Rendra berjalan menyusuri restoran yang dimiliki Jeffrey. Sesuai penjelasan Mahen, Jeffrey menutup permanen café miliknya dulu dan mulai merintis restoran. Melihat ramainya pengunjung, Rendra tahu kalau restoran milik Jeffrey berjalan dengan baik.
"Bang, mau langsung ketemu pemiliknya?" tanya Cashel. "Lo soalnya janji sama Jivka gak akan lama."
Rendra menggeleng pelan, "gak seru kalau langsung ketemu. Lagi juga Jivka masih ngurus cafénya Segara. Gue yakin pas jam pulang Jivka nanti udah beres."
"Trus ide aneh lo apa lagi bang?"
"Anjir, seaneh itu ide gue menurut lo?"
Cashel mengangguk cepat, "dulu kan ide lo pas nyari bukti hampir buat gue berumur pendek."
"Masih aja dibahas, dendam banget kayaknya."
"Iyalah! Gue yang baru diangkat jadi asisten lo aja nyawa gue hampir ilang."
Rendra berdecak kesal, melirik ke arah Jeffrey yang kebetulan sedang menjadi kasir di restorannya. Ini kesempatan yang baik untuknya.
"Pinjem topi lo," ucap Rendra.
"Buat apaan? Lo kalau ada ide diskusiin dulu!"
"Udah buruan, nanti gue traktir di café nya Segara."
"Nih, kalau lo maksa."
Rendra melirik Cashel sinis, tanpa pikir panjang langsung mengenakan topi milik Cashel dan menunduk. Membuat sebagian wajahnya benar-benar tertutup.
"Ekhem," Rendra mengangkat tangannya. Membuat Cashel melirik Rendra dengan tatapan bertanya. Dan tak lama salah satu pelayan di restoran itu mendatangi meja mereka.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Bisa saya ketemu sama pemilik restoran ini?"
"Maaf sebelumnya, apa ada ketidaknyamanan yang anda terima dari kami?"
Cashel melirik Rendra sekilas, menatap bingung teman sekaligus atasannya itu. Ide yang dibuat Rendra terkadang membuat Cashel menggelengkan kepala.
"Bisa panggil aja gak?"
"Maaf tapi-,"
"Ck, gimana sih pelayanan disini? Perkara gue mau ketemu sama pemiliknya aja susah. Emang salah kalau gue komplain langsung sama pemilik lo?"
Oke, Cashel sekarang ingin menghilang saja karena mereka sudah menjadi pusat perhatian dari setengah pengunjung restoran yang ada di sini. "Bawa gue pergi dari sini, plis."
"Tapi kami harus mengetahui apa ketidakpuasan anda sebelum memanggil atasan kami, Tuan."
"Biar apa? Biar lo bisa ngarang cerita sama ketua lo kalau pelayanan kalian buruk?"
"Demi Tuhan, pengacara macam apa yang malah nyari masalah kalau bukan bang Rendra."
"Ta-"
"Ini ada apa?"
"Ah, Tuan Jef. Begini-"
Rendra berdecak kesal, "gue mau ketemu sama pemilik restoran ini buat komplain tapi dia malah banyak omong."
Dibalik topinya, Rendra semakin menunduk dan tersenyum karena sadar yang datang merupakan Jeffrey. Ini hal yang sangat baik, sesuai dengan rencananya.
"Saya sendiri pemilik restoran ini, apa ada ketidaknyamanan di sini?"
"Ada," Rendra melepaskan topinya lalu menatap Jeffrey sambil tersenyum. "Masa pemiliknya gak ngenalin gue. Pelayannya juga, padahal kita pernah kerja bareng di café."
KAMU SEDANG MEMBACA
Two-R [END]
Fanfiction'The Meaning of the Number 7 for Twins' "Angka 7 itu angka keberuntungan. Dan karena angka 7 gue punya adik kembar. Gue mohon, jangan benci sama angka 7." - Rendi Adipta Wijaya. "Bagi gue, angka 7 itu kesialan. Karena 7 menit sial itu, gue harus lah...