11

354 47 4
                                    

Rendra menghela napas menyadari kehadiran Hazkiel di café milik Jeffrey. Sungguh, dia sedang malas untuk berdebat. Dia hanya ingin bekerja dengan tenang. Tapi semua itu sirna kala Hazkiel pun menyadari kehadirannya dan langsung menarik kerah bajunya.

Rendra yang sudah terlalu malas hanya membiarkan Hazkiel berbuat semaunya. Dia berpikir bahwa membiarkan Hazkiel puas akan masalahnya, itu akan lebih cepat membuat Hazkiel pergi dari sekitarnya.

“Lo anjing, lo temen, kakak, saudara dan kembaran paling anjing yang gue kenal. Lo tau keadaan Rendi gak? Lo khawatir sama Jivka gak? Lo keluarga mereka apa bukan sih?” ucap Hazkiel dengan emosi.

Rendra menghela napas, menghempaskan tangan Hazkiel dari kerahnya dan langsung memperbaiki kerah bajunya, “udah puas? Mau sekalian nonjok gue gak? Gue kasih lo bebas nonjok gue sepuasnya, tapi dengan syarat jangan pernah muncul dihadapan gue lagi.”

Tangan Hazkiel seketika terkepal mendengar ucapan Rendra, dirinya yang akan memukul Rendra tertahan karena teriakan Rendi yang entah sejak kapan sudah berada disekitar mereka berdua.

“Biarin gue mukul si anjing ini Di, biar dia sadar sama kesalahan dia,” ucap Hazkiel menahan emosi.

Sedangkan Rendra terkejut menyadari kehadiran Rendi. Ingin sekali dia memeluk kakak kembarnya itu, tapi entah kenapa ego yang ada dalam dirinya sangat kuat menahannya untuk tidak memeluk Rendi dan menanyakan kabar lelaki itu secara langsung.

Rendi menatap Rendra dengan tatapan sendu, diapun sama rindunya. Tidak bisa dipungkiri bahwa Rendi ingin memeluk adiknya itu, tapi mengingat keadaan diantara mereka berdua yang tidak bisa dibilang baik-baik saja membuat Rendi mengurungkan niatnya.

“Dra, lo apa kabar?” tanya Rendi dengan suara sedikit bergetar.

Rendra menghela napas pelan, “kalau gak ada hal penting atau kalau gak mau ke café buat pesen, bisa pergi sekarang. Jangan ganggu pengunjung lain,” ucap Rendra dan segera meninnggalkan Rendi juga Hazkiel.

“Lo liat kan Di kelakuannya? Harusnya tadi gue pukul dulu dia,” ucap Hazkiel dengan emosi yang tertahan.

“Ki, Rendra gak gitu.”

“Gak gitu gimana sih Di? Dia aja malah ngabaiin pertanyaan lo kan? Dia gak khawatir sama lo ataupun keadaan Jivka, dia—,“

“Lo berdua ngapain di sini?” tanya Jeffrey dengan nada ketus.

Jeffrey datang bersama dengan Mahen rencananya untuk melihat keadaan café. Sekalian pulang bersama Rendra nanti malam. Tapi Jeffrey langsung dikejutkan dan dibuat kesal dengan kedatangan Hazkiel dan Rendi, ditambah dirinya mendengar ucapan menjengkelkan dari Hazkiel.

Jeffrey yakin, Rendra sudah mendengar hal yang lebih menjengkelkan daripada yang dia dengar.

Sedangkan Mahen, sejak tadi hanya menatap Rendi dan Hazkiel bergantian dengan wajah bingung. Mahen sempat bertemu dengan Hazkiel, tapi tidak dengan Rendi. Mahen tau Rendra memiliki saudara kembar, tapi dia tidak pernah bertemu secara langsung seperti ini.

Bahkan awalnya Mahen pikir yang bersama Hazkiel itu Rendra jika saja Jeffrey tidak mengeluarkan nada ketus dan wajah datarnya.

“Maaf kak, gue—,“ ucapan Rendi terputus kala Jeffrey langsung mengusir dirinya dan Hazkiel.

“Bang,” tegur Mahen.

Jeffrey menghelanapas pelan, “lo kalau sekali lagi bikin ribut disini, gue gak segan-segan jadiin lo berdua daftar hitam di area café gue.”

Setelahnya Jeffrey langsung pergi tanpa memperdulikan bagaimana ekspresi ketiga orang yang bersamanya.

“Sorry, bang Jef emang gitu. Ngomong-ngomong kalian mau minum dulu?” ajak Mahen, merasa tidak enak setelah kejadian tadi.

Two-R [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang