Seorang gadis memasuki area cafe dengan wajar ceria. Namun, hatinya tak seceria wajahnya. Ternyata ada penghianat didalam hubungannya. Dan sekarang, korbannya adalah adiknya. Ia tak akan membiarkan siapapun menyakiti adiknya. Sesuai perintah ayahnya, ia akan berpura-pura tak tau apa-apa. Biarkan skenario ayahnya yang berjalan.
"Met siang pacar,"
"Siang,"
"Tumben ngajak gue ke cafe, biasanya diresto gue," ucap Anis.
"Sekali-kali bayarin pacar, btw bener ya Alya masuk rumah sakit?" Anis hanya mengangguk pelan.
"Gue percaya kok sama lo, lo ga mungkin kan lakuin itu?"
"Lakuin apa?" sebenarnya sulit mempercayai semua ini. Raja tak mungkin melakukan hal sebodoh itu bukan?
"Bukannya, lo dituduh nusuk Alya?"
"Tau dari mana? Keluarga gue nutup kasus ini,"
"E... Anu, kan gue pacar lo, yang selalu ngawasin lo,"
Sementara itu, ada seorang pemuda yang memperhatikan mereka. Lebih tepatnya mengawasi Anis. Dialah si perfect boy yang amat Kaila percaya untuk menjaga putrinya. Ia selalu mengawasi gerak-gerik Anis disetiap saat.
"Oh iya ya, tapi btw, gue ga akan segan-segan buat habisin penghianat," ucap Anis sambil menekan kata penghianat. Raja hanya tersenyum simpul. Tak mau menanggapi, agar Anis tak terlalu curiga dengannya.
Waktu berlalu. Kini mentari telah digantikan dengan rembulan. Malam ini tak begitu ceria, karena hanya ada bulan sabit tanpa ada bintang yang menemani. Anis tersenyum bahagia, pasalnya ia kembali satu dapur dengan mamanya. Ia amat merindukan momen ini.
"Sebentar, ada yang telpon,"
"Iya, ma," Kaila menjauh dari Anis, bahkan ia pergi ke balkon. Anis memilih abai, ia harus belajar menjadi anak yang anggun, supaya jodohnya tak menyesal menikahi gadis tomboy sepertinya.
Suara bel membuatnya menghentikan aktivitas sejenak. Ia membuka pintu tersebut dan mendapati sebuah kotak berukuran sedang dengan surat diatasnya.
"JAA?"
Ia membawa kotak tersebut dan mencoba mencari tau isi dari kotak tersebut. Sebuah sepatu? Tapi siapa pengirimannya, lagi-lagi JAA. Pengagum rahasia nya kah? Atau orang jahat yang ingin membuatnya baper? Woy lah, Anis bukan tipekal anak yang gampang baper. Sekalinya baper malah disia-siain sama bocak dugong cem Raja.
"Dari siapa, Kak?"
"JAA, ma, ga tau siapa,"
"Suratnya dibaca dong,"
To : Ketua Ganapati gen.9
Kamu cantik banget sih, bikin hati aku diskotik
Pengen lapor polisi, soalnya kamu udah nyuri hati aku, eaa
Apa sih prik banget, maaf ya kalau ganggu waktu kamu terus. Tunggu ya, aku lagi memperbaiki diri, supaya layak jadi imam kamu.
Saat ini aku belum berani menampakkan diri, soalnya aku terlalu pengecut.
Btw, makasih hadiah yang kemarin dipake.
Love you
Jangan bilang Bang Fen, takut dipenggal, hehehe
See youu dilain kesempatan, kalau ga dipelaminan, heheheJAA
Kaila terkekeh melihat isi surat tersebut. Perfect boy nya selucu ini? Perasaan cool aja kalau sama dia. Ya, Kaila tau siapa itu JAA. Andai saja suaminya tau, apa langsung dapat restu atau malah memenggal pemuda tersebut? Ntahlah Kaila juga tidak tau. Yang pasti, suaminya tak akan sekejam itu.
"Mama kok malah ketawa sih, kesel ini," ucap Anis dengan nada merajuk.
"Anak baik dia,"
"Anak baik konon, yang menurut mama baik belum tentu menurut aku dan papa baik, kayak Raja,"
"Ya udah putusin, keburu tahta Ganapati jatuh sama dia,"
"Ngikutin rencana Arkan sama Achaz aja,"
Mereka menikmati makan malam berdua. Iya berdua, Fenly memilih menjaga Alya dirumah sakit, sambil sedikit demi sedikit mencari bukti kalau Alya melakukan nya sendiri atau dibantu orang lain. Kaila tak ada niatan untuk menjenguk putri keduanya itu, selain tak mau diketahui orang kalau ia masih hidup, Kaila terlampau kecewa dengan putri keduanya itu. Bisa-bisanya berkata yang tidak-tidak pada Anis. Padahal mereka satu rahim, satu susuan juga.
Malam semakin larut. Anis tengah memperhatikan sepatu yang ia dapat dari JAA. Mengingat kembali kata-kata seseorang yang sempat ia temui saat joging. Masih ingat?
"Apa dia? Ah ga mungkin, mana mau dia sama gadis tomboy kek gue,"
"Udahlah mending gue ke markas,"
Setelah siap dengan style nya, Anis bergegas menyambar kunci motor dan helmnya. Motor milik Anis mulai meninggalkan area apartemen.
"Raja?"
Perlahan, ia mengikuti motor di depannya yang memasuki area markasnya. Anis memilih berhenti tak jauh dari markas untuk mengintai apa yang dilakukan lelaki itu.
"Raja? Ngapain?" tanya Zuan yang kebetulan berada di markas. Raja hanya menyeringai.
"Ketua lo, udah masuk jebakan. Cepat atau lambat kalian ada dibawah Kuasa gue, sekarang lo semua pilih mati atau tunduk sama gue sekarang,"
"Maksud lo apa hah?!"
"Lo manfaatin Anis? Keterlaluan lo!"
"Anis harus tau semua ini!"
"Ga perlu, gue udah tau," ucap Anis yang baru saja keluar dari tempat persembunyiannya.
"Ternyata bener ya, apa yang dibilang papa, kalau lo cuma manfaatin gue,"
"Wow, secepet ini ternyata, bagus deh kalau lo tau,"
"Brengsek lo, Ja, gue pikir lo ga kayak bokap lo, tapi nyatanya sama," Anis mendekati Raja dan menyeringai.
Bugh
Satu tinjuan berhasil melayang diwajah Raja. Pelakunya tentu Anis.
"Buat Alya, yang udah lo hasut sampe nekat lukai dirinya sendiri!"
"Lo lebih dari bajingan! Bahkan lo lebih brengsek dari Gryan, papa gue!"
Bugh
Raja membalikan tinjuan yang ia dapat. Dan terjadilah baku hantam antara Anis dan Raja. Anis tetaplah seorang wanita yang tenaganya tentu tak akan sebanding. Melihat Ketua mereka hampir kalah, beberapa anggota yang berada disana membantu.
"Pengecut!" teriak Zuan saat Raja meninggalkan area markas.
"Lo ga papa, kak?"
"Jangan panggil gue kak anjing, geli dengernya,"
"Lo kakak gue,"
"Bacot,"
Wah, mau mati atau gimana nih? Kok adu jotos sama kesayangan Fenly si Ketua generasi 3?
Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anis Shakila (End)
Teen FictionGadis yang sempat tak diharapkan oleh sang ibu, kehadirannya memang tak direncana, namun kejadian na'as membuatnya ada didunia ini. Hidup dengan gunjingan tetangga membuat nya tumbuh menjadi gadis yang kuat. Namun, siapa sangka, keluarga barunya mem...