Berdua Bersamamu

5 1 0
                                    

Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua lewat sepuluh menit, namun sang ketua ekskul belum terlihat batang hidungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua lewat sepuluh menit, namun sang ketua ekskul belum terlihat batang hidungnya.

Beberapa kali aku mendengus kesal. Begitu pun teman-teman yang lainnya. Sudah menjadi kebiasaan bahwa Andi, cowok yang katanya perpect itu ternyata suka ngaret. Sudah tak terhitung lagi dia sering membuat kami menunggu lama di ruang ekskul.

Emang bener ya, manusia itu gak ada yang sempurna. Mustahil ada orang yang lahir tanpa kekurangan.

Setelah 1 jam menunggu, akhirnya pemuda yang ditunggu-tunggu pun datang juga. Dia berjalan tergesa sambil menyatukan kedua tangannya di depan dada dan mengucapkan kata maaf pada semua orang yang ada di ruangan.

Seperti biasa siswi-siswi bersikap biasa saja padahal tadi mereka sempat marah-marah karena dibuat lama menunggu. Eh, sekarang malah pura-pura memaklumi.

Tanpa berlama-lama lagi, Andi segera berdiri di depan papan tulis. Memberi penjelasan tentang pertemuan hari ini.

"Okay, guys. Untuk pertemuan kali ini, kita akan membahas tentang projek pertama kita. Yaitu membuat music video. Lagunya bebas. Dan projek ini dikerjakan per-kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan dua orang. Untuk kelompoknya aku udah siapin sendiri."

Andi mengambil buku kecil berwarna hitam di dalam tasnya. Membuka halaman yang diberi tali pembatas. Kemudian menuliskan nama-nama anggota tiap kelompok di papan tulis.

Sampailah ia di namaku. Di sana tertulis namaku dan ... Yuta? Eh? Beneran sama Yuta? Aku gak salah lihat, kan?

"Nah, guys, ini dia kelompoknya. Gak boleh ada yg protes ataupun tukeran anggota. Pokoknya ini udah fix. Tidak bisa diganggu gugat," jelas Andi.

Aku menatap Yuta yang sudah berada di sampingku sejak tadi. Cowok itu nyengir lebar sambil menatap ke arahku dengan mata berbinar. Aku menepuk dahiku pelan.

"Sekarang, silahkan kalian diskusikan lagu apa yang akan kalian gunakan dan juga bagaimana konsepnya."

Setelah itu Andi menghampiri Yuta. Ia menepuk pundak cowok itu sambil berkata "Good luck". Mataku menatap mereka penuh curiga. Sepertinya dua manusia ini sedang merencanakan sesuatu.

"Jadi kita mau milih lagu apa, Ra?" tanya Yuta usai Andi beranjak pergi.

"Gimana kalau Hivi yang judulnya pelangi?" Aku memberinya saran. Entah kenapa tiba-tiba saja aku teringat lagu itu.

"Ide bagus. Kalau lokasi syutingnya?"

"Gak tahu." Aku menggeleng. "Aku gak tahu tempat-tempat yang bagus di Cianjur."

Cowok berlesung pipi itu mengernyit bingung. Aku tidak tahu apa yang menjadi pertanyaan di kepalanya.

"Kamu kan orang Cianjur, Ra. Masa gak tahu?" Ia terkekeh.

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang