Tiga Puluh

8.1K 241 3
                                    

 "Terus ikuti mobilnya!" perintah Sella pada pria yang berada di sampingnya. Matanya terus memandang pada mobil yang Rabecca tumpangi, ekspresi Sella begitu tenang namun, dalam pikirannya telah tersusun rencana yang begitu mengerikan.

Sella membayangkan wajah menderita Rabecca lalu dirinya tersenyum diatas penderitaan Rabecca. Lalu untuk pria yang bersama Rabecca tepatnya—Damian akan menjadi pria miliknya dan Sella akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini. Senyum terbit di wajah Sella ketika bayangan itu melintas di kepalanya.

"Hanya ada dua kemungkinan—" Pria yang bersama Sella membuka pembicaraan saat melihat senyum Sella.

"Apa maksudmu?" tanya Sella pada Demon—pria yang sejak tadi menuruti perintahnya tanpa banyak tanya.

"Kemungkinan pertama kau akan jadi pemenang dari permainan yang kau buat sendiri." Sella mengerutkan keningnya mendengar penuturan Demon. "Lalu kemungkinan kedua—" Demon menggantung ucapannya lalu menatap wajah Sella dengan intens, "Kau mungkin tidak akan mencapai tujuanmu dan sebaliknya kau akan hancur hingga ketitik terendah." Demon mengalihkan pandangannya dari wajah mengerikan yang Sella perlihatkan padanya.

"Kau akan melihat sendiri jalannya permainan ini dan hanya ada aku yang keluar sebagai pemenang." Sella menunjukan senyum sinis dan ambisi yang begitu menggebu.

"Mau bertaruh dengan ku?" tanya Demon dengan nada serius namun, diselipi tawa ringan seolah dirinya sedang bercanda.

Sella tersenyum mendengar tawaran Demon, "Taruhan? kau ingin mempertaruhkan apa? semua hartamu?" Tawa Sella terdengar keras dan meremehkan Demon. "Dengar, dia itu gadis yang tidak tau apa-apa. Dia hanya gadis bodoh yang tidak punya siapapun di sampingnya sebagai pelindung. Jadi—aku pastikan kalau dia akan menjadi wanita yang paling menyedihkan di dunia ini." 

"Iya, semua hartaku semua yang aku miliki akan akuberikan padamu sebagai taruhan jika kau bisa sampai pada tujuanmu." Demon serius dengan ucapannya. Dari pengamatannya Rabecca bukanlah seorang gadis yang lemah dan Demon sangat yakin kalau wanita itu punya seseorang yang ingin melindunginya dengan nyawanya sendiri bukan seperti yang Sella katakan. 

"Sepertinya kau sangat yakin kalau aku lah orang yang hancur dalam permainan ini." Sella merasa jengkel dengan ucapan Demon. Pria itu sepertinya sedang meremehkan dirinya, Sella akan menunjukan seberapa berbahayanya dirinya dan akan dia buat Demon menyesali ucapannya. "Bersiaplah untuk hidup di jalanan!" sinis Sella.

"Iya, dan aku tidak akan ikut campur dalam apapun yang kau lakukan. Aku hanya akan menjadi penonton dalam permainan yang kau buat ini dan dengan senang hati menunggu siapa yang pada akhirnya menjadi pemenang." Kali ini Demon tidak akan ikut andil dalam kejahatan yang direncanakan Sella seperti pada saat kematian Johan—ayah kandung Sella. Dia sudah cukup banyak melakukan kejahatan karena Sella akan tetapi, dia juga diuntungkan dari hal itu.

Sella dengan suka rela melemparkan tubuhnya untuk dinikmati Demon setiap hari bukan hanya itu, Sella juga mau menjerat para klien Demon dengan tubuh indahnya lalu membuat video asusila untuk digunakan sebagai ancaman jika mereka tiba-tiba ingin menghentikan kerja sama. Begitu juga dengan pesaing bisnis Demon, Sella menggunakan video asusilanya untuk menjatuhkan mereka.

Sella dan Demon terus mengikuti setiap langkah Rabecca dan Damian, menunggu waktu yang pas untuk menjalankan rencananya. 

"Kenapa menunggu begitu lama?" Demon gemes dengan Sella yang tidak mengambil kesempatan saat Damian meinggalkan Rabecca sendirian.

"Tidak perlu buru-buru, beri dia sedikit waktu menikmati hidup damainya untuk yang terakhir kalinya." Sella pikir ini bukan waktu yang tepat untuk menjalankan rencananya karena tempat itu sedang ramai pengunjung. Sella tidak mau ambil resiko besar hanya karena gegabah dan lagi pula waktu yang dia miliki cukup banyak untuk memuluskan rencananya.

Damian dan Rabecca keluar dari restoran kemudian melanjutkan perjalanan mereka yang cukup memakan waktu untuk menemui klien yang banyak maunya. 

"Apa masih jauh?" tanya Rabecca yang sudah dilanda rasa bosan dan mulai mengantuk.

"Tidak begitu jauh tapi kalau kamu ingin tidur kamu masih punya waktu yang cukup," jawab Damian seraya fokus pada jalanan di depannya. Dia sama sekali tidak sadar akan keberadaan sella yang terus membuntutinya.

"Kalau begitu akan tidur sebentar." Rabecca mencari posisi yang nyaman lalu mulai menutup matanya seraya menguap beberapa kali.

"Asal kamu tau saja, saya tidak akan membayar orang yang kerja hanya tidur." Damian kembali membuka mulut ketika Rabecca sudah mulai menjemput mmimpinya.

Seketika Rabecca membuka kembali matanya lalu menegakkan tubuhnya tidak lupa dia mengumpat dalam hati. Air muka Rabecca berubah kesal membuat Damian terhibur apa lagi bibir yang maju beberapa centi membuat senyum Damian terbit namun, dia berusaha menyembunyikannya.

"Kenapa tidak jadi tidur?" tanya Damian dengan menahan senyumnya.

"Saya tidak ingin membuang uang saya dengan sia-sia," jawab Rabecca dengan nada suara yang terdengar ketus di telinga Damian.

"Bagus kalau begitu." Damian tersenyum puas dengan mengerjai Rabecca perjalannya terasa menyenangkan. Damian kembali melirik Rabecca yang tengah melihat keluar lewat jendala.

"Badanku sudah terasa pegal." Damian menepikan mobil setelahnya ia melirik Rabecca yang juga tengah menatap dirinya dengan tatapan penuh tanya.

"Kenapa kita berhenti, Pak?" tanya Rabecca.

"Kita gantian nyetirnya," ucap Damian lalu membuka sabuk pengaman yang terpasang ditubuhnya kemudian menyuruh Rabecca pindah sementara dirinya keluar memutari mobil dan membuka pintu penumpang. "Ayo sana pindah." Damian mendorong tubuh Rabecca ke balik kemudi.

Rabecca menyetir dengan bibir komat-kamit semua sumpah serapah sudah keluar dari mulutnya meski tanpa suara. Di sampingnya Damian dengan santainya menutup mata serta melipat kedua tangannya diatas perut. 

Sialan memang Damian harusnya Rabecca sudah berada di alam mimpi namun, lihat sekarang Damian lah yang berada di alam mimpi dan apa-apaan bibir itu kenapa sesekali tertarik keatas dan membentuk sebuah senyuman yang membuat jantung Rabecca berdebar tidak karuan?

Saat konsentrasi Rabecca terganggu dengan Damian yang tertidur mobil yang Sella tumpangi dengan cepat menyalip mobil Damian yang disetiri Rabecca. Kemudian melaju dengan kencang dan dengan tiba-tiba berbalik arah menuju mobil Damian untuk menghindarinya Rabecca membanting setir kesamping dan menginjak rem secara mendadak.

Kecelakaan tidak terelakkan kepala Damian terbentur hingga mengeluarkan darah segar dan membuatnya kehilangan kesadarannya sementara Rabecca terlempar keluar karena sabuk pengaman yang ia pakai tidak kencang.

Senyum Sella terbit saat melihat tubuh Rabecca penuh luka dan tidak sadarkan diri. "Bawa dia. ... mulai saat ini hidupmu akan seperti di neraka." Sella tertawa dengan keras, saat ini dia merasa ada di atas awan karena rencananya berjalan lacan tanpa hambatan. "Kau tidak akan mati semudah itu wanita sialan!"

"Kita pergi sekarang?" tanya Demon dengan wajah datarnya. 

"Iya, dan jangan lupakan taruhannya." Sebelum pergi Sella melihat keadaan Damian kemudian mengambil satu foto Damian lewat ponselnya. "Kau akan menjadi pria milikku nantinya jadi kau tidak boleh terluka lagi setelah ini." Sella memanggil Ambulance kemudian  meninggalakan Damian sendiri di sana.

Bersambung...









Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang