Empat Puluh Empat

7.5K 227 30
                                    

Helios sedari tadi mondar-mandir di depan rumah Rabecca, dia sudah mengetuk pintu Rabecca hingga tanganya kebas namun, tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Menghubungi Rabecca juga sudah dia lakukan lewat ponsel pintarnya namun, tidak kunjung di angkat.

"Di mana dia, Nak?" tanya seorang wanita paruh baya yang sedari tadi dengan tenang menunggu di samping Helios. Sejak diberitahu kalau anak perempuannya yang dulu hilang ketika masih bayi sudah di temukan —Anne, ibu dari Helios meminta untuk segera bertemu dengan Rabecca. Namun, karena pekerjaannya yang tidak dapat dia tinggalkan Anne harus bersabar hingga dia dapat bertemu dengan Rabecca di waktu yang tepat.

"Sepertinya dia tidak di rumah, Mom." Helios mendesah panjang, "Mungkin dia berada di rumah sahabatnya sekarang." tambahnya dengan raut wajah kecewa.

"Kalau begitu ayo kita ke rumah sahabatnya itu, kamu tau kan dia mana rumahnya?" Anne tidak sabar bertemu langsung dengan Rabecca.

Tentu saja Helios tidak tau di mana Violetta tinggal bahkan namanya saja Helios tidak tau. "Aku coba cari tau dulu iya, Mom." Helios kembali menyelipkan tangannya ke dalam saku celananya untuk mengambil ponselnya yang sempat ia selipkan di sana.

"Roland, tolong cari tahu di mana wanita itu tinggal," kata Helios ketika ponselnya terhubung dengan nomor ponsel Roland.

"Wanita yang mana, Tuan?" tanya Roland yang sudah siap di depan komputernya.

"Wanita yang menjadi sahabat Rabecca, tolong kau cari tau rumah dan pekerjaannya." Jika tidak berada di rumahnya tentu saja ada di tempat kerjanya, itu yang dipikirkan Helios karena wanita itu tidak terlihat seperti pengangguran.

"Baik, Tuan. Mohon tunggu sebentar." Setelahnya Roland langsung mengetik huruf-huruf pada komputernya beruntung dia tahu nama Violetta karena beberapa kali ia mendengar Rabecca memanggilnya. Jadi pekerjaannya kali ini akan lebih mudah.

"Bagaimana? Kau sudah menemukannya?" Tanya Helios setelah menunggu beberapa menit.

"Iya, Tuan."  jawab Roland kemudian memberitahu Helios keseluruhan tentang Violetta. Mulai dari nama, tempat tinggal hingga pekerjaannya gadis itu.

Setelah mendapat informasi penting tentang Violetta, Helios memutus sambungan telepon.

"Sepertinya Rabecca tidak sedang bersama dengan sahabatnya, Mom. Karena gadis itu sepertinya sedang bekerja." Helios sedang berpikir dimana sekiranya Rabecca berada. Ini sudah lewat jam makan malam dan tidak mungkin Rabecca masih berada di kantor.

"Kemana dia pergi malam-malam begini? Apa dia punya kerja sampingan?" Suasana hati Anne berubah menjadi tidak karuan.

Sejak pertama kali melihat tempat tinggal Rabecca hatinya sudah merasa tercubit. Banyak pertanyaan yang muncul di pikirannya tentang Rabecca.

"Setahuku sih tidak ada, Mom." Jawab Helios namun, seketika terbesit di benaknya mungkin saja Rabecca sedang berada di kediaman Damian. Jika benar begitu ia pasti akan mengahajar pria itu. 

"Kalau begitu kita tunggu aja di sini sebentar lagi, siapa tau dia sedang berada di jalan." Anne tidak ingin menunggu hari esok untuk bertemu dengan Rabecca, maka dari itu ia akan bersabar sedikit lagi untuk dapat melihat wajah sang putri secara langsung.

"Mungkin Rabecca tidak akan pulang malam ini, Mom. Bagaimana kalau kita kembali lagi besok?" Tawar Helios.

Jika dugaannya benar maka Rabecca pasti tidak akan pulang malam ini ataupun besok. Sungguh sialan Damian, jika bertemu dengan pria itu Helios pasti akan merontokkan gigi pria itu agar Rabecca tidak tertarik lagi dengannya.

Sementara itu di kediaman Damian, dua manusia berlainan jenis itu saling menatap di meja makan setelah berhasil membersihkan diri masing-masing.

"Aku yang salah." Damian kembali berucap dengan wajah penuh penyesalan. "Aku pria brengsek yang tidak bisa mengontrol diri, pria yang tidak berguna karena sekali goda langsung goyah." ucapan Damian tentunya untuk menyudutkan Rabecca. Memang Rabecca lah yang memulai semua itu namun, itu terjadi berkat campur tangannya juga.

Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang