H-1 minggu menuju perang membuat Anis semakin waspada. Ia takut akan keselamatan anggotanya. Bukan maksud meragukan anggotanya, tapi ia hanya takut jika semua anggota Btiger menggunakan senjata api. Sangat berbahaya bukan?
Tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat lamunannya buyar. Ia segera membukakan pintu untuk seseorang. Ia tersenyum kala sang papa berdiri di hadapannya.
"Boleh papa masuk?" Anis mengangguk dan mempersilahkan Fenly masuk.
"Lagi mikirin tanggal 30 ya?"
"Iya pa,"
"Insya Allah kita menang, Nis, ya walaupun besar kemungkinan ada korban jiwa, karena Btiger full bawa senjata sedangkan kita tangan kosong,” jelas Fenly. Ia baru saja mendapat informasi ini dari Gilang.
"Anis takut pa, takut ga bisa jagain mereka semua,"
"Kuncinya satu, yakin, yakin kalau kita menang," Anis mengangguk.
*:..。o○ ○o。..:*
Pagi kembali menyapa. Kali ini Ganapati akan dilatih oleh inti generasi ketiga, yaitu Fenly, Gilang, dan Febri. Mereka akan diberi sebuah taktik untuk menghadapi Btiger yang kemungkinan besar mirip dengan taktik Dymasius. Mereka memang ahli menggunakan senjata api, tapi Ganapati lebih ahli dalam memanipulasi keadaan.
"Kita ikut andil kan, Fen?"
"Ikut, bahkan generasi pertama juga ikut andil,"
"Wah, bakal seru nih, btw kok bisa sih perang ada lagi? Bukannya adem ayem aja ya?"
"Generasi 9 terlalu pinter sembunyiin sesuatu dari kita,"
"Udah mau masuk dhuhur, dua anak pergi beli makanan, istirahat dulu," perintah Fenly. Anis berjalan menuju generasi ketiga untuk sekedar mengobrol singkat.
"Udah siap lo?" tanya Febri.
"Siap ga siap, gu-gue masih takut,"
"Santai, ada bapak lo yang jago dalam segala hal,"
"Kecuali percintaan," timpal Gilang dengan santainya.
"Iya deh yang lamar langsung di-iyain," balas Fenly.
"Sok-sokan nunggu Kaila, liat ade nya langsung kepincut. Itukah yang dinamakan setia?"
"Lah daripada situ, udah jadi sok-sokan cuek, Shafa dideketin cowo lain aja snewon,"
"Lah lo, dari dulu cekcok mulu sama Kaila, eh pas Kaila pergi galau,"
"Ngebacot apa sih kalian berdua, pusing gue dengernya," kesal Febri.
"Kek gue nih, setia sama satu cewe," sambungnya.
"Yey, malah ikut-ikutan!" kesal Fenly dan Gilang. Anis terkekeh melihat gurauan ketiganya. Benar kata mamanya, kalau Fenly keliatan aja kalem aslinya mah pengen banget dimutilasi.
"Lo ga ikut-ikutan, Nis?" tanya Febri yang langsung mendapat jitakan instan dari Fenly.
"Inget kata Jeno, kalau gue yang ditakdirkan bersamanya, maka yang lain hanya singgah sesaat," ucap Anis.
"Wah ada hubungan apa nih lo sama Jeno?"
"Wehlah kudet anda,"
"Emang ada apa antara lo sama Jeno?"
"Kaga ada,"
"Pen, lo harus kasih tau gue, gue kepo!" paksa Febri.
"Lo siapa gue?"
"Anjing lo!"
*:..。o○ ○o。..:*
Waktu berlalu begitu cepat. H-3 perang antara Btiger dan ReGa. Bukan lagi tentang siapa yang paling kuat. Melainkan tentang kehormatan ReGa. Rexsan mempertahankan markas mereka yang akan dibumihanguskan oleh ayah Jeno, sedangkan Ganapati mempertahankan kehormatan ketua mereka dan tentunya Ganapati itu sendiri.
Anis harus ekstra mempelajari segala taktik musuh yang kemungkinan besar akan merenggut nyawa anggotanya. Ia tau dari sang ayah kalau Btiger sudah mengantongi beberapa senjata api yang bisa membunuh siapapun korbannya.
"Ya Allah, ada banyak nyawa yang harus gue jaga, tapi kenapa perasaan gue ga enak tentang Jeno? Apa dia yang bakal jadi korban?" gumamnya. Sebuah notifikasi membuat lamunannya buyar. Ia tersenyum.
My boy
Nis, keluar
Gue ada didepan gerbangIni tengah malem, ngapain?
Turun buru
Anis berdecak, kenapa dia datang tengah malam seperti ini? Ingin kena marah sama camer atau gimana?
"Ngapain sih?"
"Pacaran yuk,"
"Lo lagi kenapa sih? Kita udah tunangan bego!"
"Maksudnya jalan, yuk,"
"Udah tengah malam Jeno,"
"Please,"
"Ck, ya udah, gue ganti baju dulu, sama ijin papa,"
"Oke,"
Anis mendengus kesal. Bisa-bisanya Jeno mengajak ia keluar tengah malam seperti ini. Tapi, ga papa sih, dia juga sering main malam-malam seperti ini.
"Mau kemana?" tanya Kaila yang kebetulan terbiasa bangun tengah malam.
"Jeno ngajak jalan ma, ga papa kan?"
"Jaga diri baik-baik ya,"
"Iya ma, assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Jeno memberikan helm kepada Anis. Jeno memang bukan tipekal anak yang romantis, makanya setia sama kejombloan nya, takut ga pada betah dengan sikapnya. Alhamdulillah nya dapet Anis yang mau menerima apa adanya.
"Mau kemana?"
"Taman,"
Motor milik Jeno berhenti di sebuah taman. Mereka duduk dipinggir danau buatan yang sering menjadi tempat wisata dihari minggu. Tiba-tiba saja, Jeno berbaring dipangkuan Anis.
"Nis, semisal gue pergi, apa lo bakal benci gue?"
"Ngomong apa sih, gue ga suka ya lo ngomong gitu,"
Siapa yang tebakannya bener?
Kenapa Aan? Jadi begini...
Terserah Anis lah mau ngasih julukan apa ke ayangnya.
JAA is Jeno Akrian Adiputra, jelas?Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anis Shakila (End)
Teen FictionGadis yang sempat tak diharapkan oleh sang ibu, kehadirannya memang tak direncana, namun kejadian na'as membuatnya ada didunia ini. Hidup dengan gunjingan tetangga membuat nya tumbuh menjadi gadis yang kuat. Namun, siapa sangka, keluarga barunya mem...