9

35 8 5
                                    

Seorang wanita menggenggam kuat ponselnya. Ia baru saja mendapat kabar kalau Anis keluar dari rumah dengan koper ditangannya. Ia tak bisa membantu banyak, ia hanya bisa mengawasi dan mengandalkan pemuda yang menjadi pengagum putrinya.

"Secepat itu lo ngusir Anis, Fen? Mana janji lo sama gue? Kalau lo bakal sayangi Anis?" lirihnya dengan air mata yang menetes. Ia tak menyangka kalau Fenly begitu cepat mengambil keputusan.

Tok tok tok

"Masuk,"

"Ada apa?"

"Udah tau Anis tinggal dimana?"

"Apartemen pemberian Fenly," ia mengerutkan keningnya. Ada yang janggal disini.

"Bawa gue ketemu Anis,"

"Yakin?"

"Sangat yakin," pemuda tersebut mengangguk. Setelah mengunci rumah, motor tersebut mulai meninggalkan perkarangan rumah. Wanita ini menggunakan style seadanya dengan topi dan masker. Untuk menutupi identitasnya dikenali orang. Perjalanan tak berlangsung lama. Mereka telah sampai disebuah apartemen.

"Lo mau nemuin Anis?" pemuda tersebut menggeleng.

"Engga sekarang,"

"Anis di unit berapa?"

"C231 lantai 6,"

Setelah memastikan wanita itu masuk. Pemuda yang mengantarkannya pergi sebelum Anis melihatnya.

Sementara itu, Anis baru saja selesai menunaikan ibadah sholat isya. Ia tersenyum kearah foto yang sengaja ia pajang didekat TV.

"Kak ganteng, dengan sejuta rencana misteri nya,"

Tok tok tok

Anis mengerutkan keningnya. Siapa yang bertamu malam-malam. Raja? Ga mungkin, soalnya dia ga tau apartemen ini. Papanya? Itu juga ga mungkin.

"Sia- mama?" wanita tersebut tersenyum dibalik maskernya. Putrinya begitu mengenalinya.

"Boleh saya masuk?" Anis mengangguk dan mempersilahkan masuk. Perlahan ia menggeleng pelan.

"I-ini beneran mama?"

"Iya sayang, kamu cantik dengan mukena ini," mukena yang pernah ia jaitkan khusus untuk Anis.

"Bu-bukannya-"

"Nanti mama ceritakan, kamu diusir papa?" Anis menggeleng.

"Lalu?"

"Ikut saya," Fenly menutup ruang rawat Alya dan memperhatikan keadaan sekitar.

Plakk

Ia menabok tangannya sendiri begitu keras, sehingga menimbulkan bunyi layaknya tamparan.  Anis mengerutkan keningnya, ada apa dengan papa nya?

"Ikuti rencana papa, keluar dari rumah dengan muka sedih, nangis kek apa kek terserah. Papa mau buat seolah-olah papa ngusir kamu,"

"Maksudnya?"

"Nurut, Nis,"

"Tinggal di apartemen, tengah malam papa datang dan jelasin semuanya,"

"Gitu ma,"

"Syukur lah, gimana masakan mama waktu itu?"

"Itu mama yang kirim?" Kaila mengangguk.

"YM apa ma?"

"Your Mom, masa ga peka sih?"

"Hehe, Anis kira pengagum rahasia nya Anis,"

"Sini peluk," dengan senang hati ia memeluk mamanya. Pelukan yang amat ia rindukan. Ini kah yang dimaksud mukjizat Tuhan? Atau ia sedang bermimpi? Jika iya, ia tak mau bangun dulu, hanya untuk menikmati pelukan hangat Kaila, mamanya.

"Mama sayang kamu,"

"Anis juga sayang mama,"

*:..。o○ ○o。..:*

"Alya, papa pulang dulu ya,"

"Iya, makasi udah percaya sama Alya,"

"Iya sayang, nanti papa balik lagi, mau apa?"

"Nasi goreng,"

"Oke,"

Mobil Fenly mulai meninggalkan area rumah sakit. Ia kecewa dengan Alya, kenapa bisa dia menfitnah Anis dengan iming-iming hanya dia yang akan disayang. Padahal, dia sedang diperdaya.

Mobilnya berhenti di sebuah apartemen. Ia menatap dua wanita yang tengah bersendang gurau memasuki area apartemen. Bukan Anis yang menjadi fokus, melainkan wanita yang ada disebelah Anis.

"Kaila?" mereka menoleh. Kaila tersenyum manis kearah Fenly, yang masih sah menjadi suaminya. Tak ada kata perpisahan bukan?

"Tatap-tatapan aja? Ga ada niatan buat pelukan gitu?" ucap Anis memecahkan keheningan. Kaila sudah menceritakan poin penting kenapa ia pergi.

Fenly langsung memeluk tubuh yang selama ini ia rindukan. Benarkah ini Kaila nya? Atau hanya seseorang yang mirip? Ia tak peduli, untuk saat ini yang terpenting rindunya tersalurkan.

"Dah lah, Anis jadi nyamuk," ucap Anis seraya berlalu.

"Anaknya siapa sih gitu," gerutu Fenly.

"Gryan," balas Kaila.

"Ck, anak aku," merekapun menyusul putri mereka.

"Buka email kamu, kalau mau tau alasannya," ucap Kaila di tengah-tengah langkah menyusul Anis. Fenly hanya mengangguk paham.

"Abis ngapain?"

"Beli makanan lah, nyuruh ke apart tapi ga ada makanan," gerutu Anis.

"Ya maaf,"

"Jelasin sama Anis,"

*:..。o○ ○o。..:*

Pemuda yang digadang-gadang akan menjadi menantu dari Fenly Alfenzo. Eum yang yakin cuma lah Kaila, pemuda itu tak yakin. Sekarang ia tengah berada didalam markas. Ia akan memberikan informasi tentang strategi untuk menghancurkan Btiger. Ini sudah mengusik ketenangan nya juga.

"Kenapa lo?"

"Kudet nih? Alya masuk RS,"

"Serius, kenapa?" tanya Jeno.

"Katanya ditusuk Anis, gue mau kita atur strategi buat perang sama Ganapati,"

"Btiger," ucapan Jeno membuat anggotanya menoleh.

"Apa urusan nya?"

"Dia ngadu domba Anis sama Alya, penusukan itu murni rencana Alya,"

"Paham kan sama musuh dalam selimut? Raja lagi nyoba nguasain Anis lewat pacaran, sedangkan tujuan adu domba, cuma mau buat Anis seolah-olah cuma punya Raja yang percaya dan ya Ganapati jatuh ke tangan Raja, itu intinya,"

"Lo tau dari mana Jen?"

"Ada yang ngasih tau gue,"








Udah pada tau siapa pemuda yang bareng Kaila? Yang pasti dia orang yang sayang banget sama Anis dan berjuang demi cintanya.

Nb : Jangan jadi silent readers ya. Hargai penulis/author dengan memberi votmen dan jika tidak suka dengan alurnya bisa pergi, boleh memberi masukan asal tidak menghina, paham?

See youu kesayangan Madilll

Anis Shakila (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang