Delapan

9.1K 323 6
                                    

Hari ini setelah jam kerja Rabecca berakhir, dirinya langsung dijemput oleh kedua sahabatnya. Sesuai dengan kesepakatan mereka kemarin malam, hari ini mereka akan pergi jalan. 

"Kita mau kemana dulu?" tanya Hana yang berada di balik kemudi sementara vio ada di kursi penumpang di samping Hana lalu Rabecca sendiri berada di kursi penumpang di bagian belakang.

"Gimana kalau kita nonton dulu?" usul Vio sementara Rabecca tengah berpikir.

"Sepertinya aku melupakan sesuatu," ucap Rabecca, dia rasa ada sesuatu yang harus dilakukan tapi dia tidak tau apa.

"Kamu ketinggalan sesuatu di kantor?" tanya Vio, "Ponsel?" tambahnya seraya memutar tubuhnya dan melihat pada Rabecca yang terus mencoba mengingat apa yang sudah ia lupakan.

"Ada." Rabecca memperlihatkan ponselnya yang berada di dalam tasnya.

"Dompet? kunci rumah? berkas yang harus diselesaikan?" 

"Semua ada," jawab Rabecca dengan cepat. Baru kali ini dia melupakan sesuatu memang ingatannya tidak terlalu buruk jika itu menyangkut pekerjaan namun, diluar itu dia tidak begitu memperhatikannya.

"Kalau semua ada, itu berarti hanya perasaan kamu aja." Hana juga pernah merasa seperti itu dan dia pikir Rabecca mungkin tengah merasakan hal itu karena terlalu fokus bekerja.

Setelah berkendara selama hampir tiga puluh menit ketiga gadis itu sampai di salah satu pusat perbelanjaan. Saat menuju bioskop Rabecca melihat salah satu toko yang menjual alat-alat kecantikan, mulai dari per makeup-an sampai skincare  langsung saja menarik perhatiannya.

"Sebentar, aku mau lihat ini dulu." Rabecca mambawa langkahnya menuju toko kesukaan sujuta umat itu, tidak lupa dia menarik tangan Vio sebagai orang yang akan membayar semua belanjaannya.

 "Wah, ada yang baru." Seru Rabecca, wajahnya berbinar melihat merek yang dia pakai mengeluarkan produk baru.

Hana yang sebelumnya hanya melihat saja kini mulai mencari produk yang ia pakai. Tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan seseorang membuat Hana langsung menarik tangannya lalu dengan cepat mengalihkan pandangannya.

"Maaf," ucap Hana dengan sopan pada seorang pria yang memegang keranjang belanjaan dan diisi penuh dengan peralatan kecantikan wanita.

"Kamu saja yang ambil, saya tidak berminat." Kata pria itu membuat Hana sontak menggeleng.

"Ambil saja jika anda mau, permisi." Hana melenggang pergi seraya menggelengkan kepalanya, dia tidak heran dengan pria jaman sekarang yang juga banyak merawat kulit mereka namun, yang dia herankan kenapa pria itu memakai produk wanita? 

Sementara di sisi lain Vio terus saja menggerutu kesal pada tingkah Rabecca, gadis itu memasukkan apa saja yang dia suka ke dalam kerenjang belanjanya tanpa melihat harga terlebih dahulu seolah dirinya memiliki banyak uang hingga tidak perlu mengkhawatirkannya sama sekali.

"Wah, kebetulan sekali ketemu di sini" Seorang wanita paruh baya datang menghampiri Rabecca lalu memeluk gadis itu seolah sudah lama tidak berjumpa.

"Iya, Tan." Rabecca cukup terkejut bertemu dengan istri dari mantan atasannya itu di tempat seperti ini. Toko itu menjual produk yang ramah di kantong masyarakat menengah bukan di peruntukkan pada istri pemilik perusahaan ternama di negara ini.

"Kamu tentu tidak lupa dengan apa yang Tante katakan kemarin kan?" Rabecca mencoba menggali ingatannya, sepertinya dia sudah melupakan sesuatu yang penting.

"Ah, lupa apa iya, Tan?" Ingatan Rabecca sepertinya semakin buruk saja, dia sama sekali tidak ingat undangan makan yang Meriana ucapkan beberapa waktu lalu saat berada di kantor.

Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang