Syifa mengoleskan liptint berwarna cherry di bibirku. Lalu, aku melihat pantulan wajahku di cermin. Oke, kali ini warnanya pas di bibirku.
Di atas kasur, Fazriana tengah sibuk memilih warna kuteks yang ingin dia pakai malam ini.
Mereka berdua sedang menginap di rumahku. Bukan tanpa alasan, dua sahabatku ini sedang merencanakan sesuatu yang besar. Aku sendiri tidak tahu apa yang sedang mereka rencanakan itu.
"Ra, hubungan lo sama Yuta udah sampai mana sekarang?" tanya Syifa tiba-tiba. Sontak aku langsung melebarkan mata.
Kalau ditanya begitu, aku sendiri juga bingung menjawabnya. Aku sudah tahu Yuta menyukaiku tapi dia tidak pernah meresmikan hubungan kami.
Aku pun bergumam. "Mungkin masih di zona teman. Gak tahu ah," jawabku bingung.
"Hah? Yuta gak pernah bilang suka atau nyatain perasaannya gitu sama lo?" tanya Syifa kaget.
"Sering," ucapku sambil mengingat-ingat.
"Terus?" tanya Syifa dan Fazriana barengan.
"Tapi, dia gak pernah bilang akan meresmikan hubungan kami."
Aku benar kan? Waktu itu Yuta hanya pernah mengatakan, kapan kita jadian? Aku pikir dia hanya bercanda.
Syifa menyimpan liptint di atas meja rias. Lalu dia memegang pundakku dengan erat.
"Ra, gimana kalau lo yang duluan confess?"
Hah? Sontak mataku melebar dibuatnya. Bisa-bisanya Syifa mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu. Dengan cepat aku menolaknya.
"Nggak! Masa cewek nembak duluan. Yang bener aja," protesku.
"Ya ampun, Ra! Zaman sekarang tuh cewek juga bisa nembak duluan kali," sanggah Syifa. Gadis itu tetap berusaha meyakinkan aku.
"Gimana kalau aku ditolak?"
"Ya gak mungkin lah. Orang dia juga suka sama lo." Syifa tetap tidak mau menyerah.
"Ini aja dia belum bales chat aku dari tadi. Gimana mau confess coba," beberku.
"Nah, loh! Tumben Yuta gak bales chat kamu, Ra. Jangan-jangan Aira dighosting?" celetuk Fazriana.
Perkataan Fazriana sontak membuat aku dan Syifa berhenti berdebat dan langsung menoleh ke arahnya.
Buk
Sebuah bantal melayang ke kepala Fazriana dengan cukup keras.
"Sakit, Ogeb!" ringis Fazriana.
"Heh! Lo lupa ya sama tujuan kita? Kita di sini mau bantuin Aira confess. Kenapa lo malah manas-manasin suasana, Cumi!" geram Syifa.
Fazriana balas memukul Syifa dengan guling. "Emang bener kan? Cowok kalau ngilang itu tandanya udah bosan."
Dengan pandangan mata yang dingin Fazriana melanjutkan. "Lagian aku gak setuju Aira nembak Yuta duluan. Harusnya Yuta ngelakuin itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anyelir Twenty-six
Ficção AdolescenteHaira -si gadis insecure- tiba-tiba menemukan buket bunga anyelir di lokernya dari sosok misterius. Setelah mendapat buket itu, segala hal dalam hidup Haira mulai berubah. Kira-kira siapa ya sosok misterius itu? Apakah Haira akan dengan cepat menge...