"Eum, Pa, besok boleh ketemu Om Gryan?" tanya Anis.
"Dia papa kamu Nis," balas Fenly.
"Males, lagian diakta kelahiran kan nama papa bukan dia," Fenly tersenyum.
"Iya iya, besok papa temenin ya. Udah lama juga ga ketemu Gryan,"
"Gryan atau Hanum,"
"Heh!"
"Sok iye nunggu mama, ketemu tante Hanum aja langsung kepincut," ledek Anis.
"Mana baik-baikin aku lagi,"
"Iya deh, si paling tau masalalu papa nya, papa pergi dulu pulang pagi,"
"Mentang-mentang aunty Raya ga dirumah," lirih Anis.
"Papa denger, Nis,"
*:..。o○ ○o。..:*
Pagi kembali menyapa. Seperti yang ia janjikan semalam, ia akan menemui ayah biologis nya. Sebelum itu, ia pergi ke cafe untuk mengecek perkembangannya.
"Nis,"
"Lo ternyata, sementara waktu kita break dulu ya, gue ga mau ribut sama papa,"
"Break break break, kaga ye, sini gue mau ngomongin sesuatu. Mba coffee ice nya dua ya, dia yang bayar," ucap Raja.
"Yang ada cowo yang traktir cewe, gini amat punya cowo," gerutu Anis. Raja membawa Anis kesalah satu meja.
"Apaan?"
"Semalem...
Sebuah motor berhenti disebuah area balap. Terdapat 4 motor yang saling beradu.
"Bang," Zuan menyalami Fenly.
"Raja mana? Suruh temui gue diwarung," Zuan hanya mengangguk.
"Mpok, biasa," ucap Fenly.
"Ealah dalah, udah punya anak saja masih ganteng ya," kekeh Mpok Lela.
"Iya dong," seorang pemuda mendekati nya.
"Kenapa?" tanyanya.
"Lo tulus sama anak gue?"
"Iya, gue tulus," Fenly menyeringai.
"Mana ada tulus, tapi buat Anis celaka" balas Fenly.
"Oh yang dulu, Anis tiba-tiba berdiri di depan Adrian saat gue mau nyerang Adrian,"
"Buktiin kalau emang lo tulus, ya lo tau kan, gue paling benci wanita gue tersakiti. Kecuali, lo ingin berakhir kayak leluhur lo," setelah menghabiskan kopinya, Fenly meninggalkan area itu.
"Jadi, papa ngebolehin kita punya hubungan?" Raja mengangguk sambil sesekali menyeruput minumannya.
"Kaga ada wibawanya sama sekali yach," gerutu Anis.
"Gue pulang dulu ye, ntar malem gue dateng kerumah,"
"Hmm," Anis mengambil ponselnya. Rupanya sudah jam besuk. Ia akan membawakan kue.
Motor Ninja berwarna abu-abu nampak berhenti disebuah rumah sakit ternama. Motor tersebut dikendarai seorang gadis, kakinya mulai melangkah menuju resepsionis untuk menanyakan ruangan yang akan ia kunjungi.
"Anis,"
"Kebetulan, tan, baru aja Anis mau nanya dimana ruangan om," Hanum tersenyum tipis.
"Ya sudah, ayo ikut,"
"Sebentar tan," ucap Anis saat ponselnya bergetar. Ia lupa kalau papa nya juga minta ikut.
"Hehehe, maaf pa, Anis lupa. Papa ke Rumah Sakit Medika ruang VVIP nomor 2, buruan yach," lagi-lagi Hanum tersenyum tipis. Anis menggunakan kata papa untuk Fenly, sedangkan untuk ayah kandungnya om.
"Papa mau kesini tan," Hanum hanya mengangguk. Lelaki yang sempat singgah dihatinya. Bahkan saat ini, rasa itu masih ada, tapi hanya sedikit.
"Zuan?"
"Loh, Nis, ngapain?"
"Kalian saling kenal?" tanya Gryan.
"Dia ketua geng aku, pi,"
"Pi?" Gryan tersenyum.
"Dia adik kamu, Nis,"
"What the anjing! Jadi Anis yang papi maksud? Ga nyangka kakak gue cakep,"
"Dih, ogah kali gue punya adek model lo," ketus Anis. Kenapa dunia sesempit itu.
"Assalamu'alaikum," mereka kompak menoleh.
"Papa," ucap Anis sambil menampakkan senyumnya.
"Gue kaga ngarti maksudnya gimana sih, katanya Anis kakak gue kok-"
"Anis anak gue, selamanya akan seperti itu," potong Fenly.
"Gimana keadaan lo?"
"Membaik, btw makasih lo udah nerima Anis dan rawat dia sampai sekarang,"
"Ga perlu berterima kasih, udah gue bilang Anis anak gue, kewajiban gue buat jadi pelindung buat dia. Gue ga akan lepas tanggung jawab itu. Bukannya, kalau mau sama emaknya anaknya juga harus diterima?" ucapan Fenly tentunya menusuk bagi Gryan. Secara tidak langsung, Fenly menyindir dirinya.
"Emangnya om sakit apa?" tanya Anis, membuat Gryan dan Hanum menatap nya sendu.
"Papa kecapean aja, Nis," Anis berdecak kesal. Ia paling tidak suka Gryan menyebut kata papa untuk dirinya.
"Gws," balas Anis singkat.
"Oh ya, lo dapet salam dari Aji sama Raya,"
"Makasih, salamin balik ya," Fenly mengangguk, ia melirik jam tangan yang melingkar.
"Gue duluan ya, ada urusan dikantor, kamu hati-hati pulangnya,"
"Ngikut, mau liat Om Lion,"
"Kaga ada, balik ke cafe sono. Assalamu'alaikum," balas Fenly.
"Waalaikumsalam,"
"Anis duluan ya, bay semuanya, papa tungguin," Gryan menatap sendu punggung yang mulai tertelan pintu. Ia menyesal pernah menyia-nyiakan anaknya.
"Harusnya dulu gue tanggungjawab," gumam Gryan.
Penyesalan selalu datang diakhir yach
Kalau diawal pendaftaran, jangan lupa votmenn ~ Anis
KAMU SEDANG MEMBACA
Anis Shakila (End)
Teen FictionGadis yang sempat tak diharapkan oleh sang ibu, kehadirannya memang tak direncana, namun kejadian na'as membuatnya ada didunia ini. Hidup dengan gunjingan tetangga membuat nya tumbuh menjadi gadis yang kuat. Namun, siapa sangka, keluarga barunya mem...