Janggal

8 1 0
                                    

Sebelum magrib, kami sudah sampai di depan rumahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum magrib, kami sudah sampai di depan rumahku. Melihat lampu yang sudah menyala, menandakan sepertinya Ayah sudah pulang. Yuta membantu melepaskan helmku.

"Makasih, ya," ucapku tulus. Aku baru sadar sedari tadi aku belum berterima kasih kepada Yuta.

"Makasih buat apa?"

"Buat semuanya."

Dia tersenyum, lalu mengangguk.

Sebenarnya sejak tadi aku penasaran, Yuta kok bisa tahu aku ada di basecamp itu? Gak mungkin kan hasil tebak-tebakkan aja? Emangnya dia cenayang.

Karena rasa penasaran yang teramat besar, akhirnya aku memutuskan untuk bertanya pada laki-laki itu.

"Ta?"

Yuta menyimpan helm di dalam bagasi motor, lalu menoleh. "Kenapa, Ra?"

"Kok kamu bisa tahu kalau aku diculik?"

Dengan cepat, Yuta menjawab, "Dari dua temen kamu. Siapa tuh namanya Rika, eh, Nika?"

"Fika sama Mutia."

"Nah, iya itu. Waktu aku nyamperin ke kelas. Tiba-tiba kamu gak ada. Aku pikir kamu udah pulang. Pas aku tanya ke mereka, katanya kamu dibawa sama Ayudia. Denger nama dia aku udah curiga kalau kamu pasti lagi dalam bahaya. Dengan menghitung rumus Hukum 3 Newton aku berhasil kamu."

Ah, aku mengerti sekarang. Kalau diingat-ingat lagi, mereka berdua masih berada di kelas, saat si ratu drama dan kedua pengawalnya mendatangiku. Besok, aku harus berterima kasih pada mereka berdua.

Eh, tapi bentar. Apa hubungannya sama rumus Hukum 3 Newton? Agak gak nyambung gak sih? Gak tahu kenapa aku ngerasa kok ada yang aneh ya dari penjelasan Yuta. Dia kayaknya nyembunyiin sesuatu deh. Tapi apa ya?

Yuta memegang telapak tanganku. Membuat lamunanku buyar seketika.

"Kenapa?" Dia bertanya dengan lembut.

Aku menggeleng dan tersenyum.

"Ta?"

"Iya."

"Kamu harus janji, ya, jangan laporin Ayudia!" pintaku sedikit memaksa.

Sorot matanya berubah dingin. Melihatnya dari dekat, membuatku sedikit merinding.

"Kenapa?" tanyanya.

"I ... Itu gak penting, pokoknya jangan laporin dia. Aku udah maafin dia kok."

Bohong. Aku bahkan gak yakin bisa maafin Ayudia atau nggak. Setelah apa yang dia lakukan padaku, akan sulit untuk melupakannya. Aku hanya tidak ingin menambah masalah lagi.

"Janji, ya?" Ku ulangi lagi permintaanku, kali ini lebih hati-hati.

Ku lihat Yuta mengerutkan keningnya. Sepertinya dia tidak mengerti dengan jalan pikiranku. Dia terdiam beberapa saat. Ku pikir dia akan menolak, tapi ternyata dia menjawab sebaliknya.

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang