Empat Puluh Tiga

7.3K 205 6
                                    

Rabecca terbangun dengan kepala berdenyut nyeri, sekujur tubuhnya terasa remuk. "Akh..." pikik Rabecca saat mencoba untuk duduk. Bagian inti tubuhnya terasa nyeri lalu saat melihat ke bawah Rabecca di kejutkan dengan tubuh polos tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya. "Apa yang terjadi?" tanya Rabecca dengan mencoba menggali ingatannya. 

Hal terakhir yang Rabecca ingat adalah makan di restoran bersama dengan Damian. Namun, detik berikutnya bukan itu yang dia ingat, sekilas dua orang yang sedang bercumbu melintas di kepalanya. Rabecca menggali lagi ingatannya lebih dalam lalu mengingat dengan jelas saat dirinya merasakan pusing sekaligus panas menjalar di seluruh tubuhnya. Satu-persatu ingatan Rabecca terkumpul sepenuhnya dan hal terakhir yang dia ingat adalah dirinya yang dengan tidak tau malunya membuka baju yang dia pakai di depan Damian, bukan hanya itu ada banyak hal yang memalukan dan tidak bermoral yang muncul kepermukaan tanpa diminta Rabecca hingga ingatan menjalin ke intiman dengan Damian memperburuk suasana hatinya.

Namun, Rabecca sadar bahwa keintiman itu terjalin berkat dirinya yang berubah menjadi wanita murahan dengan menggoda Damian akan tetapi dia tidak tau apa penyebab dirinya bisa melakukan hal itu. 

"Kamu sudah bangun?" Rabecca sontak mengalihkan pandangannya pada suara berat yang terasa sangat familiar di telinganya. Damian berdiri tidak jauh darinya dengan wajah yang tampak segar dan menggoda.

Menggoda? Rabecca memukul pelan kepalanya guna mengusir bayangan Damian yang mendesah panjang setelah sesi percintaan mereka yang ke sekian kalinya.

"Apa yang terjadi?" tanya Rabecca bersikap seolah tidak mengingat apa-apa padahal dirinya yang paling bergairah saat itu.

Damian menghela napasnya dengan berat berpura-pura frustasi padahal semuanya sudah dia rencanakan dengan matang. Brengsek memang namun, hanya itu yang terlintas di otak pintar Damian untuk mengikat Rabecca agar tetap di sampingnya. 

"Maaf, aku tidak seharusnya melakukan hal itu." Damian tampak tulus meminta maaf pada Rabecca namun, dia tidak benar-benar menyesal telah menjalin keintiman dengan Rabecca. Dalam hati Damian dia bersorak gemibira mengetahui fakta bahwa dirinyalah pria pertama yang 'melakukanya' pada Rabecca. "Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku," ucapnya dengan sungguh-sungguh. 

"A-aku... bagaimana bisa hal itu terjadi?" Sepertinya Rabecca tidak bisa berpikir dengan benar saat ini. Rasanya dia tidak terima karena ingatannya mengatakan kalu dia lah penyebab terjadinya keintiman itu. Dia yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi karena ingatannya menyatakan kalau dia lah yang pertama kali melemparkan godaan pada Damian. 

Flash back

Setelah Rabecca memesan makanannya Damian pamit sebentar dan pergi ke toilet. Damian melirik Rabecca yang tengah memeriksa ponselnya, merasa tidak ada yang memperhatikan dirinya Damian memanggil satu Pramusaji yang baru saja selesai mengantar pesanan ke meja pengunjung.

Damian menjelaskan secara singkat maksud dan tujuannya pada Pramusaji tersebut lalu setelahnya dia mengeluarkan sejumlah uang dan memberikannya pada Pramusaji itu. 

"Saya harap kamu tidak melakukan kesalahan." kata Damian dengan wajah seriusnya. 

"Saya akan berusaha," jawab Pramusaji itu lalu pergi meninggalakn Damian.

Lima belas menit berlalu, makanan yang mereka pesan sedang di sajikan di atas meja. Rabecca berbinar melihat pesanan yang dia pesan terlihat menyegarkan sekaligus nikmat.

Dengan lahap Rabecca memakan makanannya sesekali ia menyesap lemon tea untuk melegakan tenggorokannya yang terasa seret. Setelah menyelesaikan makan siangnya Akihiro beserta sekretarisnya pamit pergi begitu juga dengan Rabecca dan Damian yang meninggalkan restoran.

"Ekhmm..." Rabecca terus berdehem sepanjang jalan menuju rumah Damian.

"Kamu kenapa?" tanya Damian melihat wajah Rabecca mulai memerah raut wajahnya terlihat tidak nyaman. "Apa kamu baik-baik saja?" tambah Damian, sedikit rasa bersalah terbit di hatinya melihat wajah tersiksa Rabecca.

"Rasanya tenggorokanku tidak nyaman." Tidak hanya tenggorokan sebenarnya, tubuh Rabecca juga terasa panas tidak menentu.

Damian mengambil satu botol air mineral dari laci dashboard lalu memberikannya pada Rabecca, "Minum dulu," katanya pelan seraya tetap fokus pada jalanan di depannya.

"Terima kasih," ucap Rabecca seraya mengambil air mineral dari tangan Damian lalu membuka penutupnya dan meminumnya hingga setengahnya.

"Sepertinya saya tidak enak badan, Pak." Rabecca menahan gejolak di dalam dirinya. Entah mengapa melihat Damian membuat sisi liarnya membayangkan sesuatu yang tidak pernah Rabecca lakukan.

"Iya, kamu istirahat di tempat ku saja. Setelah mengambil dokumen aku akan langsung pergi." Pergi? tentu saja tidak itu hanya omong kosong. Kenapa pula dirinya harus pergi setelah bersusah payah mendapatkan momen bersama sang pujaan hati?

"Aku akan istirahat di rumah saja, turunkan saja aku di sini." Rabecca bisa gila jika terus berada di samping Damian dan takutnya dia tidak bisa menahan diri dan mulai melakukan hal yang merendahkan harga dirinya.

"Akan berbahaya kalau kamu turun di sini, bagaimana jika keadaanmu memburuk?" Damian tentu saja tidak akan pernah mau menunrunkan Rabecca di tengah jalan apalagi dengan kondisi dalam pengaruh obat perangsang yang dia masukkan melalui orang suruhannya.

Rabecca mencengkram roknya dengan kuat, suara Damian memicu gairahnya semakin meningkat. Jemari Damian yang berada di kemudi semakin memperparah pikiran liarnya. "Shit!" umpat Rabecca dengan suara tertahan.

"Kamu bicara apa?" tanya Damian dengan suara beratnya yang terdengar semakin seksi di telinga Rabecca.

"Astaga aku nggak kuat lagi," kata Rabecca dengan wajah memerah sempurna.

"Kita sudah sampai, kamu tahan sebentar lagi." Damian buru-buru memarkir mobilnya di besment lalu turun dari kendaraannya. Dia mengitari mobil dan membuka pintu untuk Rabecca. "Ayo, kita istirahat di dalam." Damian menuntut Rabecca untuk berjalan menuju lift. 

Rabecca melingkarkan tangannya di tubuh Damian dengan erat begitu sampai di dalam lift. "Apa kamu akan memecetku jika bertindak melewati batas?" tanya Rabecca di sisa-sisa kewarasannya.

"Lakukan apapun yang kau inginkan tapi tidak di sini." Damian tentu saja menyambut tindakan tidak bermoral Rabecca dengan lapang dada karena itulah yang dia inginkan. 

Rabecca melempar asal blazer yang ia kenakan menyisakan tanktop hitam yang melekat pas di tubuhnya. Menggigit bibir bawahnya sensual lalu mendekati Damian.

Rabecca yang dikuasai obat perangsang mengikuti nalurinya dia melingkarkan kedua tangannya di leher Damian lalu mendongak melihat wajah tampan Damian. Detik berikutnya dia bergerak agresif menyentuh setiap inci tubuh Damian setelah menanggalkan baju atas Damian juga dirinya. Mereka berdua kini terlihat setengah telanjang, tangan Damian bergerak dengan sendirinya tanpa diperintahkan untuk menyentuh dada Rabecca.

Tanpa membuang waktu lebih banyak Damian membalas perlakuan Rabecca dengan mempertemukan bibirnya pada milik Rabecca seraya tangannya yang masih setia di dada Rabecca.

Rabecca yang berada di bawah pengaruh obat perangsang namun, Damian yang lebih ganas melahap Rabecca dengan rakus seolah tidak ada lagi hari esok. Lalu berikutnya apartemen Damian dipenuhi desahan-desahan mereka berdua.

Damian melakukannya tidak hanya sekali, dia dan Rabecca melakukannya hingga menjelang malam dan setiap sudut apartemen Damian terdapat jejak percintaan mereka berdua.

Bersambung...




Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang