Tuan Anyelir

21 5 3
                                    

Sejak aku menemukan sebuket bunga Anyelir di lokerku, di hari selanjutnya aku menemukan cokelat yang di atas kemasannya tertempel sebuah note dengan tulisan yang lumayan panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak aku menemukan sebuket bunga Anyelir di lokerku, di hari selanjutnya aku menemukan cokelat yang di atas kemasannya tertempel sebuah note dengan tulisan yang lumayan panjang. Begini isinya.

Hai, kamu pasti penasaran sama aku 'kan? Panggil saja aku Anyelir. Ya, aku yang kirim buket kemarin. Bagaimana? Apa kamu suka bunganya? Hari ini aku gak akan kasih kamu bunga, tapi aku mau kasih kamu cokelat supaya harimu selalu manis, seperti namamu.

Bukan hanya itu, selama dua minggu ini setiap harinya, aku menemukan makanan di lokerku bersama note yang bertuliskan kalimat-kalimat penyemangat.

Aku tidak tahu siapa pengirimnya dan tujuannya memberikan semua ini untuk apa. Yang jelas, seseorang yang mengaku sebagai Anyelir ini sangat mencurigakan.

Bagaimana tidak? Zaman sekarang, mana ada yang kasih sesuatu secara sembunyi-sembunyi, apalagi sampai dua minggu berturut-turut.

Kenapa dia tidak memberikannya secara langsung padaku. Sok misterius banget deh ini orang.

Aku menutup pintu loker cukup keras. Membaca note yang menempel di susu kotak yang tengah ku genggam.

"Hari ini lo dapat apa, Ra?" tanya Syifa.

Aku mengangkat susu kotak itu memperlihatkannya pada Syifa.

"Oh, susu kesukaan lo ternyata. Dia tahu banget ya tentang lo."

Aku mengernyitkan kening. Merasa aneh dengan kalimat Syifa.

"Tapi dia tahu dari mana ya, kalau aku suka susu rasa taro? Apa mungkin dia orang yang aku kenal?" tanyaku penasaran.

"Mungkin. Tapi gue yakin banget itu Yuta deh kayaknya," tebak Syifa.

"Belum bisa dipastikan itu dari Yuta, Syif. Gimana kalau ternyata dugaanmu salah?" sanggah Fazriana.

"Berarti kita harus cari tahu," jawab Syifa mantap.

"Caranya?" tanyaku.

Syifa berdeham panjang, lalu menyengir kuda.

"Belum tahu, nanti gue pikirin dulu."

Aku dan Fazriana berdecak, lalu kompak menoyor kepala Syifa.

"Kirain udah ada caranya," protesku.

"Ya sabar dong. Otak gue lagi gak bisa mikir nih. Belum diisi. Kantin dulu yuk! Tadi gue gak sempet sarapan."

"Kuy."

🌺🌺🌺

Saat di perjalanan menuju kantin, kami bertemu Rama di koridor lantai satu. Namun, ada yang aneh dengan ekspresi Rama. Dia terlihat kaget ketika bertemu kami. Sedetik kemudian ia segera mengubah ekspresinya.

"Mau ke mana kalian?" tanyanya kemudian.

"Kantin," jawab Syifa ketus.

Anyelir Twenty-sixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang