11

38 9 4
                                    

Dengan telaten, Kaila mengobati luka diwajah putrinya. Sesekali ia menekannya, bukan karena tak sayang atau semacamnya. Ia geram dengan anak gadisnya ini, masih gadis, udah gitu cantik banget, malah hobi berantem.

"Sstt, pelan-pelan, ma,"

"Mau gini lagi, kak?"

"Engga, ma, lagian Raja pengen bang-"

"Raja pelakunya,?" bukan Kaila melainkan seorang pria yang baru saja keluar dari kamar. Tatapannya begitu tajam.

"Pa-papa?"

"Engga kerumah sakit, pa?" tanya Anis mengalihkan pembicaraan.

"Jangan alihkan pembicaraan, Nis,"

"Iya, dia ngancem Ganapati, jadi udah kepalang emosi, baku hantam deh,"

"Brengsek!"

"Mau kemana kamu? Ga ada acara bales dendam, biarin orang kepercayaan aku habisin dia,"

"Siapa?"

*:..。o○ ○o。..:*

Pagi kembali menyapa. Wajah lebam Anis masih terlihat jelas. Karena hal itu, membuat Anis tak diperbolehkan melakukan apapun oleh Kaila. Apalagi, semalam papanya bikin keributan karena hal sepele. Kaila ingin tidur dengan Anis, guna menjaga putrinya itu, tapi Fenly memaksa Kaila untuk tidur bersamanya. Mana kek bocil lagi, akhirnya Kaila mengalah.

"Padahal baru setahun loh," gumam Anis saat melihat sang papa tiduran dipangkuan sang mama.

"Anaknya udah dua, udah perawan semua lagi, salut sih gue," ocehan Anis terdengar sampai ke telinga Fenly.

"Syirik ae mba nya," Kaila menghela napas. Inilah yang akan terjadi, untung belum ada Alya. Kalau ada, ya makin rame deh nih rumah.

"Ngalah sama anaknya ngapa sih, Fen," kesal Kaila.

"Hmm,"

Anis memilih menyantap makanan sambil menonton serial kesukaannya dengan Kaila. Sinetron yang berisi tentang kehidupan sehari-hari, yang sudah bisa ditebak endingnya seperti apa. Udah pasti antagonis menderita dan protagonis memaafkan. Selesai.

"JAA siapa, kak?" Anis hanya menggeleng pelan.

"Tuh kan, si Titin ngambil uangnya, keknya anak yatim tersiksa mulu dicerita ini," kesal Anis sambil sedikit membanting sendok.

"Iya tuh kak, ngeselin banget kan. Suaminya mana sih, kasian tuh si Jono,"

"Kebiasaan," gumam Fenly.

Sementara itu, seorang pemuda datang ke sebuah rumah sakit guna merencanakan rencana baru untuk menyingkirkan Anis. Obsesinya untuk menguasai Ganapati membuatnya setega itu untuk menghabisi Anis. Kunci Ganapati ada diketua mereka, Anis Shakila.

Mereka nampak serius membicarakan sesuatu yang terlihat akan sangat sempurna untuk menghabisi Ketua Ganapati itu. Apalagi, ia menggunakan Alya sebagai perantara. Belum tau saja resiko seperti apa yang akan ia dapat jika berurusan langsung dengan Fenly. Jika Fenly seorang diri, mungkin masih bisa dikalahkan, namun jika ia membawa Fajri, Gilang, Fiki, Zweitson, bahkan generasi pertama Ganapati dan Rexsan, maka Btiger akan habis dalam waktu sekian menit. Tentunya kalian tak akan lupa dengan pertarungan yang melibatkan 2 geng itu.

Prok prok prok

"Perfect," ucap seorang pria dengan dua wanita dikanan dan kirinya.

"Keren loh, bisa buat anak gue cekcok," lanjutnya.

"Jangan pernah terlintas dipikiran lo buat nundukin Ganapati lewat Anis maupun Alya. Karena, gue ga akan pernah biarin itu terjadi, sebelum Ganapati tunduk sama Btiger, Btiger bakal habis ditangan gue, paham?" tanpa berkata apapun, Raja langsung pergi begitu saja. Alya nampak menyembunyikan waswas nya, ditambah lagi dengan kedatangan Kaila.

"Mama kecewa sama kamu,"

"Ma-"

"Apa yang kamu pikirkan, Al? Setega itu kamu buat skenario untuk menjatuhkan Anis? Kamu tau ga, kamu diperalat sama Raja, ga ada untungnya buat kamu,"

"Alya minta maaf, ta-tapi please, peluk Alya ma, Alya kangen," Kaila langsung mendekap tubuh putrinya. Ia juga merindukannya.

"Maafin gue kak, abisnya papa-"

"Papa ga beda-bedain kalian, porsi adil papa tentu beda. Adil itu, memberikan sesuatu sesuai kebutuhan, wajar kan, porsi kamu 40 sedangkan kakak kamu 60?"

"Kalau pun papa mau beda-bedain, pastinya lo lah yang terlalu disayang, gue mah apa,"

"Gue jitak ye lo," sahut Fenly. Ia paling tidak suka jika Anis mengatakan kalau dia bukanlah anak Fenly Alfenzo.

"Ck, salah mulu,"

*:..。o○ ○o。..:*

Seorang pemuda mengamuk. Semua yang ia rencanakan berakhir berantakan. Anis tau semua rencana nya diwaktu yang sangat tidak tepat. Ia memang bodoh, melangkah tanpa tengok kanan kiri. Ia lupa kalau Gilang punya anak buah yang bisa diandalkan dalam segala hal, Pandu yang siap mencari informasi, dan jangan lupakan sohib lama, Fenly Fajri yang siap bertempur kapanpun.

"Arghhh, gue akan habisi kalian semua!"












Cie pendek. Seperti hubungan aku sama dia cuma bertahan 3 tahun.

Maunya berapa mak? ~ Anis

Selamanya dongs, etdah ngapa bahas gue.

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

See you kesayangan Madilll

Anis Shakila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang