4

51 12 6
                                    

Seperti yang ia ucapkan tadi, Anis mengikuti Fenly sampai kekantor. Lumayan, liat asisten papanya yang tampan. Fenly berdecak melihat motor putrinya yang berhenti diarea parkiran.

"Ngeyel ya,"

"Kayak papa, yuk pa, ga sabar ketemu Om Lion," ucap Anis sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.

"Perasaan udah punya pacar deh,"

"Pacar? Apa itu? Udah ayo," Anis mendahului Fenly. Sebuah senyuman tercetak diwajah Fenly, Anis merupakan duplikat dari Kayla. Sifat petakilan nya, sifat manjanya.

"Gimana aku bisa lupain kamu, Kay, duplikat kamu aja ada didepan aku," lirih Fenly.

Sementara itu, seorang pemuda tengah mempelajari sesuatu agar bisa sejalan dengan pujaan hatinya.

"Jangan melakukan apapun demi dia," ucap seorang pemuda yang tengah asik dengan rokoknya.

"Do'ain aja,"

"Aelah, Anis udah sama Raja, lo bisa apa?"

"Selama gue yang ditakdirkan, maka yang lain hanya singgah sesaat," ucapnya penuh yakin.

*:..。o○ ○o。..:*

Malam yang sunyi. Raja batal datang akibat hujan deras yang akhir-akhir ini melanda Indonesia. Anis memilih merebahkan diri ditemani secangkir kopi dan laptop didepannya. Bukan merekap pemasukan bulan ini, ia ingin mengenang momen bersama orang tuanya.

"Papa ini udah nyala belum?" terlihat seorang gadis dengan kuncir duanya.

"Itu udah nyala Al," balas sang kakak.

"Alya cantik banget sih," puji seorang wanita berjilbab.

"Cantik kayak Tante Lala," balas anak laki-laki yang tengah sibuk dengan sepatunya.

"Papa! Arkan nih!"

Anis terkekeh. Dari dulu Arkan dan Alya tak pernah akur, ada saja yang jadi bahan ribut. Masalah sepatu pun jadi bahan ribut.

"Arkan sepatu gue mana!"

"Lah mana gue tau,"

"Kak Anis, Arkan ngumpetin sepatu gue,"

"Kaga ye, lagian sepatu gue sama lo ukurannya beda. Gue jumbo lo mini, kaki lo kan kecil kek bayi,"

"35! Bukan bayi, huaaa mama,"

Saat itu, Alya baru saja masuk SMA sedangkan Arkan masih duduk dibangku SMP kelas 3. Alya memang begitu dimanja oleh mamanya, berbeda dengan dirinya yang memang tak pernah diharapkan.

"Ma, Anis pengen deh pas Anis jatuh diobati, bukan malah diomelin,"  ucapnya sambil mengusap layar laptop yang terdapat gambar Kaila.

"Kak Anis!" Anis menghela napasnya saat mendengar suara melengking adiknya.

"Ken- eh kenapa lo nangis?"

"A-adrian minta break," ucap Alya sambil menangis dipelukan kakaknya.

"Kenapa gitu?"

"Ga tau, hisk,"

"Udah, ga papa, mungkin Adrian lagi ada masalah. Break kan bukan berarti putus," Alya mengangguk pelan.

"Makasih ya kak, kakak udah gantiin pelukan mama, Alya kangen banget sama mama," Anis hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

"Gue juga kangen mama Al," batin Anis.

*:..。o○ ○o。..:*

Seorang gadis dengan seragam putih abu-abunya berlari menuju rumah. Ia akan memberi tahu kalau ia lulus dengan nilai terbaik.

"Mama, aunty," teriaknya.

"Ya Allah, Nis, salam dulu," tegur wanita berjilbab.

"Hehehe maaf aunty, assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam, ada apa?"

"Mama mana?"

"Lagi keluar sama Alya," senyuman Anis sedikit memudar.

"Apa yang Anis bawa?"

"Surat kelulusan, Anis lulus dengan nilai terbaik,"

"Serius," Raya langsung mengeceknya. Raut bahagia diperlihatkan nya.

"Masya Allah, pinter banget ponakan aunty, selamat sayang," ucap Raya sambil memeluk ponakannya.

"Wih pelukan nih, Arkan mau,"

"Sini sini," sebuah mobil berhenti didepan rumah. Terdapat ibu dan anak yang nampak sibuk dengan barang belanjaannya.

"Ma, Anis-"

"Jangan sekarang, Nis, mama cape. Yuk, sayang kita cobain baju baru,"

"Iya ma," Raya mencoba menguatkan Anis. Beberapa bulan ini sikap Kaila terhadap Anis sangat berbeda.

"Ga papa, kak, masih ada Arkan sama bunda,"

Anis terbangun dari tidurnya. Mimpi yang panjang. Di sampingnya masih ada Alya, semalam ia meminta ditemani tidur. Tiba-tiba saja, kata-kata yang membuat nya down terngiang dikepalanya.

"Oh itu anak haramnya,"

"Aib keluarga kok dirawat,"

"Dari mana sepupunya? Lo bukan anak Uncle Fen,"

"Pergi, Nis, mama ga butuh kamu,"

Air matanya perlahan menetes. Ia tak sekuat yang orang kira, ia tetaplah anak perempuan yang dingin disayang oleh kedua orang tuanya.

"A-anis,"

"Iya ma, ini Anis,"

"Mama sayang kamu,"

Tutttt

Di akhir hayatnya, Kaila sempat mengatakan itu. Tapi kenapa perlakuan nya berbeda? Inin menguji mentalnya atau ada hal lain?

"Ma, Anis kangen,"









Mari kita ulik masalalu Anis satu persatu

Masalalu gue rumit mak ~ Anis

Anis Shakila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang