Enam

10.1K 324 5
                                    

Rabecca bergerak malas dari ranjangnya, sudah pukul sembilan malam dan saatnya bagi Rabecca untuk mengistirahatkan tubuh serta otaknya dari kegiatan sehari-hari yang cukup menguras tenaga dan pikirannya namun, suara ketukan di pintu membuat acara tidurnya terganggu.

 Rabecca berdecak malas seraya turun dari ranjangnya. "Sebentar!" teriak Rabecca kala mendengar ketukan itu semakin cepat dan terdengar tidak sabaran.

"Lama amat sih buka pintunya?" Vio menggerutu kesal pada Rabecca, terlihat jelas wajahnya kusut seperti sedang menahan amarah.

"Lagian nggak kasih tau kalau mau datang,"  Rabecca balik menggerutu pada Violeta, gadis itu yang mengganggu tidurnya kenapa pula dirinya yang disalahkan.

Rabecca pergi menuju kamarnya lalu merebahkan tubuhnya kembali di atas ranjang kesayangannya, mencoba melanjutkan tidur yang sempat tertunda.

"Heh, malah tidur." Violeta memukul pelan bokong Rabecca, tujuannya datang menemui Rabecca untuk mencurahkan isi hati dan kekesalannya.

"Ini udah waktunya tidur Vio, lagian kamu nggak tau waktu bangat sih. Kalau aku besok telat gimana? kamu nggak tau kan kalau tu bos baru terus berusaha cari kesalahan aku." Rabecca tentu tau kalau Damian terus berusaha mencari kesalahannya walau sekecil apapun. Maka dari itu Rabecca selalu berusaha agar tidak sampai membuat kesalahan.

"Ca, aku lagi patah hati tau. Kamu sebagai sahabat nggak ada gunanya banget sih." Vio menjatuhkan bobot tubuhnya di kasur Rabecca, lalu menutup matanya dengan tangan kirinya. "Aku putus sama Reyhan," ucap Vio seraya terisak. "Brengsek!" umpat Vio kala mengingat pertemuan terakhirnya dengan pria yang bernama Reyhan itu.

Rabecca yang mendengar hal itu sontak memutar tubuhnya menghadap Vio, menatap tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

"Kamu serius? kok aku nggak percaya?" Bukan tanpa alasan Rabecca tidak percaya dengan apa yang Vio katakan, pasalnya sudah beberapa kali Vio mengatakan hal itu namun, mereka kembali bersama tidak lama setelah Vio menceritakan kekesalannya terhadap pria itu, bahkan keduanya bersikap seolah tidak terjadi apa-apa setelah bertengkar hebat dan menyeuarakan kata putus.

"Kali ini aku serius, Ca. Aku udah lelah dengan semua ini, dia selalu bilang nggak akan mengulangi kesalahan yang sama tapi, nyatanya dia terus menerus mengulang kesalahan yang sama dengan orang yang sama."  Violeta menjalin hubungan dengan Reyhan sudah hampir lima tahun. Awal hubungan mereka sangat manis, Reyhan memperlakukan Vio layaknya seorang putri namun, di tahun ketiga Reyhan perlahan mulai berubah dan yang paling parah di tahun keempat Vio beberapa kali menemui Reyhan tengah bersama dengan wanita lain dan puncaknya di tahun ini. Vio sudah tidak bisa lagi mentolerasi kesalahan Reyhan.

Mengingat awal hubungan mereka yang berjalan manis dan memiliki banyak kenangan indah, Vio bebeberapa kali memaafkan kesalahan Reyhan namun, kali ini Reyhan sudah melewati batasnya dan kesabaran Vio juga sudah berada di batas akhir.

Dan pada akhirnya ini keputusan terakhir Vio, mengakhiri semuanya hingga dia tidak perlu lagi menanggung rasa sakit yang sama dan berulang kali.

"Kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Rabecca dia berharap Vio tidak lagi kembali pada Reyhan—pria yang terus memberi rasa sakit pada sahabatnya itu.  

Vio mengangguk dua kali, kali ini keputusannya sudah tidak akan dia ubah lagi. "Aku bahkan sudah menghapus semua pesan dan memblokir nomor-nya." 

"Baguslah kalau begitu, aku harap kamu tidak akan kembali pada buaya buntung itu." Rabecca merasa lega karena sahabatnya itu sudah mengambil keputusan yang tepat.

"Ca..." Panggil Vio pada Rabecca seraya memutar tubuhnya mengahadap Rabecca.

"Hm," gumam Rabecca tanpa mengalihkan pandangannya pada Vio. Rabecca sudah sangat mengantuk, tidak biasanya dia tidur lewat dari jam sembilan malam.

"Keluar yuk," ajak Vio, dia butuh hiburan saat ini setelah mengambil keputusan besar itu.

"Nggak dulu deh, selain udah ngantuk banget aku nggak bisa tidur larut malam. Yang ada besok aku bakal telat dan pastinya Pak Damian akan senang melihat itu." Tolak Rabecca yang tidak ingin Damian memiliki celah untuk mencari masalh dengannya.

"Aku traktir makan selama satu minggu." Rabecca yang terlihat mengantuk sontak membuka matanya lebar-lebar. Tawaran yang ditawarkan Violeta sepertinya sangat menarik.

Rabecca yang saat ini sudah kehabisan skincare akhirnya menemukan cara untuk membelinya tanpa mengeluarkan sepeserpun uangnya. Namun, dia harus mengorbankan jam tidurnya tapi tidak apa-apa selama uangnya tidak bergerak dari dompet, itu tidak jadi masalah besar untuknya.

"Ayo, kita mau kemana?" Rabecca dengan cepat turun dari ranjangnya lalau bergerak untuk mengambil hoodie-nya tidak lupa dengan tas kecil yang hanya muat smart-phone miliknya.

Violeta mendengus sebal kala melihat sikap Rabecca. "Mata duitan," ucap Vio lalu ikut turun dari ranjang. "Baju yang kamu pakai itu tidak cocok dipakai ketempat tujuan kita, Ca. Buruan ganti!" 

"Emangnya kita mau kemana?"

"Club, aku ingin melupakan yang terjadi hari ini." Rabecca meringis saat mendengar tempat itu keluar dari mulut manis sahabtnya.

Rabecca punya kenangan buruk yang berhubungan dengan Club dan sejak saat itu dirinya tidak pernah lagi menginjakkan kaki di tempat yang merupakan kesenangan anak muda jaman sekarang itu.

"Kenapa? nggak mau?" Seolah menyadari raut wajah Rabecca, vio memilih bertanya pada gadis itu.

"Nggak jadi deh, aku nggak akan pergi ke tempat seperti itu lagi." Rabecca membuka kembali hoodie yang sudah ia pakai lalu menggantungkan kembali tas kecil itu pada gantungan yang ada di dinding kamarnya.

"Kenapa sih kamu nggak pernah mau ke Club? apa ada kejadian yang enggak aku tau?" Vio menatap curiga pada Rabecca, sepertinya ada yang Rabecca sembunyikan darinya selama ini.

Rabecca tidak ingin menceritakan kejadian yang menurutnya aib pada sahabatnya itu. Sesuatu yang sangat memalukan dan merusak harga dirinya, biarlah hanya ia dan tuhan yang tau.

"Nggak ada apa-apa." Jawab Rabecca tanpa mau melihat pada Vio. 

Violeta sendiri tentu tidak percaya pada Rabecca, menurutnya pasti sudah terjadi sesuatu pada Rabecca di tempat itu hingga Rabecca menjadi anti ke tempat itu saat ini.

"Kalau begitu kita ketempat Hana aja." Hana merupakan sahabat mereka yang berprofesi sebagai seorang Dokter. Mereka jarang keluar bersama karena jadwal operasi Hana yang padat. 

"Kamu sudah beritahu dia? Bagaimana kalau dia sedang tidak di apartmennya?" 

Vio mengeluarkan ponselnya dari tas lalu menghubungi gadis yang bernama Hana itu. 

"Halo." terdengar suara lembut menyapa dari seberang sana.

"Na, kamu ada di mana?" tanya Vio tanpa basa-basi seperti menanyakan kabar ata pekerjaan gadis itu.

"Aku di apartmen, kebetulan hari ini jadwalku tidak begitu padat dan ya, besok aku libur." Ucap Hana terdengar seperti kode, agar kedua temannya itu datang berkunjung dan menghabiskan waktu bersama.

"Ok, kami datang." Setelahnya sambungan diputus oleh Vio dan langsung memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya.

"Hana ada?" tanya Rabecca yang langsung di angguki oleh Vio.

"Ayo bersenang-senang!" Seru Vio yang ingin menghibur diri sendiri.

bersambung....

Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang