15

37 5 6
                                    

Anis tersenyum melihat meja makan yang kembali ramai. Tapi masih kurang, Fajri dan Arkan. Mala? Ada dong, formasi lengkap pokoknya. Ia terkekeh melihat papanya yang nampak prustasi melihat Alya dan Lina yang sedang nge-fangirling, teriak-teriak ga jelas.

"Makan," ucap Raya sambil merebut ponsel milik Lina. Mereka menonton video dari BTS diponsel Lina. Sedangkan jika diponsel Alya, mereka akan nonton video dari NCT.

"Yah bunda, itu si Taehyung lagi nyanyi!" kesalnya.

"Aunty, Jeon Jungkook," ucap Alya memelas.

"Makan dulu,"

"Makan tuh jongkok,"

"Jungkook, kak!" kesal Alya dan Lina. Mala nampak terkekeh sambil mengusap pelan perutnya, mungkin lagi berdoa semoga anaknya ga gitu.

"Ponakannya aunty, jangan kayak dua aunty yang itu ya, alay. Mending kayak aunty Anis," ucap Anis dengan suara yang sengaja dibesarkan.

"Heh! Mending kayak kita lah, di kamar aman, daripada dijalan bahaya," protes Lina.

"Nah bener tuh, ntar kalau lahir kita kenalin sama RM, Jin, Jimin, V, Jungkook, Suga, J-Hope, terus-"

"Udah kak, makan dulu," sela Mala. Kebahagiaan yang dulu pernah tercipta dimeja makan. Anis sangat bahagia, semoga hal ini bertahan sampai nanti ia tiada. Ia merindukan momen ini.

Setelah drama berkepanjangan, akhirnya Anis telah selesai dengan sarapan paginya. Ia menyambar tas dan juga kunci motornya. Sebenarnya, hari ini ia harus pergi ke mall untuk membeli baju yang cocok untuk nanti malam. Ya walaupun ga formal, tapi harus terlihat feminim lah.

Lo suka gue tomboy atau feminim?

Anis mengirim pesan tersebut kepada Mr. A. Kurang pd aja sih. Biar perfect gitu lah, kan ketemu calon suami, eaa.

Seadanya aja, Nis. Lo cantik dalam situasi apapun

Buaya!

Anis mendengus kesal. Sejak dikecewakan Raja, jika ada laki-laki yang memujinya cantik, fiks buaya. Itu yang ada dipikirannya.

"Anis berangkat, assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam,"

Motornya mulai membelah jalanan dengan tenang, tanpa ada gangguan dari siapapun. Ia langsung turun dari motor saat melihat keadaan resto nya yang sepertinya diserang seseorang.

"Cek CCTV-nya," perintah Anis. Caca mengangguk dan pergi ke ruang CCTV. Tangan Anis mengepal saat menemukan gelang yang ada di lantai.

"Raja!"

"Bos, mantan bos pelakunya," ucap Caca yang baru saja kembali dari ruang CCTV.

"Tutup sementara, kita renovasi," karyawan yang lain hanya mengangguk.

Dengan penuh emosi, Anis melajukan motornya menuju markas Btiger. Belum puas atau bagaimana, sampai-sampai restonya yang menjadi sasaran. Resto ini sudah ia bangun dari lama dan dirusak gitu aja?

"Raja!"

"Wih, mantan ibu negara nih," ucap salah satu anak Btiger.

"Bacot, mana ketua lo!"

"Ada apa adinda? Kangen sama kakanda mu ini?" ucap seorang pemuda yang baru saja keluar dari markas dengan tampang tengilnya.

"Najis, maksud lo apa hancurin resto gue?"

"Ga maksud apa-apa, gabut aja," balas Raja santai.

"Anis Anis, percuma lo kesini tapi ga bawa anak buah, lo bakal kalah," remehnya.

"Oh ya? Yang kalah, gue atau lo?" balas Anis yang tentunya mengandung arti.

"Btw, ada satu info nih, ternyata lo sama nyokap lo sama ya, murahan," Anis membulatkan matanya, kenapa bawa-bawa Kaila?

"Santai, beb, lo abis putus dari gue, langsung gebet anak Rexsan, murah!"

"Gue ga seperti yang lo pikir, lebih murah otak picik lo!"

"Wow, bisa juga ya anak haram kayak lo ngomong gitu," ucap Raja dengan menekan kata anak haram.

"Emang, lo bukan?" ucap seorang pemuda yang masih diatas motor berwarna merah hitam.

"Bokap lo kan lebih bejat dari Gryan," lanjutnya.

"Dulu, Gryan emang ngilang, tapi ngilangnya Gryan tuh nyari duit buat tanggung jawab. Lah bokap lo, kudu dicari polisi dulu biar tanggung jawab, mana yang ditidurin anak ustadz, ngebayangin nya Raya lagi, bejat banget kan?" jelas pemuda tersebut tanpa membuka helm. Ia merangkul Anis dan mengusap pelan pundak gadis yang nampak menahan air matanya.

"Lo siapa? Ga usah ikut campur,"

"Gue harus ikut campur, karena cewe yang lo rendahin ini, calon istri gue dan lo ga ada hak ngerendahin dia, karena sesungguhnya wanita itu adalah makhluk yang paling mulia,"

"Oh ya sekedar info aja nih, nyokap lo bukan meninggal karena didorong Raya, tapi sengaja narik Raya biar dia yang ketabrak karena udah ngerasa ga dihargai lagi sama bokap lo, yuk sayang, ga usah didengerin omongan sampah kayak gitu,"

Anis menurut. Jauh didalam hatinya ia ingin menangis. Semua kata-kata yang keluar dari mulut Raja melukai hatinya. Iya paling tidak suka jika statusnya diperjelas. Tapi, apa anak hasil hubungan tak sah serendah itu?

"Nangisnya jangan disini, ke taman aja,"














Cie yang penasaran sama cowonya. Masih si perfect boy kok.
Tapi siapa?

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

Anis Shakila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang