Delapan Belas

7.7K 276 2
                                    

"Brengsek!" Rabecca mendekati Damian lalu tanpa aba-aba wanita itu memukul Damian tanpa henti. 

"Apa yang kau lakukan?" Damian coba menghindar namun, Rabecca tidak berniat menghentikan aksinya hingga Damian menangkap kedua tangannya dan mencekalnya dengan kuat.

"Aku akan membunuhmu jika berani menyentuhku!" Rabecca berteriak seraya menatap Damian penuh permusuhan.

"Sam, bawa wanita gila ini keluar," perintah Damian yang tidak langsung dituruti Samuel.

"Emangnya sudah selesai?" tanya Samuel seakan tidak terima perdebatan anatar dua manusia itu berakhir dengan cepat.

"Sam, aku pasti akan memotong gajimu sebanyak lima puluh persen." Ancaman Damian tidak berhasil karena Samuel sama sekali tidak bergeming dari tempatnya. Sepertinya menonton Damian bertengkar dengan Rabecca lebih menarik dari pada nasib gajinya bulan ini.

"Sam!" bentak Damian. 

"Sebaiknya kalian berdua keluar dari sini sekarang." Samuel mendorong Damian dan Rabecca keluar dari apartemennya dan dapat dia pastikan kalau dua manusia itu kembali bertengkar di luar sana.

"Ini semua karenamu!" Damian membentak Rabecca dengan tatapan tajam seoalah akan melahap Rabecca hidup-hidup.

"Kenapa jadi saya yang salah? ini kesalahan anda kenapa bawa saya kemari?" Seandainya Damian tidak membawa dirinya ke apartemen Samuel mungkin hari ini dia kan bersantai menikmati waktunya sepenjang hari di atas ranjangnya yang nyaman.

"Kau memang wanita pembawa sial, seandainya Papa tidak menandatangani kontra kerja itu saya pastikan kau menjadi pengangguran." Damian sungguh kesal, seumur hidupnya dia tidak pernah berdebat dengan wanita seperti ini. Damian selalu menghindari perdebatan baik dengan Meriana maupun mantan kekasihnya dulu. Dia benci berdebat karena dipastikan tidak akan ada akhir dari perdebatan itu dan pada akhirnya dia sebagai seorang pria harus mengalah.

Rabecca menatap Damian sengit tidak pernah ada yang mengatakan padanya kata-kata seperti itu, bahakan keluarganya dulu tidak pernah mengatakan hal itu padanya.

"Apa anda tau kalau ucapan anda barusan sangat menyakiti hati saya?" tanya Rabecca dengan tatapan tajam dan tangan terkepal siap menyerang.

"Kenapa? tidak terima? kau itu memang pembawa sial, wanita sialan yang penuh tipu daya hingga Papa saya tertipu dengan orang sepertimu." Entah sejak kapan Damian tidak lagi menggunakan bahasa formal pada Rabecca. Tatapan Damian yang seolah mengejek Rabecca membuat wanita itu semakin geram dan ingin menghajar Damian hingga babak belur.

"Kau?!" Rabecca menunjuk Damian dengan jari telunjuknya, persetan dengan kesopanan dan keramahan yang selalu dia perlihatkan pada semua orang untuk terlihat baik. Damian yang memulai pertengkaran ini, pria itu yang dengan sengaja memancing amarahnya. Detik berikutnya Rabecca mendekat pada Damian dan langsung melayangkan tangannya untuk memukuli Damian.

"Mulutmu benar-benar beracun! dasar bos gila!" Amuk Rabecca tanpa henti, tidak peduli dengan beberapa orang yang sedang menonton perkelahian mereka.

"Hentikan!" Damian mencoba mengelak dari pukulan Rabecca yang nyatanya tidak berarti pada tubuhnya yang keras dan berotot malahan tangan Rabecca yang semakin lama semakin terasa kebas dan panas.

"Aku tidak akan mengampunimu, mulutmu itu harus diberi pelajaran." Rabecca ingin sekali menampar mulut Damian yang selalu mengeluarkan kata-kata pedas.

Damian terus mengelak hingga tanpa sadar dia mendorong Rabecca dan membentur tembok. 

Rabecca menyentuh kepalanya yang terasa sakit akibat benturan itu kemudian kembali menatap Damian dengan tatapan penuh permusuhan. Rabecca merasa tenaga Damian melebih tenaga kuda pacu saat mendorongnya. 

Dengan langkah gontai Rabecca menjauh dari Damian lalu kembali ke depan apartemen Samuel dan menekan bel berali-kali hingga Samuel membukanya.

"Ada apa lagi?" tanya Samuel tanpa memperhatikan kondisi Rabecca.

"To-long." Setelah mengatakannya Rabecca terjatuh pada pelukan samuel, wanita itu tidak sadarkan diri.

"Apa yang kau lakukan padanya?!" teriak Samuel pada Damian yang memiliki jarak cukup jauh darinya.

Damian mendekat pada Samuel dan Rabecca yang berada dipelukannya, sepersekian detik Damian menatap kedua orang itu kemudian menjawab pertanyaan Samuel, "Tidak ada."

"Kau tidak melakukan apapun padanya?" Samuel memincingkan matanya tentu saja dia tidak percaya pada kata Damian barusan. 

"Urus saja dia, aku pergi." Damian mengambil kunci mobil serta jasnya lalu meninggalkan Rabecca bersama dengan Samuel.

"Dam, jangan pergi dia tanggung jawabmu! Tante Mer akan marah jika tau kau melukai gadis ini!" Teriakan Samuel berhasil menghentikan langkah Damian. 

Benar apa kata Samuel, apa yang akan dia katakan pada Meriana jika ditanya tentang gadis itu. "Sial!" umpat Damian dengan suara yang cukup nyaring kemudian berjalan kembali mendekat pada Samuel lalu menarik Rabecca dari pelukan  pria itu dan dengan entengnya Damian menggendong Rabecca. 

"Dimana rumahnya?" tanya Damian pada Samuel.

"Tunggu sebentar." Samuel dengan cepat meraih ponselnya lalu mencari data Rabecca setelah menemukannya dia mengatakannya pada Damian.

"Aku tidak akan lupa dengan hari ini, Sam." Damian akn tetap memotong gaji Samuel karena sudah berani membantahnya.

Sementara Samuel tidak keberatan dengan hal itu karena dirinya baru menerima bonus  dari orang yang berniat memotong gajinya itu. Jumlahnya jauh lebih besar dari gaji bulanannya jika dipotong lima puluh persen saja tidak akan menjadi masalah besar baginya.

"Cih, ancaman yang tidak berguna." Samuel menutup puntu apartemennya lalu memasuki kamarnya yang sudah kembali menjadi miliknya. 

Damian berkendara dengan kecepatan tinggi sesekali matanya belirik wanita yang sedang terpejam di kursi penumpang di sampinya.

"Waniata ini benar-benar merepotkan," kata Damian, setelah hari ini Damian berjanji tidak akan pernah dekat-dekat dengan Rabecca sebisa mungkin dia akan mengurangi interaksi dengan wanita itu.

Setelah berkendara lebih dari tiga puluh menit Damian sampai di rumah Rabecca. Damian mengamati tempat tinnggal Rabecca dengan kening berkerut. Harusnya Rabecca sudah bisa menyewa sebuah apartemen dengan gajinya ketimbang harus tinggal di kontrakan yang terlihat kumuh.

"Ada apa dengan wanita ini?" Damian tidak habis pikir dengan jalan pikiran Rabecca. Dia tidak memiliki saudara atau keluarga lainya yang harus diabantu perekonomiannya jadi harusnya Rabecca hidup berkecukupan dan tinggal di apartemen yang nyaman ketimbang kontrakan kumuh.

"Hei, bangun mau sampai kapan menutup mata seperti orang idiot?"  Sudah lebih dari sepuluh menit Rabecca mendapat kesadarannya dan Damian tau hal itu. 

Dengan langkah berat Rabecca keluar dari mobil Damian lalu duduk di kursi yang ada di depan kontrakannya. "Ada apa?" tanya Rabecca pada Damian yang sedang menatap dirinya dengan tatapan aneh.

"Dasar aneh." Setelah mengatakan hal itu Damian langsung berbalik dan meninggalkan Rabecca.

"Cih, kamu yang aneh pasti tidak pernah lihat kontrakan seperti ini. Makanya jangan lama hidup di langit." Cibir Rabecca yang merasa Damian merendahkan tempat tinggalnya.

Bersambung...



Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang