(23) Pilihan yang Tepat

421 43 7
                                    

"Dunia ini terus berputar, kehidupan juga terus berjalan. Jika berhenti maka itu artinya mati."

_Monokrom_

🍂🍂🍂

Arka itu spesial, kata mama yang selalu tertanam di otak Arka. Ada masalah pada cairan merah yang mengalir dalam tubuhnya, ditambah sistem imun yang lemah membuat kondisi Arka kerap memburuk. Kira-kira saat umur satu tahun atau tepatnya sejak hemofilia ditetapkan sebagai bagian dari dirinya, hidup Arka berubah, bahkan kisah hidupnya pun hampir berlatar 90% di rumah sakit.

Mama sangat menyayanginya, menurut Arka sendiri sebenarnya lebih kearah overprotektif. Baginya kata istimewa itu malah menjadi kekangan dan pembatas yang dibuat sang ibu, pemisahan antara Arka dengan kedua saudaranya yang lain.

Sejak kembali menginjakan kaki ke mansion untuk pertama kalinya Arka paham, dirinya bukanlah terlahir istimewa melainkan beban dalam keluarga Ananta. Ia dapat melihat dengan jelas ketidak nyamanan di mata Arrant, ia juga merasakan hal yang sama pada tatapan Arga. 

Selain mama Arka pikir semua orang tak mengharap kehadirannya, Papa cenderung menghindar dalam berinteraksi dengannya. Ia terasingkan, ditambah sekarang Arga bahkan lebih dekat dengan Arrant, jelas terlihat mereka menghindarinya atau lebih tepat di sebut membenci?

Arka merasa seperti orang lain dalam rumah sendiri, mereka tak menganggap eksistensinya berarti. Jadi sebenarnya apa alasan untuk ia bertahan sejauh ini?

Arka rasa jikapun dia memilih kembali pada Tuhan, kehidupan semua orang akan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Rasa kehilangan tidak akan pernah hadir untuk mereka, jadi sekarang kenapa dia tetap berjuang ditengah tubuh yang selalu mengajak pulang.

Tap

Tap

Tap

Suara langkah kaki memecah lamunan Arka, dari arah kanan ia dapat melihat Arrant berjalan tanpa irama. Sorot mata bulat sang adik menatapnya tak suka, beragam emosi tercetak jelas dari sudut mata yang berkedut.

"Menyingkirlah!"

Ucapan dingin Arrant membuat Arka sadar posisinya sekarang yang berada di lantai dua, tepat di depan anak tangga pertama.

"Mau kemana, Ar?" tanya Arka belum mengubah posisinya.

"Luar," jawab Arrant singkat.

"Jangan, bahaya di luar sedang hujan!"

Arka mengamati lebih dalam wajah Arrant, ia sadar mental adiknya dalam kondisi tak baik, tercetak jelas dengan jejak air mata yang mengering. Keadaan hujan lebat dengan angin lebih tepatnya badai dan sang adik ingin keluar? Tidak akan Arka biarkan, ia takut terjadi sesuatu pada Arrant.

"Aku ingin badai itu," ucap Arrant pelan meredam bersama deru hujan di luar, terdengar namun sedikit samar di telinga Arka.

"Ha?"

Ctarr!!

***

Dedaunan kering yang terseret angin cukup kencang dari arah barat, membuat tubuh tegap itu berhenti sejenak. Arga menikmati sensasi dingin yang bergerak melawan arah langkahnya.

Kepala Arga sedikit mendongak menatap langit yang ditutupi awan kumulus, warna birunya tertelan sempurna oleh kelam.

"Sudah gelap, sepertinya bakalan turun hujan sebentar lagi," gumam Arga melanjutkan langkahnya menuju parkiran untuk kendaraan roda dua.

Monokrom [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang