3

2.8K 333 3
                                    

Kepulangan Lisa dari new Zealand ternyata tidak disambut dengan baik oleh adik perempuan nya. Dia terlambat. Seharusnya si gadis blonde itu tidak melupakan soal rencananya. Dan itu membuat Lisa kesal.

Seluruh penjuru mansion diisi dengan suara derasnya hujan. Lagi-lagi hujan. Tidak tahukah jika Lisa membencinya?! Menyusahkan.

Dengan wajah kesalnya, Lisa duduk disofa untuk satu orang dengan kedua kakinya yang ia simpan dimeja. Pakaiannya belum ia ganti, masih dengan kemeja dan jas hitam panjangnya.

Lisa tidak sendirian, ada anjing gagah yang sedari tadi duduk disampingnya. Anjing hitam yang turut diam ketika si tuan juga diam.

Suara jam besar juga ikut serta. Terasa begitu menyeramkan. Sebab diluar sana langit tengah menampakkan amarahnya, gemuruh yang luar biasa.

Telinga Lisa terasa begitu sakit. Ia kesal. Namun tiba-tiba suara pintu besar itu berbunyi, seolah seseorang tengah menggesernya.

Dengan pakaian yang sepenuhnya basah. Dari rambut hingga ujung kaki. Seseorang dengan rambut blonde itu berlari menuju tangga mansion.

Ia tiba-tiba saja berhenti. Merasakan aura yang begitu mengintimidasi. Dilihatlah olehnya ruang tamu yang agak jauh dari sana. Ia mematung. Tubuhnya gemetar, takut dan cemas. Dengan langkah kaki yang perlahan ia berjalan menuju ruang tamu.

Lisa, ia melihat Lisa yang tanpa repot-repot menatapnya. Lisa marah. Tentu saja, dia lupa dengan rencana kakaknya yang mengatakan bahwa ia akan pulang lebih awal. Namun ia juga tidak tahu jika Lisa akan pulang secepat ini.

   "O-oppa....." Panggilnya dengan susah-susah.

Lisa menurunkan kakinya. Merapihkan kerah bajunya, lalu menatap si gadis blonde dengan mata elangnya.

   "Kau terlambat..... Roseanne Manoban." Lisa berucap, bersamaan dengan suara gemuruh yang hampir saja membuat jantung Roseanne copot.

Roseanne atau gadis blonde yang biasa dipanggil Rosie itu menundukkan kepalanya, takut untuk menatap sang kakak.

    "Mianhae. A-aku lupa."

Lisa menghela nafas. Dilihatnya arloji mahal itu yang sekarang sudah menunjukkan pukul 11 malam.

   "Pergilah." Titahnya, dan si gadis blonde menurut. Ia berlari menuju kamarnya yang membuat Lisa menggelengkan kepalanya.

   "Kau juga boleh pergi, love." Lisa melanjutkan, dan seketika itu juga anjing hitam yang gagah itu menggonggong dan meninggalkan si tuan.

Lisa melangkah menuju meja bartender mini namun terlihat mewah, tentu saja itu miliknya. Diambilnya sebuah botol wine dan menuangkannya pada gelas yang sudah tersedia.

Drrrtttt! Drrrtttt!

Panggilan telpon masuk. Lisa mengambil ponsel dari saku jasnya, menekan tombol hijau dan meletakkan benda tipis itu dimeja.

    "Bicaralah."

Seseorang dari panggilan telpon membuka suara. Mengatakan apa yang ingin ia sampaikan pada Lisa. Dan Lisa menyimaknya, sesekali ia juga meneguk wine nya ketika dirasa bahwa tenggorokannya terasa kering.

Tak lama setelahnya, panggilan telpon itu terputus. Lisa menyimpan gelasnya. Ia terdiam. Memikirkan sesuatu yang sebenarnya tak ingin dia pikirkan.

    "Bukan hal menarik, namun selalu menjadi incaran." Monolog Lisa dan tertawa. Entah apa arti dari tawaan itu, terdengar aneh dan sedikit menyeramkan.

Lisa yang sedari tadi siang menunggu adiknya kini merasa lelah. Rasa kantuk mulai menghampirinya. Masih banyak yang perlu ia kerjakan, namun matanya seolah menolak untuk bekerja.

NEW ZEALAND CAT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang