"Mulai sekarang kita berteman!"
Kalimat yang membuatku terkejut. Hingga aku tak bisa berkata-kata. Sebab terasa asing di telinga.
Selama ini yang ingin berteman denganku hanya Fazriana, Syifa dan Rama. Selain karena aku yang sulit beradaptasi juga karena aku yang mungkin terlalu menutup diri, sebab tak ingin membuat luka kembali.
"Kok diam?" tanya anak cowok itu memecah lamunanku.
Sebaliknya, bukannya memberi jawaban aku malah balik bertanya.
"Kenapa kamu mau berteman denganku?"
Anak cowok itu terdiam. Menelengkan kepalanya beberapa derajat. Memikirkan jawaban apa yang pas atas pertanyaan barusan.
"Karena nama kita sama-sama unik," jawabnya kemudian seraya tersenyum lebar.
Huh, alasan macam apa itu? Benar-benar tidak masuk akal.
Belum sempat aku bersuara, dia lebih dulu bercerita.
"Kamu tahu gak? Nama kita itu salah satunya diambil dari bahasa Thailand. Yuthakon memiliki arti seorang laki-laki yang bersifat pejuang. Sedangkan kamu Malivalaya, artinya sekuntum bunga melati. Bundaku memberi nama ini karena beliau suka banget sama hal-hal yang menyangkut negara Thailand," jelasnya panjang lebar.
Sungguh. Aku tidak peduli. Darimana pun asal namanya dan bagaimana pun latar belakangnya. Tak ada untungnya bagiku.
Memilih abai. Aku hanya tersenyum singkat sebagai tanda menghargai lawan bicara. Setelah itu mataku kembali membaca novel.
Tapi anak cowok itu tak kenal lelah rupanya, ia kembali mengoceh banyak hal sehingga aku terpaksa mendongak kembali. Meski sangat terpaksa.
"Aira," dia memberi jeda. "Nama kamu itu cantik ..."
Tanpa menunggu lama aku bisa menebak apa yang akan dia katakan selanjutnya.
Dia pasti akan mengatakan ini, sama kayak wajah kamu, cantik.
"... sama kayak wajah kamu, cantik."
Nah, kan?
Keningku mengernyit dan tersenyum. Tapi bukan senyuman malu-malu yang habis digombali, lebih tepatnya senyum sinis karena muak dengan kalimat picisan itu.
"Maaf, kalau kamu mau gombalin cewek, mendingan jangan aku deh. Kamu cari cewek lain aja," pintaku dengan polosnya.
"Ffppt." Dia terkekeh.
Apa ada yang lucu? Pikirku.
"Hei! Aku tidak bermaksud untuk merayumu apalagi gombalin kamu, ya. Yang barusan itu sebuah pujian dan berdasarkan fakta. Kamu emang cantik," lanjutnya.
Aneh, kenapa kedengarannya dia benar-benar mengatakan itu dengan tulus. Apa aku terlalu mencurigainya?
"Oke, terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir Twenty-six
Teen FictionHaira -si gadis insecure- tiba-tiba menemukan buket bunga anyelir di lokernya dari sosok misterius. Setelah mendapat buket itu, segala hal dalam hidup Haira mulai berubah. Kira-kira siapa ya sosok misterius itu? Apakah Haira akan dengan cepat menge...