Empat Puluh Enam

7K 213 6
                                    

"Apa kamu menginap di rumah Damian?" Sekali lagi Helios bertanya pada Rabecca dengan mengeratkan rahangnya, dia berharap Rabecca menjawab tidak.

Rabecca tidak tau harus menjawab pertanyaan Helios atau tidak. Kalau biasanya tidak akan ada yang menanyakan dari mana saja dirinya kenapa tidak pulang ke rumah? kini berbeda, ada orang yang ingin tahu bagaimana kondisinya dan apa saja yang dia lakukan. Orang yang ingin tau semua yang dia lakukan adalah Helios yang tidak lain adalah kakaknya sendiri.

"Iya," jawab Rabecca dibarengi anggukan kepala membuat Helios mengepalkan kedua tangannya apa yang dikatakan Rabecca tidak sesuai dengan harapannya.

Sial! Helios ingin sekali menghajar Damian sekarang, beraniya pria itu menyentuh adiknya. Sebelumnya Damian telah menyuruh orang untuk menyelidiki Damian  dan hasinya  Damian dan Rabecca tidak memiliki hubungan sepesial selain karyawan dan bos. Pria itu pasti memanipulasi Rabecca hingga mau tidur dengannya, mungkin Damian mengancam Rabecca akan dipecat kalau tidak mau menuruti keinginnya. Begitu pemikiran Helios yang juga pernah melakukan hal yang sama pada bawahannya, brengsek bukan?

"Apa yang pria itu lakukan padamu? apa dia mengancam kamu dengan gaji di potong atau di pecat?" Rabecca mengerutkan keningnya mencoba mencerna ucapan Helios.

"Tidak, Damian tidak mengancam atau yang lainya," jawab Rabecca dengan ragu karena seingatnya Damian pernah mengancamnya tapi tujuannya adalah untuk mengeluarkan Rabecca dari perusahaan tidak seperti yang dipikirkan Helios.

"Kalian sedang membicarakan siapa?" tanya Anne dengan rasa keingintahuannya yang sudah di ujung kepala. 

"Seorang pria brengsek," jawab Helios asal membuat Rabecca kebingungan dengan sikap Helios. 

"Dia bukan pria brengsek, dia adalah calon suamiku." Jawaban Rabecca membuat Helios mendelik tidak suka. Dia tidak pernah mendengar Rabecca dan Damian pacaran namun, kini sudah menjadi calon suami? yang benar saja, Helios tidak akan percaya begitu saja.

Ingatkan Helios untuk menghajar Damian nanti karena sudah berani mempermainkan Rabecca dengan mengatakan omong kosong. 

"Benarkah? jadi kamu sudah mau menikah?" Ada bahagia dan sedih yang Anne rasakan berbeda dengan Helios yang sama sekali tidak mempercayai ucapan Rabecca. Menurutnya semua pria sama saja suka gonta-ganti pasangan seperti dirinya apa lagi Damian seorang pria yang juga diidam-idamkan banyak wanita. 

"Mommy doakan saja, semoga secepatnya," jawab Rabecca dengan malu-malu.

"Rabecca, dengarkan aku. Jauhi Damian dia tidak baik buat kamu dan pastinya dia hanya mempermainkan kamu." Helios coba memprovokasi Rabecca dia tidak ingin Rabecca jatuh pada pria yang  berpotensi menyakiti adiknya itu.

"Kak Helios, kamu tidak kenal dekat dengannya jadi jangan menilainya buruk. Sejauh bersama dengannya dia pria baik meski kadang menyebalkan karena sifat arogansinya. Tapi aku tidak pernah melihatnya bermain dengan wanita manapun." Apa yang Rabecca katakan adalah kebenarannya karena sejak awal Damian sangat anti berdekatan dengan wanita bahkan dirinya dulu sempat ingin di pindahkan namun, karena Rabecca tidak ingin meninggalkan jabatanya dia pun melakukan perlawanan hingga akhirya Damian menerima kehadiran Rabecca di dekatnya dan hanya dia seorang tidak ada wanita yang lain.

"Semua pria sama saja, Rabecca. Jadi jangan tergoda pada rupa maupun harta Damian." Biasanya yang mengatakan hal itu adalah wanita akan tetapi Helios melihat banyak pria yang mempermainkan wanita sesuka hati dan tidak jarang pula Helios menjumpai wanita yang hamil namun, tidak memiliki pasangan.

"Damian berbeda, dia tidak suka mempermainkan wanita." Kata Rabecca dengan nada suara yang meninggi entah mengapa dia tidak suka melihat Helios yang menyamakan Damian dan pria di luaran sana.

