3

408 48 0
                                    

Rendra menghela napas pelan saat menyadari Ayahnya datang ke sekolah untuk menjemput Rendi. Berlalu begitu saja saat dirinya menyadari sang Ayah yang seperti tidak mengabaikan keberadaan dirinya.

Mencoba melupakan kejadian tadi, Rendra memilih untuk pergi ke kantin fakultas adiknya. Entah untuk apa dia pergi ke sana, tapi langkah nya membawa dia ke sana hingga menemukan Jivka yang sedang sendiri di ujung kantin.

Rendra mengernyit heran karena selalu melihat pemandangan itu tiap dirinya berkunjung ke fakultas Jivka. “Itu anak emang gak punya temen apa gimana sih?”

Dia berjalan mendekati Jivka, membiarkan banyak pasang mata yang memandang dirinya bingung dan aneh.

“Kak Dra?” ucap Jivka menyadari keberadaan Rendra yang memang sudah berada di depannya.

Rendra tersenyum kecil, “sendiri terus, kenapa sih?”

“Kakak juga suka sendiri terus, kenapa sih?”

“Yee, bocah.”

Jivka tertawa pelan karena berhasil membuat kakaknya itu kesal.

Menyenangkan rasanya kala dirinya bercanda dengan Rendra. Dan hal itu membuat Jivka lebih nyaman bersama Rendra  daripada Rendi.

Tapi bukan juga karena Jivka benci Rendi, hanya saja Jivka merasa dirinya dan kakaknya, Rendi, tidak dapat mengerti satu sama lain.

“Ada yang buat gak nyaman di kampus?” tanya Rendra.

Jivka tersentak pelan, tersenyum lalu menggeleng, “kak Dra sendiri gimana? Gue beberapa kali denger katanya kak Dra ada masalah sama salah satu anak fakultasnya kak Di ya?”

“Segitu nyebarnya? Gue gak sampe ribut perasaan.”

“Ributnya sih karena kak Dra yang reveal kalau kembaran sama kak Di. Terus gak tau lagi, lupa.”

“Entar juga ilang gosipnya, biarin aja.”

Jivka menghela napas pelan, “kak, yang waktu itu malem-malem dateng ke rumah siapa? Kalau lo gak mau jawab juga gak papa kak. Gue cuma penasaran.”

“Bang Jeffrey, dia kating gue. Gue cuma beberapa kali konsul ke dia buat bantu makalah sama beberapa proposal gue doang,” jawab Rendra dengan santai.

Jivka mengangguk lalu diam beberapa saat. Dia ingin mengucapkan kalimat yang sudah sejak lama dia pendam.

Tapi entah kenapa rasanya dia tidak sanggup untuk mengatakannya. Keberaniannya seketika hilang kala Rendra sudah berada di depannya.

“Ada yang mau lo omongin?”

Jivka tersentak pelan, dirinya seketika menjadi sangat gugup mendengar Rendra yang bertanya seperti itu. Seperti sadar akan dirinya yang ingin berbicara sesuatu dengan Rendra.

Rendra tertawa pelan, “lo kalau gugup keliatan. Calon guru masa gampang gugup, padahal cuma ngobrol depan gue.”

“Jangan gitu kak!!”

“Kalau lo gugup karena mau ngomong tentang masalah di rumah. Gak usah dibahas ya Jiv? Gak usah pikirin gue, lo pikirin diri lo aja. Sekarang lo pasti bakal butuh banyak kebutuhan dan banyak tenaga.”

“Kak…”

“Gue duluan ya? Kelas gue 10 menit lagi mulai. Semangat Jiv, cari temen jangan lupa.”

Jivka menatap nanar kepergian Rendra, lalu menunduk menatap makanannya tanpa minat. Lagi-lagi kakaknya itu selalu bersikap seperti itu di depannya.

Tapi Rendra sangat berbeda kala sudah berada di rumah dan berhadapan dengan Ayah, Bunda dan juga Rendi. Jivka menyadari semuanya, dan Jivka sangat paham kenapa Rendra bersikap seperti itu.

Two-R [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang