De Javu

11 1 0
                                    

Deretan rumus yang ditulis hampir memenuhi satu halaman, akhirnya memberikan jawaban yang menjanjikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deretan rumus yang ditulis hampir memenuhi satu halaman, akhirnya memberikan jawaban yang menjanjikan. Setelah selesai mengerjakan tugas matematika, aku menyimpan buku di rak.

Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit. Mataku rasanya berat sekali. Tanganku juga sudah menimbulkan rasa sakit karena terlalu lama menulis. Sepertinya, sudah waktunya aku istirahat di atas tempat tidur yang nyaman itu.

Dering handphone di atas kasur terus berbunyi sejak aku mulai mengerjakan tugas. Ku abaikan saja, karena aku pikir itu hanya pesan tidak penting. Dari suara notifikasinya, aku sudah tahu kalau itu notifikasi dari grup chat angkatan. Sengaja ku atur deringnya berbeda agar bisa membedakannya dengan pesan yang lain. Tanpa melirik notifikasi itu, aku lantas memindahkan ponselku ke atas meja belajar.

Rasa kantuk yang sudah tak bisa lagi dikendalikan dan badanku yang juga sudah merasa pegal karena terlalu lama duduk. Menandakan bahwa aku harus segera beristirahat.

Ku baringkan tubuhku di atas kasur yang empuk, memperbaiki posisi bantal supaya terasa nyaman lalu ku tarik selimut hingga menutupi sebagian badan.

Aku terus mengabaikan notifikasi pesan yang terus berbunyi di handphoneku. Palingan cuma obrolan tentang gosip terbaru di sekolah.

Tapi, aku merasa ada yang aneh. Kenapa banyak sekali pesan yang masuk? Padahal biasanya obrolan mereka hanya bertahan sampai satu jam. Sedangkan ini sudah lebih dari dua jam. Apa yg sebenarnya mereka bicarakan di grup?

Aku berniat mengambil ponselku, namun urung ku lakukan karena aku sudah merasa nyaman di atas kasur. Ah, sudahlah abaikan saja. Gak penting juga. Lebih baik aku tidur dan bersiap untuk hari esok.

🌺🌺🌺

Pagi ini matahari belum tampak terang karena kabut yang cukup tebal masih menyelimuti kota Cianjur. Maklum sekarang bulan Juli, di Cianjur sedang musim kemarau. Kalau lagi musim kemarau begini, biasanya saat pagi pukul 6 sampai pukul 7 masih ada kabut.

Udara pagi di Cianjur sangat dingin. Hingga aku harus memakai jaket ketika berangkat sekolah.

Saat aku hendak mengambil jaket di lemari, tiba-tiba suara bel berbunyi. Aku bertanya-tanya, orang macam apa yang bertamu sepagi ini.

Aku mengintip di balik gorden. Ku lihat Ayah tengah berjalan menuju gerbang, hendak membuka kunci. Beberapa detik kemudian muncullah seorang lelaki jangkung memakai hodie navy sambil membawa motor scoopy berwarna senada. Ia menyalami punggung tangan Ayah sambil tersenyum lebar hingga lesung pipinya terlihat.

Ya, lelaki itu adalah Yuta. Lelaki aneh yang akhir-akhir ini selalu memenuhi pikiranku. Hatiku berdesir hebat. Jantungku pun berdetak tak karuan. Ada apa sebenarnya denganku?

Sebelum beranjak, aku sempat melirik pantulan wajahku di cermin, merapikan anak rambut yang menyembul ke atas. Dirasa penampilanku sudah sempurna, lantas aku bergegas menghampiri Yuta. Rasanya aku ingin cepat-cepat menemuinya.

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang