Bab 30 : Resah

26 4 0
                                    

Lantunan ayat suci Al Qur'an yang terlantun sepanjang hari ini memberikan kedamaian dalam benak ku. Setelah mengalami kecelakaan fatal kala itu, kehidupan baru memberikan pelajaran berarti untuk ku. Banyak yang harus ku benahi dalam hidup ini termasuk hubungan bersama Arini. Aku perlu memperbaiki hubungan yang telah lama ku jalani menuju mimbar pernikahan.

Keraguan ku untuk melangkah sudah pupus dan berganti dengan keyakinan. Dibandingkan harus bertanya-tanya, akan lebih baik jika langsung maju dengan segala resiko di masa mendatang. Aku pun sudah memberitahu Pram siang ini akan melamar Arini. Perempuan itu pasti masih berputar di dalam rumah sakit dengan setumpuk berkas.

Baru saja hendak melangkah beranjak, pundak ku ditepuk dari belakang. Sontak membuatku segera berbalik menatap seorang pria yang tersenyum lebar. Wajahnya yang selalu tenang itu memberikan kedamaian untuk disekitarnya.

"Ustadz Rahman sedang ada acara apa?"tanyaku.

"Baru saja mengisi kajian. Sudah lama tidak melihatmu, Mas. Bagaimana kabarmu?"tanyanya menggiring keluar masjid.

"Alhamdulillah, Ustadz,"ucapku.

Akh, ya.

Aku baru mengingat sesuatu bersamaan dengan bertemu dengannya. Aku nyaris melupakan gejala yang sering ku alami sejak kecelakaan kala itu.

"Saya dengar kemarin sempat kecelakaan, Mas. Semuanya baik-baik saja, kan,"ucapnya.

"Semuanya berangsur pulih. Tetapi sejak saya kecelakaan sering mendapatkan sebuah bayangan seorang perempuan, Ustadz. Perempuan itu seolah akrab dengan saya seperti suami istri. Tetapi seperti yang Anda tahu sampai saat ini saya belum menikah. Bahkan perempuan itu bukanlah Arini,"ucapku.

"Apa setelah kecelakaan ibadahmu menjadi baik?"tanyanya membuatku nengerutkan kening heran.

Apa hubungan ibadah dengan bayangan aneh itu? Seharusnya tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Karena apa yang berada dalam bayangan hanyalah sesuatu di alam bawah sadar. Mengapa keduanya harus menjadi satu kesatuan yang saling berkaitan?

"Kalau kamu disukai jin, tidak mungkin ibadahmu menjadi baik. Dudukmu menjadi lama di dalam masjid mendengar lantunan ayat suci,"ucapnya membuatku menatapnya aneh.

Apa aku benar-benar kehilangan akal sehat semenjak kecelakaan? Lantas apa yang menjadi permasalahan hingga kepala ku tidak bisa berpikir jernih? Mengapa semua ini kian menjadi-jadi? Rasanya kepala ku bahkan mau pecah memikirkan jalan keluar dari masalah ini.

"Jangan terlalu dipikirkan, Mas. Mungkin itu hanya pengingat dari Allah. Mas sudah terlalu lama menjalin hubungan yang tidak halal. Saatnya untuk menjalin hubungan yang sah,"ucapnya membuatku merasa tertampar.

Baiklah.

Alasan itu cukup masuk di dalam logika berpikir ku. Mungkin Allah meminta ku untuk kembali ke jalannya. Jangan sampai waktu yang diberikan usai namun tidak sedikitpun kesempatan itu merubah ku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Rasanya keputusan untuk segera melamar Arini menjadi semakin pasti di depan mata.

"Mas,"panggil Pram membuatku segera beranjak.

Pria itu telah mengenakan setelan batik yang cukup apik seolah akan segera melamar ke rumahnya saja. Padahal rencana awal ku hanya ingin memberinya kejutan saja. Selain terlalu melakonlis, Pram juga sosok yang dramatis. Entah apa yang sebenarnya dirinya pikirkan.

"Hari ini aku bertemu Ustadz Rahman, Pram. Beliau cukup memberikan ku teguran keras mengenai hubungan diluar pernikahan ku dengan Arini,"ucapku.

"Akhirnya ada yang membawamu pulang, Mas,"ucap Pram membuatku menghela nafas panjang.

Saujana Sandyakala ~ CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang