Sebuah mobil berhenti di butik milik Fani dan Azmi. Mereka akan fetting disini. Selain udah kenal, karya Fani tak pernah mengecewakan dan selalu perfect. Inilah yang membuat butik ini ramai setiap saat. Pelanggan berdatangan secara bergilir untuk minta dijaitkan baju.
"Eh calon pengantin,"
"Assalamu'alaikum, tante om,"
"Waalaikumsalam,"
"Dunia sempit ya, lagi-lagi Rexsan jodohnya Ganapati,"
"B aja kali," Azmi menatap sengit kearah Anis. Ga anaknya ga bapaknya ngajak ribut mulu.
"Ayo Anis, ikut tante, di coba dulu bajunya,"
"Iya, tan," Anis mengikuti langkah Fani. Ia kagum melihat banyaknya gaun pengantin yang terjejer rapi di dalam butik.
"Ini, tante buatkan khusus buat kamu. Gimana?"
"Yang lain?"
"Itu udah ada yang pesen,"
"Kirain buat di pilih. Ini terlalu berat ga sih, tan?"
"Engga kok, tante tau kamu ga terlalu ribet, jadi tante buatkan yang simple tapi elegan,"
"Anis coba ya," Fani mengangguk. Beberapa menit kemudian, ia membantu Anis untuk memperlihatkan hasilnya pada calon suaminya.
"Gimana?"
"Bagus, cantik," lirihnya tanpa sadar.
"Anis nya atau bajunya yang cantik?"
"Anis nya lah, tambah cantik kalau pake itu," ceplos nya.
"Sa ae lo tutup panci," kesal Azmi.
"Beneran pantes?"
"Lo mah pake apa aja cantik, Nis," ucap nya.
"Ma-makasih, langsung ini aja deh tan," ucap Anis sedikit gugup.
"Sekarang gantian kamu, Bi anter gih ke tempat khusus pria," Azmi mengangguk dan mengajak calon suami Anis pergi.
"Gimana?" mata Anis tak berkedip saat melihat lelaki dengan setelan jas berwarna silver. Sangatlah tampan. Pengen cepet dihalalin.
"Ganteng banget Ya Allah," lirih Anis. Sangat lirih.
"Ba-bagus,"
"Cocok kan sama gaun tadi?"
"Iya cocok, kita ambil yang ini deh. Buat akad nya nanti pake baju yang simpel aja, kalau yang ini buat resepsinya, gimana Nis?"
"Iya gitu aja,"
*:..。o○ ○o。..:*
Anis melingkari angka 5 di bulan Januari 2023. Namun, ia kembali menatap tanggal 30 di bulan Desember 2022. Rasa ketakutan itu kembali muncul. Ia takut, jika nanti salah satu dari mereka akan gugur.
"Baru kali ini gue benar-benar takut kehilangan. Lo cowo kedua yang begitu gue khawatirkan setelah papa," lirih nya.
"Nis," seorang wanita parubaya membuka sedikit pintu kamarnya.
"Ma, kenapa?"
"Udah malem, kenapa ga tidur?" Kaila duduk disebelah Anis dan membelai rambut panjang putrinya.
"Ada yang dipikirin?"
"Anis takut ma, takut suatu saat nanti di pergi sebelum menepati janjinya,"
"Jangan khawatir sayang, Insya Allah dia lelaki yang bertanggung jawab. Dia seperti papamu, Fenly. Rela menunggu bertahun-tahun, ya walaupun hatinya sempat disinggahi wanita lain,"
"Dia pernah bilang sama mama, selama saya yang ditakdirkan bersamanya, maka yang lain hanya singgah sesaat, begitupun kamu kedia sayang. Walaupun banyak yang singgah dihati dia, kalau yang ditakdirkan untuk bersama itu kamu, yang lain bisa apa?" Anis tersenyum.
"Ma, kalau nanti tanggal 30 Anis kalah, bilangin kedia ya, Anis sayang banget sama dia,"
"Kamu pasti menang sayang,"
"Umur ga ada yang tau ma," Kaila hanya mengangguk dan membawa putrinya kedalam pelukannya. Ia berdoa, semoga baik Anis maupun calon suami nya selamat dan bahagia sampai nanti maut yang memisahkan keduanya.
Pagi kembali menyapa. Anis sudah siap untuk pergi ke markas Ganapati. Mereka ada janji untuk bertemu dengan Rexsan, membicarakan perihal tanggal 30 nanti.
"Kak, titip Arkan ya, biar dia bisa nemanin Mala lahiran," ucap Mala sebelum Anis memakai helm.
"Lo tenang aja, Mal, Arkan ada dibawah pengawasan gue, lo jangan stress, kasian calon ponakan gue,"
"Iya kak,*
"Gue pergi dulu, assalamu'alaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Motor abu-abu milik Anis meninggalkan Mala yang masih berdiri dengan wajah khawatir. Anis tersenyum dibalik helm fullface nya saat ia berhenti di lampu merah, disini lah ia dan calon suaminya untuk pertama kalinya beriringan. Walaupun mereka sering bertemu diarea balap, mereka jarang berinteraksi.
"Assalamu'alaikum,*
"Waalaikumsalam, wih calon pengantin nih,"
"Diem! Gas jalan ke Rexsan,"
"Eits, buru-buru amat, minum dulu lah,"
"Buruan!" Zuan berdecak.
"Iya iya yang mau ketemu calon suami,"
Beberapa motor mulai meninggalkan area markas. Kurang lebih ada sekitar 50-60 motor yang mengikuti Anis. Beberapa motor juga dipakai oleh dua orang, bukan karena tak punya motor. Kata Anis biar ga terlalu menguasai jalanan. Ya bayangin aja la woy, kurang lebih 200 anggota Ganapati turun kejalan semua, pake motor sendiri sendiri, penuh jalanan.
Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di markas kebesaran ReGa. Masih ingat kan, kalau Rexsan dan Ganapati punya markas penyatuan? Markas yang dibangun oleh generasi ketiga.
"Gimana?" tanya Anis to the point.
Arkan langsung memberitahu rencananya. Walaupun anaknya kadang gesrek, tapi kalau lagi mode serius, ya serius banget. Kayak saat ini, Arkan tak menerima candaan dalam bentuk apapun. Saat ini hanya ada ide yang serius untuk disalurkan bukan candaan.
"Gue setuju, tapi menurut gue anggota Inti di tengah, gimana?"
"Kenapa?"
"Biar ga terlalu monoton kalau didepan dan ga di bilang pengecut kalau di belakang,"
"Saran diterima,"
H - 1 minggu nih gimana? Udah bisa nebak endingnya?
Kalau ga minimal nebak siapa itu JAA, masih belum tau kan?Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anis Shakila (End)
Ficção AdolescenteGadis yang sempat tak diharapkan oleh sang ibu, kehadirannya memang tak direncana, namun kejadian na'as membuatnya ada didunia ini. Hidup dengan gunjingan tetangga membuat nya tumbuh menjadi gadis yang kuat. Namun, siapa sangka, keluarga barunya mem...