"Jika nanti aku bisa bertemu dengan Tuhan, aku akan berkata kepada-Nya hidup ini adalah secangkir kopi yang tak pernah aku minta."
_So Far Away_
🍂🍂🍂
Mata bulat Arrant memandang kosong tirai hujan dari balkon kamarnya. Ritme abstrak dari tetesan air yang jatuh itu selalu berhasil membuat Arrant sesak, ada ruang di hatinya yang terasa begitu hampa.
"Kenapa kau kembali? Apakah jatuh menghantam bumi itu tak sakit?"
Pertanyaan aneh itu mengalun begitu lirih, entah tak bersebab Arrant merasa ingin menangis melihat hujan kali ini. Tak ada kilat ketakutan, tak ada bayangan teriakan, hatinya hanya sendu, perih teriris begitu dalam.
Sebelumnya reaksi trauma Arrant begitu parah, tubuhnya akan otomatis bergetar bersembunyi di balik selimut sembari menutup telinga. Tapi sekarang ia malah ingin menyentuh hujan itu, membiarkan air mengalir membasahi kepalanya.
Arrant ingin menari di tengah badai, menikmati sensasi dingin yang menembus tulang. Membiarkan traumanya meluruh bersama tetes hujan yang jatuh.
Tap
Tap
Tap
Langkah kaki Arrant berjalan tanpa irama, ia ingin cepat merealisasikan ekspetasi otaknya tentang hujan.
Sorot mata bulat Arrant menatap tak suka, sosok Arka yang menghadang akses tangga. Kenapa dia harus melamun di tengah anak tangga, berdirilah di tempat lain yang tak mengganggu jalan Arrant yang hendak kebawah.
"Menyingkirlah!" usir Arrant terdengar dingin.
"Mau kemana, Ar?" tanya Arka belum mengubah posisinya.
"Luar." Jawab Arrant malas.
"Jangan, bahaya di luar sedang hujan!"
Keryitan di dahi Arrant semakin banyak, sungguh ia kesal dengan Arka yang melarangnya keluar. Apa peduli Arka menghentikannya, mau hujan atau pun badai sekalipun Arrant ingin menikmati itu sekarang.
"Aku ingin badai itu," ucap Arrant pelan berusaha meredam emosinya.
"Ha?" Arrant mencoba mendekat untuk mendengar suara Arrant lebih jelas.
Ctarr
Belum sempat kaki Arka menapak, suara petir besar membuat ia tersentak.
Argh!!
Arka kehilangan pijakan, tubuhnya limbung jatuh terguling di puluhan anak tangga sebelum akhirnya mencapai lantai dasar dengan darah yang menggenang.
Arrant melotot tak percaya dengan kejadian yang serasa begitu cepat, tangannya bahkan sempat terangkat untuk menggapai tubuh Arka.
Arrant membeku, cairan merah bahkan memenuhi lantai bekas Arka jatuh. Terlalu banyak aroma anyir yang dapat ia cium, otaknya tak mampu berpikir jernih, sungguh ia ketakutan.
Bagaimana jika Arka mati, bukankah ini salahnya karena tak sempat menarik Arka?
Teriakan frustasi Arga yang meminta paman Sam menyiapkan mobil membuat Arrant tersentak, Arrant bahkan tak sadar sejak kapan Paman Sam dan sang kakak sudah ada di sana merengkuh tubuh Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Completed]
General Fiction°Cerita Pertama° Silahkan dibaca dan jangan lupa tinggalkan VOTE serta KOMEN ♥♥ Tuhan menitipkan nyawa bukan hanya berlian, pemanis atau cahaya pada suatu keluarga, mereka lebih dari sekedar itu!! Mereka hidup, mereka butuh kehangatan, butuh cinta d...