"Rabecca, aku hanya tidak ingin nantinya kamu terluka karena seorang pria." Helios melunak melihat Rabecca seolah menahan amarah.

"Apa kamu juga sama seperti kebanyak pria yang suka mempermainkan wanita?" tanya Rabecca lirih takut menyinggung perasaan Helios. 

Helios terdiam, dia tidak punya jawaban atas pertanyaan Rabecca karena pada kenyataannya dia memang seperti itu, selalu mencari kesenangan dari wanita yang berbeda. 

"Sudah cukup!" Anne bersuara ketika Helios ingin menjawab pertanyaan Rabecca. "Helios, kenapa kamu mempermasalahkan hal yang belum tentu terjadi? memangnya kamu pernah melihat Damian di Club langganan kamu itu?" Anne tentu tau seperti apa kelakukan Helios karena itu ia sedikit khawatir jika anak sulungnya itu tidak mendapatkan jodoh kelak.

Helios memang tidak pernah melihat Damian di Club, tapi bisa jadi pria itu bermain dengan rapi dan membawa para wanitanya ke apartemen maupun hotel. Pemikiran Helios sudah terlalu buruk terhadap Damian karena pria itu tidak pernah menunjukan sikap ramah kepadanya.

Begitupun dengan Damian, dia selalu perpikiran negative terhadap Helios alasannya pun hampir sama.

"Helios, tujuan kita ke sini untuk melihat dan memberitahukan Rabecca kalau dia adalah  bagian dari keluarga kita yang hilang. Tapi, kamu malah membuat Rabecca merasa tidak nyaman dengan kehadiran kita." Anne mengalihkan tatapannya pada Rabecca, tadi dia sempat mendengar Rabecca menyebutnya Mommy padahal dia belum memberitahukan pada Rabecca kalau dia adalah ibu kandungnya. Namun, tidak dipungkiri Anne merasa bahagia mendengar itu.

"Maaf," kata Helios yang pada akhirnya memilih untuk tidak memperpanjang masalah akan tetapi, sekali saja Damian membuat Rabecca menangis tentu saja dia akan bertindak.

"Jadi kamu sudah tau kalau, saya adalah ibu kandung kamu, Nak?" tanya Anne seraya mengambil satu tangan Rabecca dan mengusapnya pelan.

Rabecca tersenyum canggung, "Kak, Helios yang mengatakannya." Jawab Rabecca, ada rasa hangat yang menjalar di dadanya. Sudah sangat lama dia tidak merasakan hal ini terakhir kali mungkin ketika ayah angkatnya memujinya karena meraih peringkat pertama dan itu pun saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar.

"Terima kasih sudah kembali." Anne menitikan air matanya, perasaannya menjadi tidak karuan. Sebelumnya dia selalu menyalahkan dirinya atas kehilangan Rabecca yang pada kala itu tidak terlalu memperhatikan putri kecilnya itu karena sebuah insiden.

Helios mendekat dan mengusap punggung Anne lembut, "Semua sudah berlalu, Mom. Ayo kita mulai lagi dari awal dan jangn mengingat kembali masa itu." Helios menarik Anne kedalam pelukannya kala mendengar isakan wanita yang sangat ia cintai itu.

Anne mengusap air mata yang membasahi pipinya lalu kembali pada Rabecca. "Maaf, Mommy dulu lalai dalam menjaga kamu, seandainya dulu Mommy tidak menitipkan kamu padanya, mungkin keadaannya tidak seperti ini." 

"Tidak apa-apa, Mom. Mungkin ini takdir Rabecca untuk menjadi kuat." Rabecca tidak menyalahkan takdir ataupun Anne karena dia percaya apa yang dia jalani merupakan kehendak sang pencipta. 

Anne memeluk Rabecca erat melepas kerinduan yang dalam seraya mengucapkan kata 'maaf' berkali-kali. "Kali ini biarkan Mommy merawat kamu sebelum pria yang bernama Damian itu menjemput kamu untuk dijadikan teman hidup." 

"Baiklah." Rabecca tentu tidak masalah dengan itu karena dari dulu ia ingin merasakan kasih sayang yang tulus dari seorang ibu.

Anne bahagia mendengar Rabecca tidak menolak permintaannya sama seperti Helios yang tersenyum bahagia karena pada akhirnya Anne bisa melepas beban hidup yang ditanggunnya. Namun, detik berikutnya senyum Helios berubah jadi senyum smirk. 

—————

Enjoy guys...

Gak bisa janji apa-apa karena selalu ingkar janji.




Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang