7

398 50 0
                                    

Rendra memaksakan diri untuk masuk ke kampus, dia tidak ingin tertinggal materi penting hari ini.

Walau sebenarnya dia tidak ingin masuk ke kampus, alasannya hanya karena akan bertemu dengan Jivka ataupun Rendi. Jujur, Rendra belum siap sama sekali untuk bertemu dengan kedua saudaranya.

Jeffrey menatap Rendra, “lo bener mau sekolah?”

Rendra menghela napas pelan lalu mengangguk, “materi penting, gue gak mau kelewat.”

Jeffrey memberikan coklat hangat pada Rendra untuk dibawa ke kampus. Entah kenapa, Jeffrey hanya merasa coklat hangat cukup untuk membuat Rendra semakin semangat.

“Mahen mau mampir ke sini, lo mau bareng dia gak? Dari pada jalan,” ucap Jeffrey.

Rendra mengernyit bingung, “sepupu lo yang kemarin kan?” Jeffrey mengangguk sebagai jawaban. “Gak usah deh bang, daripada ngeribetin nanti.”

“Santai aja Gip, gue emang sejalur sama kampus lo,” ucap Mahen yang baru saja datang dan langsung duduk di sebelah Jeffrey.

Rendra tersenyum canggung, “gak usah, gue sendiri aja gak papa.”

“Kaya sama siapa aja sih.”

“Kan lo sama dia emang baru kenal, bego. Itu Gipta so so ga enakan aja di awal, aslinya mah mau,” ucap Jeffrey sambil meminum kopi miliknya.

Rendra menatap Jeffrey tajam, “bacot banget, asli.”

“Haha, gak papa Gip. Ayo bareng gue,” Mahen berdiri dan memimpin jalan membuat Rendra mau tidak mau mengikuti Mahen dari belakang.

Sesampainya di kampus, Rendra segera turun dari motor Mahen dan mengucapkan terimakasih pada lelaki yang berbeda satu tahun denganya itu.

Baru saja Mahen pergi dan dirinya berbalik, Jivka sudah ada di belakangnya sedang menatapnya dengan tatapan sayu dan mata berkaca-kaca.

Rendra hanya menghela napas dan mencoba mengabaikan Jivka, hanya berjalan terus menuju kelasnya.

“Kak Dra!”

Maafin gue, Jivka.”

“Kak!”

“SATRIA!!” panggil Rendra saat melihat Satria yang baru saja datang.

Satria mengernyit saat Rendra menghampirinya dan mengabaikan Jivka, “eh, Dra. Kenapa?”

“Bareng ke kelasnya yo,” ajak Rendra dengan semangat.

Satria melirik sekilas ke arah Jivka yang sedang menahan tangis dengan raut putus asa. Ingin menolak dan menyuruh Rendra untuk menyelesaikan urusan dengan adiknya itu, tapi posisinya Satria itu orang luar, dan lagi dia tidak seharusnya mengetahui kalau Jivka itu adik Rendra.

“Oh iya, boleh.”

Rendra tersenyum lalu merangkul Satria untuk masuk ke dalam gedung. Meninggalkan Jivka yang masih menatap Rendra.

“Dra?” panggil Satria saat menyadari raut wajah Rendra yang berubah setelah masuk ke dalam gedung kampus.

Sorry karena tiba-tiba.”

“Gak masalah. Ya udah yu masuk, 5 menit lagi mau mulai kelas.”

Maaf Jivka, gue belum siap.”

---

Rendi menatap kejadian Rendra dan juga Jivka dari kejauhan, begitupun dengan Hazkiel yang berada tak jauh dibelakang Rendi. Mereka berdua mendengar dan melihat kejadian itu dengan jelas.

Two-R [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang