"Janji akan terus terikat selagi jiwa masih melekat erat dengan jalinan yang kuat."
_monokrom_
🍂🍂🍂
Dua minggu sudah berlalu namun kisah kelam itu sedikit pun tak berangsur menjadi terang. Bahkan deburan ombak yang datang semakin tinggi, menghantam lutut yang masih berdiri.
Seorang pemuda menepikan kuda besinya di pinggir taman, otaknya terasa penuh. Ia pikir mungkin dengan duduk di pinggir Danau Inspirasi akan membuatnya sedikit segar.
Hari ke sebelas menjadi murid baik dan anak yang penurut ternyata tidak muda untuk Arga. Biasanya akhir pekan seperti ini Galang akan menjadi teman aduk mekanika, uji nyali dikejar anjing tetangga. Marvin si anjing hitam milik tetangga Galang jenis Rottweiler dengan tingkat kegalakan luar biasa, setiap orang yang menginjak wilayah teritorialnya akan di-gonggong dan dikejar sampai dapat.
Seragam coklat tua Arga pernah sobek karena menjadi korban gigit Marvin. Ah mengingat hal itu membuatnya bergidik ngeri, dasar psikopat berkedok guguk.
Arga menghela napas lelah, sekarang ia tak bisa melakukan hal-hal random lagi karena saat ini ia sudah memiliki tujuan. Kebahagiaan Arrant adalah prioritas utama, satu-satunya senyum yang pernah Arga lihat dari sang adik ialah mengenai kebebasan.
Senyum dan tawa lepas pemuda bergigi kelinci itu pernah Arga lihat ketika mereka menghabiskan satu hari bersama tanpa takut menghadapi hari esok, rasanya saat itu semuanya bebas. Dan kini Arga ingin melihat senyum itu lagi, senyum ketulusan dengan harapan abadi.
Malam dimana tepat ketika Arrant baru saja kembali dari rumah sakit Arga membuat perjanjian pada Tuan Arvan Ananta.
"Bebaskan Arrant!" Kalimat pertama yang keluar dari mulut Arga sejak tiba di taman belakang bersama sang ayah.
"Kamu sedang bercanda hm? Apa yang perlu papa bebaskan? Papa tidak merantai adikmu." Senyum miring tercetak di wajah arogan Tuan Arvan.
"Ck, Anda tidak bodoh untuk mengerti maksud saya," ucap Arga dengan tatapan dingin.
"Tentu, tapi kamu pasti tahu prinsip papa. Sekarang saya tanya apa yang kamu tawarkan atas keinginan itu?" Tatapan meremehkan dengan kedua tangan bersedekap dada, sungguh ciri khas Tuan Arvan.
"Saya akan menuruti semua keinginan anda termasuk menjadi penerus, tapi tolong bebaskan Arrant!" Suara lantang tanpa keraguan menatap sang ayah tajam.
"Pfft... Hahah luar biasa sejak kapan putra papa yang satu ini menjadi begitu bersimpati pada keadaan?"
Kenapa harus diawali kekehan, sebercanda itu kah hidup Arrant dan dirinya di mata sang ayah. Sungguh Arga membenci orang yang kini berada dihadapannya.
Melihat wajah Arga yang semakin masam, Arvan mencoba serius. Ini sebenarnya bukan penawaran yang menguntungkan tetapi bisa jadi sangat menguntungkan jika ia berhasil membawa emosi anak tengahnya kedalam ruang bersekat. Biarkan ia merasa menang sebentar dan Boom!!
"Baiklah 1 bulan waktu untuk kamu membuktikan bisa menjadi penerus atau tidak. Selama itu juga sebelum kamu saya yakini siap, Arrant harus tetap berada pada posisinya,"
Arga mengepal kuat tangannya, ia tahu ini bukan penawaran yang baik.
"Tenang saja saya akan memberikan akhir pekan yang bebas untuk Arrant asal kamu bisa menepati janji menjadi putra papa yang penurut."
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom [Completed]
General Fiction°Cerita Pertama° Silahkan dibaca dan jangan lupa tinggalkan VOTE serta KOMEN ♥♥ Tuhan menitipkan nyawa bukan hanya berlian, pemanis atau cahaya pada suatu keluarga, mereka lebih dari sekedar itu!! Mereka hidup, mereka butuh kehangatan, butuh cinta d...