Lima Puluh Empat

6.8K 172 4
                                    

Ini adalah hari ketiga Freya tinggal di apartemen Hana, dan selama itu pula Arjhon sibuk mencari putri tercintanya itu.

"Freya, tolong hubungi Daddy kamu dan minta dia menjemput mu sekarang." Ini adalah yang kesekian kalinya Hana menyuruh freya menghubungi Arjhon—ayah Freya untuk menjemputnya namun, itu juga sudah kesekian kalinya gadis kecil itu menolak untuk dijemput Daddynya. Tinggal bersama dengan Hana membuat Freya merasakan kasih sayang seorang ibu, sedangkan bersama Arjhon gadis kecil itu selalu mersa kesepian karena selalu di tinggal kerja.

Freya sengaja mematikan ponselnya agar Arjhon tidak mudah menemukannya. "Daddy pasti sedang bermain dengan teman-temannya dan melupakanku, tante. Fe tidak punya teman kalau pulang ke rumah." Dengan wajah sedih andalannya membuat Hana tidak tega mengembalikan Freya pada Arjhon.

"Tapi, di sini kamu juga tidak punya teman, tante harus pergi bekerja." Hana sudah bersiap untuk pergi, sebagai sorang dokter Hana tidak bisa menunda keberangkatannya.

"Fe, ikut tante. Fe janji tidak akan membuat masalah." Gadis kecil itu mengankat jari kelingkingnya sebagai simbil perjanjian.

Meninggalkan Freya di apertemenya seorang diri bukanlah pilihan yang tepat namun, untuk membawanya ke rumah sakit juga bukan pilihan yang bagus.

"Baiklah ayo ikut denganku," ucap Hana lalu mempersiapkan beberapa keperluan Freya yang perlu ia bawa.

Hana memutuskan untuk membawa Freya ke rumah sakit, setidaknya ia bisa memantau kegiatan Freya di ruangannya dan tidak membiarkan gadis kecil itu kelaparan.

"Dengar Freya, jangan membuat keributan di runganku. Kamu mengerti?" Freya menaruh barang bawaanya di atas meja dan menyuruh Freya duduk di kursinya.

"Fe, janji hanya akan diam di sini tante." 

"Bagus, kalau butuh sesuatu kamu panggil suster yang berjaga di depan dan ada beberapa camilan di dalam lemari kecil itu, kamu boleh memakannya kalau kamu mau." Hana mengambil seneli yang tergantung lalu memakainya.

"Jangan mengacak-acak barang yang ada di ruangan ini iya, Fe. Tante akan kembali menjelang makan siang," ucap Hana seraya mengusap puncak kepala gadis kecil itu.

"Tante, semangat bekerjanya. Fe, akan menunggu di sini." Hana tersenyum kecil lalu segera berlalu dari ruangaannya dan memulai pekerjaannya.

Sudah dua jam lebih Freya hanya duduk di meja kerja Hana dan rasa bosan melandanya. Tanpa sengaja Freya mengaktifkan ponselnya dan bermain game kesukaannya. Sudah beberapa hari ia tidak memainkan game kesukaanya dan bermain sebentar saja sudah membuat Frey senang.

Namun, tanpa Freya sadari ponselnya berhasil di lacak lokasinya oleh Arjhon.

"Batalkan pertemuanku hari ini," ucap pria itu lalu bergegas menuju lokasi yang tertera pada ponselnya.

Arjhon merasa khawatir saat mengetahui putrinya berada di rumah sakit. beberapa pertanyaan terus bermunculan di kepalanya. Apa Freya baik-aik saja? bagaimana kondisinya saat ini? bagaimana bisa Freya berada di rumah sakit? apa yang terjadi padanya? dan masih banyak lagi pertanyaan yang tidak terjawab di kepala Arjhon.

Arjhon berjalan dengan langkah besar seraya memperhatikan titik merah pada ponselnya. pria itu bahkan tidak memperhatikan jalannya saking seriusnya pada ponsel ditangannya hingga ia menabrak Hana yang baru saja keluar dari ruang rawat pasien. Dan membuat wanita itu terjatuh dengan bokong menyentuh lantai.

"Heh, mata kamu kalau tidak digunakan dengan baik, sebaiknya sumbangkan saja pada orang lain yang lebih membutuhkan!" kata Hana dengan suara yang melingking saking kesalnya.

"Lain kali perhatikan langkahmu!" Bukannya meminta maaf, Arjhon malah menyalahkan Hana dan langsung meninggalkan Hana tanpa mau repot membantu wanita itu untuk berdiri.

Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang