tajam alisnya, ia bingung dengan penjelasan yang sang adik sampaikan.
"Tidak ada," jawab Arrant enteng.
Prak*
Arga lagi dan lagi menjatuhkan rahangnya, untuk apa ia mendengarkan ocehan sang adik mengenai lumba-lumba tapi pada akhirnya sama sekali tak ada hubungannya dengan ikan koi yang tengah menatapnya dengan mata belong. Oh Tuhan, tolong kuatkan Arga karena sang adik satu spesies dengannya, aneh.
Di sisi lain Arrant terkekeh geli ia berhasil menjahili Arga, melihat wajah sang kakak yang tampak masam membuat kesenangan tersendiri untuknya. Oke sudah ditetapkan, menjahili Arga akan menjadi hobi baru untuk Arrant.
Ada yang manis tapi bukan gula. Senyum dengan gigi kelinci milik adiknya, sekarang menjadi candu untuk Arga. Ia suka melihat mata bulat Arrant yang menyipit karena tertawa, adiknya tampak hidup sekarang. Jika tingkah bodohnya yang membuat Arrant tertawa lepas, ia senantiasa senang menjadi badut tetapi tetap berkelas. Arga tidak suka jika tidak terlihat keren.
"Kak ayo pergi Ar sudah tidak nyaman di sini," ajak si adik tiba-tiba.
"Eh? Emang kenapa?" Arga cukup penasaran dengan perubahan mood Arrant yang terkesan mendadak.
"Gak ada, gue mau ke kelas duluan ya kak."
Arrant bangkit dari kursinya, melangkah pergi meninggalkan Arga yang masih menatap bingung.
"Aneh banget," gumam Arga pelan mengekor di belakang, meninggal kantin menuju ke lapangan basket. Ada Galang di sana.
Lepas dari pengelihatan Arga ada sepasang bola mata teduh yang memandang mereka dengan sendu.
"Kapan gue bisa seakrab itu juga sama kalian?" batin si pemuda.
.
.
.
.
.
.
TbcChapter kali ini gak ada konflik dulu ya kan lagi bulan Ramadhan. Awali buka puasa dengan yang manis-manis, kayak hubungan saudara Arga-Arrant tentunya. Hehe
Jangan lupa vote dan komen
See you next chapter ❥
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Completed]
General Fiction°Cerita Pertama° Silahkan dibaca dan jangan lupa tinggalkan VOTE serta KOMEN ♥♥ Tuhan menitipkan nyawa bukan hanya berlian, pemanis atau cahaya pada suatu keluarga, mereka lebih dari sekedar itu!! Mereka hidup, mereka butuh kehangatan, butuh cinta d...