Tiga Puluh Tujuh

7.6K 264 4
                                    

Sella pernah melihat bagaimana Helios memperlakukan orang-orang yang menghianatinya. Tidak ada yang pernah mendengar kabar mereka lagi bahkan nama pun tidak ada yang menanyakannya. Dan kali ini dia akan mendapat perlakuan yang sama karena sudah menyiksa adik yang selama ini pria itu cari.

"Helios, lepaskan aku!" Sella berteriak sekuat yang ia bisa namun, Helios seolah tuli. Dia mendorong Sella masuk ke dalam sebuah ruangan kosong.

"Aku pastikan kalau kau akan mengingat ini sampai kau mati!" Setelah mengatakan hal itu Helios mengurung Sella dalam ruangan itu, kemudian ia meraba sakunya untuk mengambil remot kontrol dan menekan salah satu tombol dari beberapa tombol yang ada di sana.

"Helios bajingan! buka pintunya!" Sella menggedor pintu dengan sekuat tenaga meski ia tau kalau Helios tidak akan pernah membuka pintu untuk membiarkan dirinya pergi begitu saja. Sesaat setelah itu suhu ruangan berubah menjadi sangat dingin. Bagi Sella yang hanya memakai baju berbahan kaos dan celana jeans terasa seperti berada di Kutub Utara.

"Helios bajingan! aku akan membalas semua ini." Sella memeluk dirinya sendiri berharap mendapat sedikit kehangatan namun, bukannya kehangatan yang dia dapat suhu ruangan semakin lama semakin dingin membuat Sella tidak dapat mengeluarkan suara dengan jelas.

Sementara Helios pergi menuju rumah sakit tempat Rabecca di rawat. Helios menghabiskan lebih dari satu jam di perjalanan untuk sampai di rumah sakit.

"Tuan, nona Rabecca di rawat di lantai tiga." Roland menyambut Helios seraya memberitahukan di mana Rabecca di rawat.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Helios berharap k eadaan Rabecca sudah jauh lebih baik.

"Sudah lebih baik dari hari kemarin, Tuan." Jawaban Roland membuat Helios bernapas dengan lega. 

"Apa pria tua itu masih bersamanya?" Pria tua yang dimaksud oleh Helios adalah Jacob. 

"Mereka ada bersama Nona sejak kemarin," jawab Roland dengan cepat.

Helios merasa Jacob memiliki niat buruk terhadap Rabecca namun, meski begitu dia akan berterima kasih pada Jacob setelah itu ia pasti akan menjauhkan Rabecca dari Jacob dan keluarganya.

"Apa kamu sudah mengutarakan isi hatimu pada Rabecca?" Mendengar nama Rabecca disebut Helios mempercepat langkah kakinya menuju sumber suara.

"Sebaiknya tunggu Rabecca sembuh total baru kita membahas hal ini, Ma." Damian tidak mau membuat Rabecca terkejut mendengar pengakuan darinya. 

"Kamu gerak cepat dong, nanti keburu Rabecca kecantol dokter ganteng itu baru tau rasa kamu." Damian mengerutkan keningnya seraya menatap Meriana. "Jangan lihat Mama lihat itu dokter yang mau masuk ke ruangan Rabecca. Ganteng dan berkharisma bukan?" Dengan Cepat Damian mengalihkan tatapanya dari Meriana dan melihat Helios yang sudah memakai jas putih yang menandakan kalau dia adalah seorang Dokter.

Damian melihat Helios yang hendak masuk ke ruangan Rabecca dan dengan cepat Damian menghentikan Helios.

"Tunggu!" Damian berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Helios. "Mau apa kamu di sini?" tanya Damian dengan tatapan menyelidik.

"Saya seorang Dokter, menurut anda apa yang akan dilakukan seorang Dokter di rumah sakit?" Helios malah balik bertanya membuat Damian sedikit menggeram.

Damian tentu tau siapa yang sedang berada di depannya ini, Helios adalah dokter ternama yang terkenal sombong dan arrogant. Pria itu pernah menolak bekerja sama dengan Damian dan terakhir Damian pernah melihat Helios menolak untuk bekerja di rumah sakit dalam negri dan memilih untuk tinggal di luar negri.

"Ada banyak dokter lain yang akan menangani Rabecca, silahkan pergi ke tempat dimana seharusnya anda berada."  Kata Damian dengan tegas lalu melewati Helios dan masuk ke ruang rawat Rabecca. Damian tidak sudi jika Rabecca ditangani dokter sombong seperti Helios.

Sementara Helios masih berdiri di depan pintu kamar Rabecca, tentu saja dia tidak akan pergi namun, untuk masuk ke dalam ruang rawat Rabecca sepertinya bukan pilihan yang baik mengingat ada Damian di sana.

"Apa anda akan tetap berdiri di sini?" Hana yang kebetulan melihat dan mendengar perdebatan kedua pria itu datang dan bertanya pada Helios.

Hana tentu sangat mengenal Helios karena pria itu adalah salah satu idola di tempat dirinya bekerja. Bahkan Hana pernah mengagumi pria ini namun, setelah mengetahui bahwa Helios menolak untuk bekerja di rumah sakit tempat dirinya bekerja dan lebih memilih membangun sebuah rumah sakit di luar negeri, Hana merasa kalau pria itu tidak pantas dikagumi karena dia adalah pria sombong yang lupa pada tanah kelahirannya sendiri.

"Urus saja dirimu!" Jawaban yang Helios berikan membuat Hana langsung meninggalkan Helios dengan membawa rasa jengkel di hatinya.

"Dasar pria sombong, Rabecca tidak boleh bertemu dengan pria seperti itu bisa jadi rasa sakit Rabecca semakin menjadi jika pria itu merawatnya. Duh, amit-amit!" Hana terus berbicara sendiri bak orang kurang waras sampai akhirnya dia tersenyum ketika melihat sahabtnya tengah mengobrol dengan Damian.

"Bagaimana keadaan kamu, Ca? apa sudah lebih baik? atau ada bagian tubuh kamu yang kaku... maksudku terasa sakit jika digerakkan?" Hana menodong Rabecca dengan berbagai pertanyaan.

"Aku sudah baikan, Na. Bahkan, jika diperbolehkan aku ingin pulang sekarang." Rabecca menjawab pertanyaan Hana dengan satu jawaban dan itu mampu membuat Hana menghembuskan napas lega. 

"Syukurlah kalau begitu. Maaf, baru bisa jenguk kamu sekarang." Hana memperlihatkan wajah menyesal pada Rabecca namun, Rabecca hanya tersenyum dan mengambil tangan Hana ke pangkuannya.

"Tidak apa-apa, Na. Semua terjadi di luar kehendak kita dan terima kasih sudah mengkhawatirkan aku," kata Rabecca seraya menepuk tangan Hana pelan dan menenangkan.

Hana memperhatikan wajah Rabecca dengan seksama coba mencari luka kecil yang menggores wajah cantik sahabatnya itu.

"Aku ingin bertemu wanita keparat itu, akan aku buat dia merasakan akibat dari perbuatannya." Rabecca tersenyum mendengar ucapan Hana namun, tiba-tiba rabecca jadi memikirkan Sella.

"Di mana Sella sekarang?" tanya Rabecca pada Damian seraya mengalihkan pandangannya pada pria yang sedari tadi hanya mendengarkan percakapan Rabecca dan Hana tanpa berniat ikut terlibat dalam percakapan dua wanita itu.

"Aku tidak tau, mungkin papa sudah menyerahkannya ke kantor polisi." Damian tidak sempat memikirkan Sella karena yang ada di kepalanya hanya Rabecca. Dan sekarang dia baru menyadari kalau wanita itu perlu dia berikan pelajaran yang tidak akan pernah dia lupakan seumur hidupnya.

"Kenapa langsung dibawa ke kantor polisi? Harusnya kita saja yang menghajarnya," ucap Hana dengan sengit.

"Aku yakin kamu tidak punya cukup tenaga untuk menghajarnya, Na."

"Kenapa tidak? tinggal aku beri saja dia racun mematikan." Jawaban Hana membuat Rabecca tersenyum.

"Kamu mempertaruhkan gelar yang kamu dapatkan dengan susah payah, Na." Rabecca yakin Hana tidak serius dengan ucapannya, itu hanya emosi sesaat.

"Ck, kamu membuatku tidak bisa melakukan apapun, Ca." Hana menghembuskan napasnya dengan kesal. Meskipun Sella ada di depannya saat ini dia hanya akan memaki wanita itu tanpa mengotori tangannya karena iti sama sekali bukan keahlian Hana.

Bersambung...






Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang