17

304 42 4
                                    

Jivka tersenyum menatap beberapa pengunjung café yang datang. Hari ini café milik Segara sangat ramai, membuat Jivka benar-benar bekerja penuh.

Jivka yang biasanya hanya akan mengurus bagian kasir, tapi karena sekarang café sangat ramai, dia akhirnya turun untuk membantu mengantar pesanan pelanggan bersama Segara.

“Lo kalau capek istirahat aja Jiv, udah dari pagi lo bolak balik, biar nanti anak lain yang ganti,” ucap Segara.

Jivka menggeleng, dia sudah terbiasa selama 2 tahun ini bekerja di café milik Segara. Keputusannya dua tahun lalu benar-benar keputusan yang tepat. Dia bisa kembali melihat dan merasakan dunia luar tanpa perlu takut.

Segara yang Satya sangat membantunya selama 2 tahun ini, dan Jivka pun sangat menyadari kalau dirinya tidak pernah lepas kendali.

Dan karena ini pula, sebulan setelah dia bekerja di cafe milik Segara, dokter Jares menyatakan kalau Jivka sudah boleh keluar dari rumah sakit.

Hanya saja, Jivka masih kembali ke rumah sakit. Dia masih ingin tinggal di rumah sakit itu, takut kalau harus pulang ke rumah. Apalagi sekarang hanya ada kedua orangtuanya saja.

“Tanggung Gar,” ucap Jivka.

“Bukannya hari ini peringatan kakak lo? Gak mau ngunjungin?” tanya Segara membuat Jivka diam sejenak.

Jivka menghela napas lalu menggeleng, “pasti mereka ada di sana Gar, lusa aja gue ke sana kalau mereka gak ada.”

“Nanti gue sama Satya temenin.”

Jivka mengangguk dan tersenyum. “Gue ke—“

Ting!

“Nah, kata bang Mahen ini café terkenal sekarang. Lo mau pesen apa bang?”

“Bang Mahen nyaraninnya apa?”

Hot chocolate disini katanya enak, mau? Udah lama gak minum coklat panas Indo.”

“Boleh.”

“Karena kasus besar lo kemarin menang, gue traktir deh.”

“Hahaha, iya udah terserah lo.”

“Oke, mas, hot chocolate dua ya.”

Prank!

“Kak Dra…”

Mata Jivka sudah berkaca-kaca sejak tadi, tidak perduli dengan gelas yang baru saja lepas dari tangannya akibat keterkejutannya melihat kakaknya, Rendra, yang selama ini tidak ada kabar tiba-tiba berada di depannya. Berdiri di depannya dengan keadaan baik.

“Jivka?”

Jivka tanpa pikir panjang langsung berlari ke arah Rendra, memeluk kakaknya itu dengan sangat erat, seakan takut jika pelukannya itu terlepas, kakaknya akan pergi jauh.

“Kak, hiks, Kak Dra…”

“Bang?” seseorang yang bersama Rendra menatap Rendra bingung, sedangkan Rendra hanya mengangguk memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja.

“Kakak kemana aja hiks, Jivka kangen sama kak Dra,” ucap Jivka masih dengan memeluk Rendra.

Rendra mengusap punggung Jivka lembut, membiarkan adiknya itu tetap memeluknya dan menyelesaikan tangisnya. Dia akan menjelaskan setelah Jivka benar-benar sudah tenang.

Segara menatap sekitar, beberapa pengunjung menatap mereka. Meminta salah satu pegawainya untuk membersihkan pecahan gelas lalu menghampiri Jivka yang tengah memeluk kakaknya.

“Jiv, kita ke ruangan gue aja gimana? Biar enak ngobrolnya,” ajak Segara.

Rendra merasakan pelukan adiknya itu semakin erat ketika dirinya mencoba melepas pelukan mereka, tersenyum pada Segara dan mengangguk. “Gue gak akan kemana-mana, kita ke ruangan temen lo ya? Gak enak kalau di sini.”

Two-R [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang