Empat Puluh Delapan

6.9K 227 11
                                    

Typo bertebaran

Enjoy dan selamat membaca...


Memberi Rabeca kepercayaan seperti yang Mommynya katakan? tentu saja akan Helios lakukan namun, jika Rabecca bersama Damian tentu Helios tidak memberikannya. Dan di sinilah dirinya berada tepat di samping apartemen Damian, berdiri di balkon seraya terus menatap ke samping.

Dari yang Helios lihat apartemen itu sunyi dan sepi seperti tidak ada penghuninya padahal dirinya sudah rela membayar lebih pada pemilik apartemen sebelumya agar dapat melihat apa yang akan Damian lakukan pada Rabecca. 

"Apa mereka tidak ada di sana?" Helios terus menatap pada apartemen di sampingnya. apa mungkin mereka tidak berada disana? tapi mustahil karena Helios sudah mengikuti Rabecca sejak gadis itu keluar dari rumah mereka.

Sialan! memangnya apa yang Helios harapkan, hanya modal berdiri di balkon dan berharap akan tau apa yang kedua manusia berbedada jenis itu lakukan di dalam sana? 

"Bodoh!" maki Helios pada dirinya sendiri. Sejak kapan dia jadi se bodoh itu? tidak mungkin Damian dan Rabecca melakukan hal yang tidak-tidak di balakon kan? tentu saja mereka mencari tempat yang cocok untuk melakukan hal yang iya iya.

Helios meninggalkan balakon dan memilih duduk di sofa ruang tamu. dia berpikir dengan keras bagaimana cara untuk mengetahui apa yang sedang Damian dan Rabecca lakukan di ruangan tertutup dan hanya berdua saja. 

"Tidak mungkin mereka hanya mengeborol saja kan? apa lagi status mereka sedang berpacaran?" Helios tidak dapat tenang, ia kembali berdiri dan berjalan mondar-mandir. 

Tiba-tiba tatapan Helios terkunci pada dinding di sampingnya dan dengan cepat pria itu menempelkan telinganya pada dinding tersebut berharap dapat mendengar suara-suara liar seperti yang ada di pikirannya. Namun, nyatanya dia tidak dapat mendengar apa pun  kecuali keheningan.

"Sial!" Helios meninju dinding yang hingga merasakan sakit pada punggung tangannya.

Helios meninggalkan apertemen itu karena tidak ingin membuang waktunya lebih lama lagi. 

"Kau? apa yang kau lakukan di sini?" Hana yang kebetulan baru keluar dari apertemen Damian melayangkan tatapan curiga pada pria yang selalu mengaku saudara Rabecca.

"Kau?! apa yang kau lakukan di sana?" Helios menjawab pertanyaan Hana dengan pertanyaan juga dan itu sukses membuat Hana jengkel.

"Kau pasti menguntit Rabecca, iya?" Helios melotot tajam mendengar tuduhan yang sayangnya tepat sasaran tanpa dapat terelakkan. Namun, bukan Helios namanya kalau tidak dapat berkelit dengan mudah.

"Meski Rabecca adalah adik saya tapi, saya tidak akan melakukan hal serendah itu." elak Helios tanpa mau menatap wajah garang Hana. "Seharusnya saya yang patut curiga apa yang kau lakukan di apertemen kekasih dari sahabatmu?" Tatapan Helios memincing dan Hana tidak suka dengan tatapan itu, seolah dirinya tengah tertangkap basah sedang selingkuh.

"Saya di sana bersama dengan Rabecca, jadi buang jauh-jauh apa yang ada di pikiranmu itu." Hana setengah berteriak pandangan matanya menajam, rasa tidak sukanya pada Helios semaakin dalam.

"Cih, bilang saja kau menyukai kekasih sahabatmu hingga kau rela menyambangi aperteman Damian." Helios sedikit tertarik membuat wanita itu marah setidaknya untuk menghilangkan kekesalan di hatinya.

"Sialan kau! saya bukan wanita serendah itu dan juga saya ini sangat cantik dan pastinya akan dengan mudah untuk mendapatkan pria yang saya inginkan!" geram Hana tanganya sudah sangat gatal ingin memukul kepala pria di hadapannya ini. Ah, harusnya dia tidak perlu meladeni pria sialan itu.

"Seperti mendapatkan Damian dengan mudah, begitukan?" Pertanyaan Helios sudah melenceng jauh dari apa yang dipikirkan Hana, hal itu membuat hati Hana serasa terbakar amarah hingga wajahnya kini merah padam. Tangan yang tadinya terkepal kuat kini sudah melayang dan mendarat tepat pada tempatnya.

"Akh, sialan! kenapa kau memukulku?!" marah Helios tidak terima atas tindakan Hana.

Hana tidak menjawab pertanyaan Helios dan sebagai gantinya Hana melempar tatapan tajam sarat akan kebencian. Lalu selanjutnya Hana memukuli Helios dengan brutal, akibat tuduhan Helios yang tidak berdasar sikap bar-bar Hana menyeruak keluar tanpa bisa dikontrol seperti biasanya.

"Rasakan ini, Sialan!" Hana terus memukuli Helios, sementara Helios berusaha mengelak tanpa melakukan perlawanan. 

"Berhenti di sana!" bentak Helios. Dia berhasil menciptakan jarak antara dirinya dan Hana meski tidak jauh namun, tangan Hana tidak akan sampai jika mereka tetap pada posisinya.

"Berhenti di sana, atau kau akan merasakan akibat dari perbuatanmu."peringat Helios. Dari dulu dia tidak pernah mau ringan tangan pada yang namanya wanita namun, berbeda jika itu Sella. 

"Apa? kau mau apa? memukulku? menamparku? atau—"

"Menciummu, menyentuhmu dan menyetubu—" 

"Diam!" Hana tentu tau lanjutan dari ucapan Helios karena itu dia dengan cepat memotong ucapan pria itu agar tidak ada yang mendengar ucapan frontal pria itu.

Tanpa keduanya sadari bahwa ada Rabecca juga Damian yang mendengar dan melihat pertengkaran kedua manusia itu sejak pertama kali mereka adu mulut. Tubuh keduanya saling menempel agar dapat melihat Hana dan Helios lewat celah kecil pintu yang sedikit terbuka.

"Wah, bajingan itu sudah menunjukan jati dirinya," ucap Damian setengah berbisik agar tidak didengar Hana dan Helios.

"Aku akan menjadi orang pertama yang akan menghajar Kak Helios jika sampai itu terjadi." Damian tersenyum mendengar ucapan Rabecca. Sepertinya kedatangan Hana ke apertemenya sangat menguntungkan. Katakanlah dia gila dengan mengumpankan Hana pada Helios.

"Kau salah berhadapan denganku boy."  Damian semakin mengembangkan senyumnya melihat tatapan tajam Rabecca tertuju pada Helios.

Setelah mendengar dari Rabecca kalau Helios benar adalah saudara wanita yang dia cintai, membuat Damian waspada hingga akhirnya dia mencari kelemahan Helios dan kelemahan pria itu sangat mudah ditemukan. Dan sepertinya Dewi fortuna tengah berpihak padanya dengan menunjukan satu keburukan Helios yang keluar tanpa campur tangannya.

Nyatanya Helios hanya mimiliki mulut frontal namun, tidak dengan tindakannya dan Damian tau itu karena Ia mengetahui itu dari teman-teman Helios yang sering berkumpul di sebuah club. Helios hanya akan bertindak frontal seperti yang keluar dari mulut pada wanita bayarannya. Salah satu hobi buruk yang dimiliki Helios adalah bermain wanita dan itu juga merupakan kelemahannya.

"Dasar pria gila!" teriak Hana lalu meninggalkan Helios.

"Menarik," ucap Helios seraya tersenyum tipis. Tanpa dia duga Hana berbalik dan menatapnya penuh kebencian. Helios yang melihatnya mengerutkan kening seolah tengah bertanya. 

Hana mengangkat tangannya dan mengeluarkan jari tengah, dari gerakan bibirnya dapat Helios baca "Fuck you asshole!"

Helios menganga melihat hal itu, dia tidak menyangka umpatan itu untuk dirinya dan iya, Hana berhasil membuatnya seperti pria brengsek yang mempermainkannya.

Di balik pintu, Damian menutup pintu dengan perlahan lalu sedetik setelahnya dia tertaawa dengan puas. Sementara Rabecca hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan Damian, entah apa yang pria itu tertawakan Rabecca tidak tau pasalnya hanya Damian yang dapat membaca gerakan bibir Hana.

"Ternyata kamu punya teman modelan seperti itu," ucap Damian dan kembali tertawa mengingat kekesalan Helios.


Bersambung.....











Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang