Empat Puluh

7.6K 247 6
                                    

Sepeninggalan Darius, Helios mencoba memberanikan diri untuk menemui Rabecca. Helios membawa langkahnya masuk menuju kamar rawat Rabeca. 

"Mau apa kamu?" tanya Hana menghentikan langkah Helios. Pria itu bahkan baru selangkah masuk ke kamar Rabecca namun, Hana sudah menghadangnnya.

"Aku seorang dokter dan kau tau itu, jadi apa perlu saya jelaskan kenapa saya ada di sini?" Hanya itu alasan yang Helios temukan namun, jika dilihat dari penampilannya saat ini tidak mencerminkan penampilan seorang Dokter.

"Coba anda lihat penampilan anda sekarang, Pak." Pandang mata Hana menelisik penampilan Helios dari ujung rambut hingga kaki. "Selain anda tidak memakai jas yang dipakai dokter pada umumnya anda juga tidak punya tanda pengenal." Kini tatapan mata Hana berubah menjadi tatapan curiga dan hal itu tentunya membuat Helios merasa tidak nyaman.

"Saya tidak punya urusan denganmu, jadi minggir jangan menghalangi jalan saya." Helios berniat melangkah melewati Hana. Namun, mengingat apa yang telah terjadi pada Rabecca sebelumnya. Hana dengan cepat kembali menghadang langkah Helios.

"Maaf, Pak. Anda tidak boleh masuk sembarangan keruangan orang lain." Hana berdiri tepat di hadapan Helios.

Helios menghela napasnya kasar, Hana benar-benar menguji kesabarannya. Kemudian Helios melayangkan tatapan mengerikan pada Hana berharap Hana merasa takut kemudian membiarkan dirinya bertemu dengan Rabecca. 

Namun, bukannya takut Hana juga melakukan hal yang sama, gadis itu juga melempar tatapan tajam pada Helios. Hana tidak ingin kecolongan mengingat Rabecca masih dalam kondisi yang tergolong lemah.

Helios merasa kesal kejadian seperti ini sudah terjadi berlarut-larut kalau bukan Damian, ada Darius dan yang terakhir sungguh membuat Helios ingin menghajar seseorang namun, ia tidak mungkin melakukan hal itu mengngingat Hana adalah seorang gadis.

"Dengar, ada hal penting yang ingin saya bicarakan dengan Rabecca jadi saya minta kamu untuk tidak menghalangi jalan saya." Helios sudah tidak dapat memikirkan hal lain lagi hingga pria itu mendorong Hana agar dirinya bisa lewat. Namun, kejadian yang tidak terduga terjadi dan sialnya Helios terpaku pada Hana yang memejamkan mata. 

"Apa yang kalian lakukan?" Rabecca yang keluar bari keluar dari kamar mandi mengira kedua orang yang sedang saling mencumbu itu adalah orang lain namun, tidak disangka orang itu adalah sahabatnya sendiri.

"Hana?" Rabecca terkejut begitu melihat Hana berdiri dan membenarkan penampilannya yang sedikit berantakan.

"Ca, dia orang cabul." Adu Hana pada Rabecca dengan wajah memerah. Sial! itu ciuman pertama Hana.

"Jangan mengarang cerita! jelas-jelas kamu yang menarik saya hingga terjatuh." Tatapan mata Hana membulat sempurna, jelas-jelas pria itulah yang mendorongnya tadi. Bukan main Helios ternyata pria yang pandai bersilat lidah dan Hana merasa dia perlu menjauhi pria itu.

"Lupakan hal itu, Ca. Dia katanya punya hal penting yang ingin dia katakan sama kamu. Tapi aku tidak percaya sama ini orang karena sikapnya dari tadi begitu mencurigakan." Tanpa basa-basi Hana mengutarakan isi hatinya.

Mendengar ucapan Hana pandangan mata Rabecca meneliti penampilan Helios dari ujung rambut hingga ujang kaki. Namun, menurutnya tidak ada yang begitu mencurigakan dengan penampilan Helios, tapi Rabecca juga tidak menutup kemungkinan kalau Helios adalah salah satu orang suruhan Sella.

Tidak ingin membuang kesempatan yang ada Helios segera mendekati Rabecca. Senyum terpatri di wajahnya saat melihat Rabecca dari jarak yang cukup dekat. 

Hana yang melihat hal itu semakin curiga, ia kemudian berdiri di depan Rabecca guna menghalangi pandangan Helios pada Rabecca.

"Saya sama sekali tidak berniat melukai Rabecca, jadi bisakah anda menyingkir dan membiarkan saya bicara dengan Rabecca?" Helios tidak boleh menunjukan amarahnya di depan Rabecca karena hanya akan memperumit keadaan.

Hana melirik Rabecca coba meminta pendapat lewat tatapannya. Rabecca mengangguk kemudian Hana mengeluarkan suaranya.

"Bicaralah tapi tidak boleh dekat dengan Rabecca, beri jarak dua meter." Kata Hana kemudian mengbil tempat  di samping Rabecca.

"Saya hanya ingin bicara berdua dengan Rabecca." Suara Helios kelewat lembut hingga membuat Hana meletot tidak percaya. Tadi pria bicara seolah akan memakannya tapi lihat apa yang dengar. Mata helios bahkan memancarkan ketulusan seolah dia adalah pria paling baik di dunia ini. Berbanding terbalik dengan sikap Helios yang ditunjukan padanya.

"Maaf, saya tidak akan meninggalkan Rabecca sendiri dengan orang asing." Hana hanya tidak ingin hal buruk terjadi lagi. Dan Helios mengerti hal itu karena adiknya itu baru saja mengalami hal buruk yang disebabkan oleh Sella. Hatinya memanas kala mengingat kejadian buruk itu namun, sebisa mungkin Helios memendam emosinya.

"Baiklah terserah kamu saja." Helios menarik napasnya lalu menghembuskannya dengan pelan, seperti yang dikatakan Hana, Helios mengambil jarak dengan Rabecca lalu melempar tatapan lembut pada wanita itu.

"Saya adalah Helios Axton." Helios memperkenalkan dirinya terlebih dahilu sebelum mengutarakan tujuannya menemui Rabecca. 

"Sudah tau," Hana menimpalai ucapan Helios, memangnya siapa yang tidak kenal dengan pria satu ini apalagi dikalangan dokter dan perawat. Bahkan kuping Hana sudah bosan mendengar namanya di sebut.

Helios tidak menanggapi ucapan Hana, dia menganggap Hana makhluk tak kasat mata. "Ayah saya Jerry Axton dan ibu saya Anne Axton." Helios menjeda ucapannya guna melihat raut wajah Rabecca. 

Meski nama-nama itu terdengar tidak asing bagi Rabecca namun, ia tetap menunggu kelanjutan ucapan Helios.

"Dan adik saya namanya Hania Axton dan dia hilang ketika umurnya baru empat bulan." Hana mengerutkan keningnya, setahunya pria itu hanya memiliki satu adik yaitu Johan Axton namun, pendengaran Hana juga menangkap satu kata yang membuatnya mengerutkan kening.

"Dan saya meyakini kalau adik saya yang hilang itu adalah kamu." Rabecca menatap tidak percaya pada Helios. 

"Itu tidak mungkin, saya dibesarkan di panti asuhan dan menurut cerita yang saya dengar dari ibu panti, saya itu dibuang orang tua saya. Jadi anda mungkin salah mengel orang." Seperti dugaan Helios, Rabecca pasti menyangkal kalau dia bukanlah adiknya namun, seperti apa yang dia lakukan pada Darius dia juga melakukan hal yang sama pada Rabecca.

"Coba kamu lihat ini." Helios mendekat seraya menunjukan sebuah foto pada Rabecca namun, saat jarak mereka tersisa dua langkah lagi Hana seketika berdiri di depan Rabecca.

"Tidak boleh dekat-dekat," kata Hana dengan merentangkan kedua tangannya.

Lagi, Helios menghela napasnya dengan berat, "Sabar." Helios berucap dalam hati kemudian memperlihatkan senyumnya dan menyodorkan ponselnya pada Hana. "Tolong perlihatkan gambar ini pada Rabecca," katanya dengan suara lembut akan tetapi, terdengar seperti ancaman di telinga Hana.  

Bersambung....





Perfect SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang