20

332 40 5
                                    

Rendra berlarian di sepanjang koridor rumah sakit menuju ruangan yang diberi tahu oleh Junio, teman Rendi dan Hazkiel.

“Di mana Rendi sama Jivka? Gimana keadaan mereka?” tanya Rendra. "Jawab gue, sialan."

Hazkiel yang baru saja datang bersamaan dengan Cashel langsung menahan Rendra yang sedang mengguncangkan tubuh Junio.

“Dra, tenang dulu. Biarin Junio jelasin.”

Junio menghela napas pelan, “setelah dapet kabar dari Hazkiel, gue tadi langsung lacak ponsel Rendi. Mereka lagi ngarah ke tol, dan posisi gue juga lagi deket di pintu masuk tol. Pas gue mau ngabarin lo sambil nyari mereka, gue liat ada kecelakaan. Dan posisinya tepat di mana lokasi hp Rendi berada.”

“Jadi mereka udah kecelakaan setelah lo dateng?” tanya Rendra yang langsung diangguki pelan oleh Junio.

“Mereka lagi di evakuasi pas gue dateng. Gue gak tau kejadiannya gimana, yang gue liat bagian mobil sebelah kirinya tuh rusak parah.”

“Keadaan mereka gimana?”

“Jawab!!”

“Lo punya mulut kan? Jawab gue, brengsek!!”

“Dra, tenang!”

“Gimana gue bisa tenang sih?”

Sorry—“

Ceklek!

“Apa di sini ada keluarga korban?” tanya dokter yang baru saja keluar dari ruangan di depan mereka.

Rendra segera menghampiri dokter tersebut, “saya dok. Gimana keadaan kakak dan adik saya? Gimana keadaan orangtua saya?”

Dokter tersebut menghela napas pelan, “untuk saat ini saya belum bisa memastikan apa yang terjadi dengan mereka secara pasti sebelum mereka sadar.”

“Maksud dokter gimana sih?!” ucap Rendra kesal.

Cashel segera menahan Rendra, “bang, tenang dulu.”

“Kedua orangtua anda mendapat luka ringan. Dari tempat kejadian, mobil yang kendarai rusak di bagian kiri. Dan dua saudara anda mungkin duduk tepat di bagian kiri.”

“Jadi, kakak dan adik saya gimana dok?”

Dokter tersebut menggeleng pelan, “luka yang mereka alami cukup parah, dan untuk sekarang masih dalam keadaan koma. Saya belum dapat menentukan kapan mereka sadar.”

“Dok?”

“Salah satunya mengalami luka yang cukup parah di area mata karena pecahan kaca mobil yang mungkin mengenai wajahnya. Saya tidak bisa memastikan apa dia baik-baik saja. Tapi kemungkinan terburuknya adalah kebutaan.”

Kaki Rendra sangat lemas mendengarnya, dia tidak tahu siapa yang dokter itu maksud. Tapi perasaannya benar-benar hancur sekarang. Dirinya merasa bersalah karena menemui Rendi dan juga Jivka di waktu yang tidak tepat.

Andai saja dia tidak kembali dan menemui Rendi dan Jivka, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi. Benar, ini semua salahnya.

“Bang, tenangin pikiran lo,” ucap Cashel.

“Maaf jika itu membuat anda terpukul. Tapi ada satu lagi yang harus anda ketahui. Saya baru melihat bahwa dia memakai alat pacu jantung di dadanya, itu membuat saya sedikit sulit untuk mengetahui keadaannya karena saya bukan dokter spesialis yang tepat. Saya tidak ingin mengambil resiko untuk ini.”

Rendra menatap dokter tersebut dengan mata yang membola. “Tunggu, alat pacu jantung?” sungguh dirinya sangat terkejut mendengar hal barusan.

Setahunya, Jivka tidak mengenakan alat itu karena seharian kemarin dia tinggal dengan adiknya. Dia tidak melihat alat aneh yang tertempel pada tubuh Jivka. Jika bukan Jivka, apa itu berarti saudara kembarnya, Rendi?

Two-R [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang