Dua Puluh Enam

7.8K 292 3
                                    

Selamat membaca, semoga suka ❤️

"Pah, orang akan mengira Papa gila kalau terus begitu." Entah sudah berapa kali Meriana mengingatkan suaminya untuk tidak tersenyum seperti orang kurang waras.

Sudah sejak satu jam yang lalu Jacob senyum Jacob terus mengembang tidak sedetikpun ia biarkan luntur dari wajahnya. Dan itu bukan tanpa alasan, senyumnya itu terbit sejak melihat Damian dan Rabecca memasuki ballroom dengan bergandengan tangan dan wajah putranya itu tidak seperti biasanya yang terlihat kaku dan datar.

"Mereka terlihat serasi bukan?" tanya Jacob pada Meriana yang berdiri di sampingnya dengan wajah masam.

"Iya, mereka saja yang terlihat serasi yang lainnya tidak." ketus Meriana.

Hubungan Damian dan Rabecca sepertinya ada sedikit kemajuan dan itulah yang membuat Jacob senang bukan main semua berjalan seperti yang dia harapkan. Meski rencananya sempat gagal untuk menyatukan Damian dan Rabecca lebih cepat ia tidak begitu kecewa karena sebenarnya yang ia harapkan hubungan keduanya berjalan perlahan.

"Bagaimana dengan Darius? apa sudah ada kemajuan?" Jacob mengubah senyumnya jadi mode serius. "Jika anak itu tidak bertindak aku akan membuatnya menyesal." Jacob bukannya tidak tau keadaan Vio saat ini namun, dia percaya kalau Darius bisa mengatasi semuanya. Akan tetapi hingga saat ini Darius terlihat tidak mengambil tindakan apapun dan hal itu membuat Jacob geram. Darius adalah orang yang tidak suka diatur apapun yang dia lakukan semuanya atas kemauan sendiri dan Jacob tidak pernah mencampuri urusannya berbeda dengan Damian yang selalu meminta pendapatnya terlebih dahulu namun, sekarang tidak lagi.

"Sudahlah, Pah. Lupakan saja tentang anak itu biarkan dia menjalani kehidupannya seperti yang dia mau." Jacob mengerutkan keninganya mendengar ucapan istrinya itu, jika saja dia tidak melakukan hal konyol itu mungkin sekarang hidup Vio masih baik-baik saja dan masih bekerja di perusahaanya.

"Tidak bisa begitu, Ma. Darius harus bertanggung jawab kepada Vio dan anak—" Jacob hampir saja keceplosan. Dia sengaja menyembunyikan fakta kalau Vio sedang mengandung dari Meriana kalau istrinya itu tau tentang kehamilan Vio bisa jadi Meriana akan mengacaukan segalanya.

"Anak? anak siapa, Pah?" Meriana menatap curiga pada Jacob, wajah pria tua itu terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Anak itu—Vio, emangnya siapa lagi?" Jacob mengusap tengkuknya lalu menjauhkan pandangannya dari Meriana. 

"Tatap mataku, Pah!" Jika tingkah Jacob sudah seperti itu maka bisa Meriana pastikan kalu suaminya itu sedang menyembunyikan sesuatu yang besar darinya.

"Wah, ada Reno. Papa kesana dulu iya, Mah." Jacob cepat-cepat meninggalkan Meriana lalu menghampiri teman lamanya.

"Sampai kapan kamu bisa menghindariku, Pah?" Meriana menatap sengit suaminya itu dari jarak yang tidak begitu jauh.

Tidak jauh dari Meriana ada Damian yang terus menempel pada Rabecca. Pria itu tidak mau jauh dari Rabecca namun, dia membuat seolah Rabeccalah yang tidak mau jauh darinya. 

"Tempat ini sedikit berbahaya, jadi tetap di sampingku." Itu kata yang Damian bisikan pada Rabecca ketika memasuki ballroom.

Damian sedang berbincang dengan beberapa teman juga kerabatnya sedangkan Rabecca masih menautkan tangannya di lengan Damian. Sejujurnya Rabecca sudah sangat bosan berada di tempat ini namun, dia tidak bisa berbuat banyak karena ucapan Damian.

"Apa kita masih lama, Pak?" bisik Rabecca pada Damian.

"Sebentar lagi," ucap Damian disertai sedikit senyum. Beberapa orang pasti mengira mereka sepasang kekasih karena Damian memperlakukan Rabecca dengan baik atau mungkin karena Damian tidak pernah terlihat bersama dengan wanita lain. 

Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang