Pemuda dengan inisial JAA tengah menghafal sesuatu. Namun, kelihatannya sangatlah sulit. Menurutnya, lebih mudah belajar bahasa Inggris daripada bahasa Arab. Namun, ia harus istiqomah bukan?
"Gimana sih? Masih salah,"
"Lo diem, gue belajar sama Arkan bukan lo!" kesalnya.
"Mending, lo ke Abi Hafizh aja, dia lebih awam,"
"Nah bener tuh, si Arkan kan sesat,"
"Kek lo kaga,"
"Anjing lo berdua, gue lagi serius ini,"
"Sabar bro, tapi jangan ikut kita karena cewe,"
"Kaga,"
Teman-teman nya hanya mengangguk mengiyakan. Biarkan temannya itu berjuang, masalah bersatu atau tidak nanti saja, biar Tuhan yang menentukan skenario selanjutnya.
"Anis Shakila," gumamnya.
"Susah ye, yang satu genggam, yang satu lagi menengadah,"
"Yang satu sholawat, yang satu lagi nyayian,"
"Yang satu Allah, eh yang satunya lagi Yesus,"
"DASAR CINTA BEDA AGAMA!" Arkan dan Adrian kompak bertos ria. Menertawakan penderitaan temannya itu.
Satu mobil yang diisi oleh satu keluarga mulai keluar dari area rumah sakit. Alya sudah diperbolehkan pulang dengan catatan harus kontrol setiap dua kali dalam satu bulan. Alya nampak terus bermain ponsel, ia terus mengirim pesan dengan kekasihnya, Adrian.
"Pa, kalau Adrian ngajak serius gimana?"
"Engga untuk sekarang, okey, jangan langkahin kakak kamu,"
"Ya elah, jodohnya kakak belum keliatan,"
"Udah, si JAA ya ga kak?" ledek Kaila.
"Ma," rengek Anis.
"JAA, siapa?" tanya Alya. Anis hanya menjawab dengan mengangkat kedua bajunya acuh.
"Jeno Akrian Adiputra?" ceplos Fenly. Nama itu yang tiba-tiba saja muncul di otaknya.
"Engga mungkin lah pa,"
"Kenapa ga mungkin? Lebih baik Jeno daripada Raja,"
Anis terdiam. Ia masih sakit hati atas perbuatan mantan kekasihnya itu. Untuk mendengar namanya saja sudah membuatnya hati sakit, apalagi bertatapan langsung.
Jeno? Apa mungkin, pemuda itu yang selama ini menjadi pengagum rahasianya? Atau ada orang yang lain? Tapi, kalau dipikir-pikir, Jeno tampan juga. Masuk juga dalam kriteria calon idaman. Eh, ga boleh berharap, masih ada Lina yang juga suka sama Jeno.
"Kalau beneran cowo itu Jeno, mau ga mau dia harus milih ga sih, antara Tuhan atau hamba-Nya," ucap Alya. Fenly melirik kedua anaknya melalui kaca. Ia tau ini dari Gilang. Sebelum paket pertama jatuh ke tangan Anis, ia lebih dulu menyelidiki nya. Maka dari itu dia diam saja, karena tau pengirimnya memang lah orang baik. Ia juga tak tanggung tanggung mencari informasi tentang JAA. Setidaknya ia tak se ceroboh kemarin.
"Biarkan skenario Tuhan yang berjalan," balas Fenly.
Mobil tersebut sudah sampai di apartemen mereka. Untuk sementara mereka akan tinggal disini, menghindari serangan Btiger. Bisa saja kan Btiger menyerang saat Fenly tak dirumah?
Mereka kompak menghentikan langkahnya saat melihat sebuah paperbag didepan kamar mereka. Fenly mengambilnya dan langsung menyerahkannya pada Anis. Benda tersebut pemberian dari sang pengagum rahasia. Siapa lagi kalau bukan JAA.
Tunggu gue, please
Suratnya lebih pendek dari sebelumnya. Tunggu? Maksudnya apa? Tapi, ya sudah lah, selama Mr. A tidak mengganggu keselamatannya, it's okay. Sebuah kotak makan, isinya makanan kesukaan Anis, pancake strawberry.
"Mau berdiri terus kak?" tegur Fenly.
"Sini kak, dimakan bareng,"
*:..。o○ ○o。..:*
Waktu berjalan begitu cepat. Anis nampak bermain dengan komputernya. Ia tersenyum menatap semua foto kebersamaannya dengan keluarga besarnya. Dari mulai pernikahan Fenly dan Kaila, sampai sekarang. Ia terkekeh kala mendapati foto aib nya saat masih kecil. Ia jadi ingat, foto itu diambil saat ia menangis melihat noda saus di baju Fenly, ia pikir itu darah.
"Arkan, Alya, Lina, kapan main bareng lagi? Gue kangen," lirihnya.
Anis kembali tersenyum kala semua Keluarga Alfenzo berkumpul. Tentunya ada El, partner gelut nya dari dulu. Ia dan El hanya berjarak 2 tahun saja. Terkadang, mereka bertengkar hanya karena panggilan 'kak', El tak mau dipanggil kak dengan alasan ia lebih muda. Lucu sekali bukan pertengkaran mereka.
"El, lo dari dulu lucu ya, pengen banget nabok," kekeh nya.
"Sekarang, kita udah punya jalan masing-masing ya, El udah tinggal di Malaysia, Arkan udah punya Mala, Alya sebentar lagi punya hubungan serius sama Adrian, Lina, tuh anak kurang se frekuensi sama gue. Lah gue apa kabar? Susah banget buat suka sama orang, sekalinya suka, dapet sakitnya doang anjir," kekehnya miris.
Ia pikir, setelah berlabuh dihati Raja, ia akan mendapatkan kebahagiaan yang dari dulu pasang surut. Kadang bahagia, kadang sakit. Namun, semuanya hanyalah khayalan belaka. Bukan kebahagiaan, namun penghianatan yang ia dapat. Hal ini yang membuatnya semakin tidak percaya dengan laki-laki selain papanya, Fenly. Hanya Fenly laki-laki yang sempurna.
"Kapan gue kayak mama? Dapet orang sebaik papa?" lirihnya dengan air mata yang menetes.
"Kak," Anis langsung menghapus air matanya saat Kaila memanggilnya.
"Kenapa ma?"
"JAA ada didepan, mau ketemu kamu,"
"I-iya ma,"
Siapa tuch, bisa tebak ga siapa? Yang pasti bukan orang yang deket sama Anis, ga akrab juga. Silahkan menebak dan jadilah arwah penasaran.
Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anis Shakila (End)
Teen FictionGadis yang sempat tak diharapkan oleh sang ibu, kehadirannya memang tak direncana, namun kejadian na'as membuatnya ada didunia ini. Hidup dengan gunjingan tetangga membuat nya tumbuh menjadi gadis yang kuat. Namun, siapa sangka, keluarga barunya mem...