Kenapa harus kamu?

15 2 0
                                    

Semilir angin menerpa kulit empat remaja yang sedang duduk di atas rooftop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin menerpa kulit empat remaja yang sedang duduk di atas rooftop. Sembari bersandar di pembatasnya dan menikmati ice cream kesukaan masing-masing.

Rama baru saja selesai menghabiskan ice creamnya. Dia menyangga belakang lehernya dengan kedua tangan. Iris mata cokelatnya menatap lurus ke arah langit biru tanpa awan di atas sana. Sudut bibirnya melengkung menciptakan senyuman manis yang bisa membuat siapapun yang melihatnya terpesona. Ya, ku akui, sepupuku yang satu ini memang menawan. Dia juga menjadi salah satu cowok populer di Kencana. Gak heran kalau Syifa gamon sama dia.

"Ternyata enak juga ya di sini. Bisa dipake buat ngadem. Kemana aja gue selama ini, baru tahu ada tempat senyaman ini di Kencana," ucap Rama, tidak berhenti menatap langit di atas sana.

Fazriana menoleh. "Bener banget. Buat aku yang anak astrophile bakal betah lama-lama di sini," sahutnya yang diangguki oleh Syifa.

Lenganku digoyang-goyang Fazriana. Aku yang sedang menatap langit pun langsung menoleh pada gadis itu.

"Kamu kenapa sih Ra? Kok diem terus dari tadi?" tanyanya.

"Aku lagi bingung," jawabku.

"Bingung kenapa?" tanya Syifa.

"Kemarin pas tanggal 26, Tuan Anyelir kasih aku buket lagi."

"Terus?" tanya Rama.

"Tapi warna bunga anyelirnya bukan merah tua kayak biasanya. Kemarin dia kasih aku anyelir kuning," jelasku.

Syifa menutup mulutnya dengan telapak tangan. Gadis itu berpindah posisi menghadap kami. "Lo bertiga tahu gak makna anyelir kuning?"

Kami bertiga menggeleng.

"Anyelir kuning itu memiliki makna penolakan." Syifa menoleh kepadaku. "Bukannya waktu itu bertepatan dengan hari di mana lo mau confess ke Yuta?" Aku mengangguk.

Syifa menjentikkan jarinya. Baru saja mendapatkan sebuah jawaban. "Itu artinya Tuan Anyelir udah kasih lo peringatan, kalau lo bakal ditolak sama Yuta."

Fazriana mengelap mulutnya yang belepotan oleh ice cream menggunakan tisu. "Tapi kenapa Tuan Anyelir bisa tahu kalau Aira bakal ditolak? Emangnya dia siapa? Jangan-jangan Tuan Anyelir itu beneran Yuta?" tanya Fazriana berbondong.

"Gak mungkin lah. Kalian juga tahu kalau Yuta itu alergi bunga," bantahku. "Ada satu lagi yang aneh," sambungku membuat ketiga remaja itu menatap serius ke arahku.

"Tanggal 27 kemarin, ada buket anyelir lagi di loker aku. Tapi warnanya merah tua. Dan yang paling membuatku gak habis pikir, ternyata buket itu dari Tan."

"Wah! Kok bisa?" seru Fazriana.

"Berarti Tuan Anyelir itu Tan," tebak Syifa.

"Gak mungkin!" sergah Rama denfan cepat. Refleks kami bertiga menoleh pada remaja lelaki itu. "Coba lo pada inget-inget lagi. Tuan Anyelir selalu memberi buket setiap tanggal 26, gak pernah di tanggal yang lain. Kayak itu tuh udah jadi kebiasaan Tuan Anyelir buat ngasih buket di tanggal 26. Sedangkan Tan ngasih di tanggal 27. Kalau emang dia Tan, kenapa dia memberi di tanggal yang berbeda? Gue yakin Tan dan si Tuan Anyelir itu pasti beda orang."

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang