Plot Twist

10 1 0
                                    

Dengan suasana hati yang masih sendu, aku berjalan menuju kantin dengan langkah yang tak bertenaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan suasana hati yang masih sendu, aku berjalan menuju kantin dengan langkah yang tak bertenaga. Ingin pulang rasanya, tapi waktunya masih lama. Aku seperti kehilangan arah dan tujuan. Ternyata efek dari patah hati itu luar biasa, ya. Dulu aku sering meremehkan orang-orang yang galau karena patah hati sampai-sampai ada yang tidak napsu makan. Setelah mengalaminya sendiri aku jadi mengerti rasanya.

Tan benar perihal, jika kita siap jatuh cinta, maka kita juga harus siap patah hati. Sialnya, aku tidak siap dengan risikonya.

Ngomong-ngomong soal Tan, usai dari perpustakaan tadi, kami berencana pergi ke kantin bersama. Namun, di tengah perjalanan, kami bertemu Bu Yanti. Melihat Tan, Bu Yanti langsung marah. Karena Tan diduga mangkir saat jam pelajaran beliau. Izinnya sih ke toilet sebentar, tapi gak balik-balik. Alhasi, Tan pun diberi hukuman oleh Bu Yanti.

Dari kejauhan, ku lihat ketiga sahabatku sedang berdiri di taman dekat area kantin. Mereka melambaikan tangan ke arahku sambil memanggil-manggil namaku. Aku pun balas melambai ke arah mereka sambil tersenyum hambar. Sejurus kemudian aku bergegas menghampiri mereka.

Saat kakiku sampai di hadapan mereka, tiba-tiba ada Yuta dan Andi melewati kami. Sontak hal itu membuat Syifa dan Fazriana memandang sinis ke arah cowok yang mereka anggap pemeran antagonis di hidupku.

"Aduh! Merinding deh gue," celetuk Syifa, sengaja ia keraskan suaranya.

"Merinding kenapa tuh?" timpal Fazriana.

"Merinding lihat cowok tukang P-H-P." Syifa sengaja memberi penekanan pada kata terakhir. Aku menyenggol lengan kedua gadis di sebelahku. Supaya mereka berhenti menyindir Yuta.

Ketiga sahabatku ini sudah tahu tentang kejadian kemarin. Mereka langsung menaruh kebencian dan melontarkan umpatan untuk Yuta.

Yuta menundukkan kepalanya, tidak berani menatap ke arah kami. Andi yang berada di samping laki-laki itu hendak membuka suara, namun urung sebab Yuta sudah menahannya lebih dulu.

"Cowok redflag kayak gitu harusnya gak bisa bebas berkeliaran," sindir Syifa lagi.

"Kalau aku jadi dia, aku malu sih," tambah Fazriana.

"Cabut, yuk, Bestie. Males gue lihat cowok brengsek kayak dia di sini." Syifa menarikku pergi menjauh dari keberadaan Yuta. Diikuti Fazriana dan Rama yang hanya diam saja sedari tadi.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Yuta setelah itu. Karena aku tidak bisa melihatnya barang sedetik pun. Syifa menahanku untuk menoleh ke belakang. Dia tidak ingin aku menangis lagi.

🌸🌸🌸

Gebrakan meja terdengar keras di dalam kelas. Membuat siswa-siswi yang ada di sini menoleh ke arah kami. Pelakunya adalah Syifa. Gadis pemilik tahi lalat di hidung ini tengah berkacak pinggang.

Aku, dan Fazriana duduk di bangku kami masing-masing. Aku menopang dagu di atas meja. Sedangkan Rama duduk di kursi seberangku.

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang