"Jika aku mengambil keputusan untuk pergi, jangan terlalu lama kau tangisi. Aku hanya pulang, kembali pada rumah paling nyaman."
_Monokrom_
🍂🍂🍂
Arga masih terduduk di salah satu bangku di depan ruang unit gawat darurat, tangannya berpilin meremat jemari yang gemetar. Ia duduk termangu di kursi tunggu sembari menatap lampu yang menyala berwarna merah di atas pintu.
Tubuh dan pakaiannya dipenuhi cairan merah, menetes bersama air dari bajunya yang tadi basa. Saat ini pikiran Arga kacau, otaknya sedang berkerja keras mengurai benang kusut yang tidak akan pernah habis.
Arrant tidak mungkin melakukan itu kan?
Sepenggal kalimat itu yang sejak tadi membuat gemuruh di dada Arga. Ingatan tentang sang adik yang berdiri di atas tangga dengan tangan terangkat memandang ke bawah, persis seperti posisi mendoro_
Tidak, tidak. Arga menggeleng kepala, menipis setiap kalimat negatif yang terus berbisik di telinga. Ia sangat percaya pada Arrant, adiknya tidak mungkin berbuat seperti itu.
Arga menatap lantai, ia sangat khawatir melihat darah yang menggenang. Namun, tidak dapat dipungkiri Arrant mendominasi pikirannya, bukankah sekarang Arka yang berada di ambang kematian?
Brak
Pintu UGD terbuka sedikit kasar, seorang Ners atau lebih tepat di sebut perawat laki-laki keluar dengan ekspresi serius.
Dengan spontan Arga berdiri berlari kearahnya, ia mendadak memikirkan keadaan buruk. Ia takut terjadi sesuatu pada Arka ketika melihat raut serius Ners.
"Keluarga pasien atas nama Arkantara?!"
"Iya sa-saya," jawab Arga gemetar.
"Keadaan pasien belum dapat kami katakan baik karena kehilangan banyak darah, pasien untuk saat ini masih kami nyatakan dalam pemantauan."
Jantung Arga berpacu lebih cepat mendengar penjelasan dari ners. Ia berusaha meredam ketakutan dengan menggigit bibir bagian bawahnya.
"Tapi perlu kami sampaikan persediaan golongan darah AB dengan resus negatif sedikit langkah dan hanya tersisa 1 kantung di rumah sakit ini. Jadi harap hubungi pihak keluarga sesegera mungkin untuk mengikuti tahap pendonoran," jelas ners.
"Golongan darah kami sama, saya kembarnya. Ambil darah saya!" Jawab Arga cepat, ia tidak akan membuang waktu terlalu lama untuk menunggu mama ataupun papa tiba.
Ners itu mengangguk tanda mengerti maksud dari pemuda dihadapannya, melihat sebentar penampakan Arga yang terlihat kacau.
"Mari ikut saya untuk melakukan beberapa pemeriksaan kesehatan dahu_"
"Saya sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit apapun!" tegas Arga.
Apakah ners ini tidak mengerti, Arga ingin melakukannya dengan cepat.
Huft
Ners yang diketahui bernama Sean dari nametag di seragamnya menghela napas lelah, sungguh pemuda dengan seragam sekolah dihadapannya ini berkepala batu.
"Baiklah saya hanya akan memeriksa tekanan darah anda, mari ikut saya!"
Sean berjalan terlebih dahulu dengan Arga yang mengekor dibelakangnya.
"Arga!" teriak diiringi alunan langka yang tergesa mengalihkan atensi mereka.
Jihan datang dengan tampilan kacau, setelah tadi mendapatkan kabar Arka terluka ia memutar balik mobilnya menuju rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Completed]
General Fiction°Cerita Pertama° Silahkan dibaca dan jangan lupa tinggalkan VOTE serta KOMEN ♥♥ Tuhan menitipkan nyawa bukan hanya berlian, pemanis atau cahaya pada suatu keluarga, mereka lebih dari sekedar itu!! Mereka hidup, mereka butuh kehangatan, butuh cinta d...