"Pengecut," ucap seseorang dari belakang anggota Ganapati. Mereka kompak menoleh. Mereka mendapati Fenly berdiri disana, perlahan kakinya melangkah mendekati putrinya.
"Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga," ucap Fenly saat berdiri disamping putrinya.
"Punya apa lo, berani buat anak gue bohong?"
"Cowo modelan lo, ga akan pantes buat Anis, karena keluarga lo, pembawa petaka buat keluarga gue,"
"Pa," Fenly mengangkat tangannya, tanda untuk tidak ikut campur.
"Gue bukan ayah, gue bukan kakek, gue ya gue. Gue tau, ayah sama kakek udah banyak bawa luka buat kalian, bahkan tante Kaila meninggal ditangan ay-"
"ITU LO TAU!" potong Fenly.
"Ayah lo, penyebab kematian Kaila, ibu dari anak-anak gue. Terus, gue harus nerima lo?"
"Pa, cukup, yang salah om Saga, tapi kenapa Raja yang dihakimi?" tanya Anis dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Ah, kelemahan bagi Fenly. Fenly memilih meninggalkan area daripada harus melihat putrinya menangis.
"Pa, papa dengerin Anis," Anis gagal mengejar Fenly.
"Zuan, handle semuanya, gue mau ngejar papa dulu,"
"Jadi, lo pacaran sama Anis?" tanya salah satu anak Btiger.
*:..。o○ ○o。..:*
Dua motor berhenti di sebuah rumah. Seorang pria langsung masuk begitu saja dengan langkah yang penuh amarah. Ia kecewa dengan putrinya.
"Pa, dengerin Anis dulu," ucap seorang gadis yang sedari tadi membuntuti.
"Pa, kasih Raja kesempatan, Anis mohon banget sama papa. Raja ga seperti yang papa pikirin, Raja baik, pa," ucap Anis mencoba menyakinkan sang ayah.
"Baik? Dari mana? Dia buat kamu masuk ICU, itu baik?"
"Target dia Adrian, pa, akunya aja yang coba lindungi Adrian,"
"Cukup! Papa ga mau denger apapun tentang dia," Fenly melanjutkan langkahnya menuju kamar. Sedangkan Anis termenung. Ini yang ia takutkan jika papanya tau semuanya.
"Kak," Anis menoleh dan mendapati adiknya.
"Kenapa?"
"Jadi dugaan gue bener, lo pacaran sama Raja?"
"Ga usah dibahas," balas Anis. Ia memilih meninggalkan adiknya. Ia ingin menenangkan pikirannya.
Halaman belakang lah yang menjadi tempat pelariannya. Disini ia, Arkan, dan Alya bermain serta menghabiskan waktu. Ia rindu masa kecilnya, ia rindu tawa Arkan dan Alya secara bersamaan. Ia juga merindukan sang ibu, yang setia menemaninya bermain.
"Ma, Anis kangen," lirihnya.
"Ar, gue juga kangen lo,"
Ponselnya bergetar. Tanda ada pesan masuk. Ia menghela napas kasar. Gryan, lelaki yang notabennya ayah biologis nya. Malas sekali jika harus menanggapi pesan dari lelaki itu.
Gryann
Nis, papa pengen ketemu kamu
Papa gue Fenly
Papa mohon, temui papa sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
Anis Shakila (End)
Teen FictionGadis yang sempat tak diharapkan oleh sang ibu, kehadirannya memang tak direncana, namun kejadian na'as membuatnya ada didunia ini. Hidup dengan gunjingan tetangga membuat nya tumbuh menjadi gadis yang kuat. Namun, siapa sangka, keluarga barunya mem...