Tepat saat ku buka mata, di hadapanku sudah ada Yuta dengan senyumnya yang khas. Namun, rambutnya sedikit berantakan. Dari ujung kepala sampai lehernya pun mengeluarkan banyak keringat.
"Kamu gak apa-apa? Maaf aku baru tanya sekarang. Kamu bisa bangun gak?" tanyanya berbondong. Aku menggeleng.
Seharusnya aku yang bertanya demikian, mengingat tadi terdengar suara pertengkaran yang aku yakini pasti antara dia dan para siswa di ruangan ini.
Terbesit tanya dalam benak, apa yang sebenarnya terjadi? Mengingat keadaan Yuta yang seperti itu, meski selebihnya dia tampak baik-baik saja.
Tanpa pikir panjang, aku menoleh ke samping. Betapa kagetnya aku saat melihat semua siswa SMK Tasan sudah terkapar di lantai. Mereka mengaduh kesakitan.
Ada yang pingsan, ada yang tengah memegang tangannya atau kakinya, entah karena terkena pukulan atau apa. Tapi itu belum seberapa, ada yang lebih parah, yaitu Bos mereka. Wajahnya penuh lebam, ada beberapa luka gores juga. Hidungnya mengeluarkan darah. Tangannya sudah dalam keadaan terikat, juga kakinya.
Aku kembali mengalihkan atensiku pada Yuta. Mereka kenapa? Apakah Yuta penyebabnya? Tapi bagaimana bisa 1 lawan 8 bisa menang semudah itu?
Seperti bisa membaca pikiranku, Yuta berkata, "Iya, aku yang membuat mereka babak belur. Tapi, kamu tidak perlu tahu bagaimana cara aku menghabisi mereka. Yang terpenting sekarang, kamu aman."
Ku lihat sorot matanya berbeda. Binar di matanya redup. Cerianya kini berubah sendu. Tatapan itu seperti mengisyaratkan sebuah penyesalan.
"Maaf aku terlambat," ucapnya lirih sembari memakaikan jaket di tubuhku.
Mendengar kalimat itu, air mataku mengalir deras di pipi. Aku menggeleng sembari sesenggukan. Bukan. Bukan salah kamu, Ta. Justru aku bersyukur karena kamu bisa menemukanku di waktu yang tepat.
Yuta mengusap air mata di pipiku.
"Kamu masih kuat jalan?" Aku mengangguk patah-patah. Sejujurnya aku tidak yakin. Tapi akan aku coba.
Saat kakiku hendak berdiri, benar saja, dalam hitungan detik aku sudah terjatuh. Dia membelakangiku. Menampakkan punggungnya yang lebar.
"Ayo naik," titahnya. Aku pun naik ke punggungnya.
Yuta bangkit dan berjalan ke luar. Akhirnya aku bisa bernapas lega.
Aku tahu di mana kami sekarang berada. Ternyata lokasi basecamp mereka tidak jauh dari sekolah SMK Tasan. Memang tempatnya sedikit tersembunyi dan tidak terlalu dekat dengan rumah warga. Sehingga tidak ada yang curiga kepada mereka.
Setelah sampai di depan motor, laki-laki itu menurunkanku dengan hati-hati. Kemudian memakaikan helm di kepalaku. Dia juga menurunkan footstep supaya aku bisa langsung naik.
🌸🌸🌸
Motor melaju dengan kecepatan rendah. Menerobos kemacetan di kota Cianjur. Kendaraan saling hilir mudik. Sekarang sudah sore, sudah waktunya para pekerja pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir Twenty-six
Teen FictionHaira -si gadis insecure- tiba-tiba menemukan buket bunga anyelir di lokernya dari sosok misterius. Setelah mendapat buket itu, segala hal dalam hidup Haira mulai berubah. Kira-kira siapa ya sosok misterius itu? Apakah Haira akan dengan cepat menge...