Terbang dan Jatuh

9 1 0
                                    

Aku mengusap-usap rambutku yang basah dengan handuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengusap-usap rambutku yang basah dengan handuk. Ku lihat layar handphoneku menyala. Ada notifikasi pesan mengambang di sana. Saat ku baca pengirimnya, sontak aku langsung mematikan benda pipih itu.

Aku sudah bertekad untuk mengabaikan pesan dari laki-laki pemilik lesung pipi itu.

Aku pun berjalan menuju ranjangku dan berniat untuk menonton drama korea yang berjudul Branding in Sangsu. Drama pun diputar dan aku berusaha fokus dengan itu.

Ya ampun, Park Solomon ganteng banget gak ada obat. Apalagi pas mode badas gitu, bikin hatiku berdebar-debar. Aku jadi histeris sendiri di kamar.

Ngomong-ngomong soal berdebar, apakah hatiku masih berdebar saat mengingat Yuta? Tentu. Bahkan saat ini pun, meski mataku sedang melihat ketampanan Park Solomon. Tapi pikiranku hanya membayangkan wajah Yuta dan hatiku terus memaksaku untuk membuka pesan dari laki-laki itu.

Tidak bisa bohong, aku memang ingin membuka pesan itu. Pertahananku pun runtuh seketika. Aku bergegas mengambil handphone di atas meja. Lalu membalas pesan dari Yuta yang berisi permintaan maaf darinya.

Aku membalasnya dengan mengatakan bahwa aku tidak apa-apa. Meskipun hatiku merasa sebaliknya. Setelah itu tidak ada balasan lagi. Tapi aku ingin percakapan ini terus berlanjut. Aku pun memutuskan untuk mengiriminya pesan lagi.

Aku mengajaknya untuk bertemu kembali, kali ini di tempat yang berbeda yaitu di rooftop sekolah. Aku sengaja memilih tempat yang sepi, supaya tidak ada yang melihat kami.

Sepuluh menit berlalu, Yuta belum kunjung membalas pesanku. Lagi-lagi dia seperti ini. Dia kayaknya ... enggan. Tapi, ah, ayolah berpikir positif, Aira! Mungkin Yuta memang lagi mumet aja.

Tring

Suara notifikasi pesan masuk berbunyi. Sudut bibirku melengkung. Cepat-cepat aku membuka pesan dari Yuta. Pemuda itu hanya membalas dengan satu kata singkat, "Oke," katanya.

Aku menghembuskan napas berat. Tidak apa-apa. Setidaknya besok kami akan bertemu. Jadi aku bisa memastikan kembali bagaimana keadaannya.

🌸🌸🌸

Hari ini tepatnya tanggal dua puluh enam, aku akan menyatakan perasaanku pada Yuta. Setelah kemarin gagal melakukannya, hari ini pokoknya harus berhasil.

Kemarin malam aku sudah membuat ulang pop up box untuk diberikan kepada Yuta. Kali ini aku benar-benar membuatnya sendiri. Butuh waktu 6 jam untuk membuatnya. Alhasil aku jadi kurang tidur.

Aku mau menyimpan pop up box ini di dalam loker, karena kalau disimpan di dalam tas bisa rusak nanti. Tanganku berayun membuka pintu loker. Ku lihat di sana sudah ada sebuket bunga anyelir, tapi tidak ada catatan seperti biasanya. Warna bunganya juga berbeda. Kali ini bukan merah, tapi kuning. Apakah Tuan Anyelir kehabisan anyelir mera makanya kali ini dia memberi warna yang berbeda?

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang